Strategi Pembelajaran: Digital Storytelling dalam Pendidikan Sejarah

Elsa Vanesa Dera Putri
Saya seorang mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidIkan, Universitas Jember.
Konten dari Pengguna
11 Oktober 2023 18:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsa Vanesa Dera Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pendidikan di Indonesia. Foto: Kemendikbudristek
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pendidikan di Indonesia. Foto: Kemendikbudristek
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengintegrasikan digital storytelling dalam pendidikan sejarah dapat meningkatkan keterlibatan, pemahaman, dan keterampilan berpikir kritis siswa. Digital storytelling adalah bentuk media pendidikan yang menggunakan teknologi komputer untuk menyajikan cerita tertentu, dengan menggabungkan gambar, teks, efek suara, musik, dan sulih suara. Berikut adalah beberapa cara untuk mengintegrasikan digital storytelling dalam pendidikan sejarah
ADVERTISEMENT
Pertama, menggunakan penceritaan berbasis Instagram: Storytelling berbasis Instagram adalah platform media sosial yang menerapkan konsep bercerita untuk menyampaikan informasi. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan menarik bagi siswa sejarah. Sebagai contoh, siswa dapat membuat postingan atau cerita di Instagram yang menggambarkan peristiwa, karakter, atau artefak bersejarah, disertai dengan keterangan dan tagar yang relevan.
Kedua, membuat proyek mendongeng digital: Siswa dapat bekerja secara individu atau berkelompok untuk membuat proyek cerita digital yang mengeksplorasi berbagai topik sejarah. Proyek-proyek ini dapat berupa video, presentasi, atau situs web interaktif, yang menggabungkan elemen multimedia untuk meningkatkan pengalaman bercerita. Siswa dapat meneliti, membuat naskah, dan memproduksi cerita digital mereka, yang menunjukkan pemahaman mereka tentang konten sejarah.
ADVERTISEMENT
Ketiga, menggunakan sumber-sumber primer dan multimedia: Digital storytelling memungkinkan siswa untuk memasukkan sumber-sumber primer, seperti foto, surat, dan dokumen, ke dalam proyek mereka. Dengan menganalisis dan mengontekstualisasikan sumber-sumber ini, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang peristiwa sejarah dan perspektif yang mereka pelajari. Selain itu, siswa dapat menggunakan elemen multimedia, seperti musik, efek suara, dan animasi, untuk meningkatkan pengalaman bercerita dan melibatkan audiens mereka.
Selain itu, mendorong pemikiran dan analisis kritis: Digital storytelling dapat digunakan sebagai alat bagi siswa untuk menganalisis dan menginterpretasikan peristiwa dan sumber sejarah secara kritis. Dengan membuat narasi mereka sendiri dan menyajikannya dalam format digital, siswa didorong untuk berpikir kritis tentang konteks sejarah, perspektif, dan bias yang membentuk pemahaman kita tentang masa lalu.
ADVERTISEMENT
Terakhir, pembelajaran dan berbagi secara kolaboratif: Proyek bercerita digital dapat dibagikan kepada kelas atau audiens yang lebih luas, sehingga siswa dapat belajar dari karya dan perspektif satu sama lain. Pendekatan kolaboratif ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan keterlibatan dalam proses pembelajaran, karena siswa dapat memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan mendiskusikan konten sejarah yang disajikan dalam cerita digital.