Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Benarkah Generasi Z Memiliki Mental yang Lemah?
27 November 2024 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari ELSA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Data yang dihimpun oleh Jakpat pada 2022 menunjukkan bahwa Generasi Z (lahir 1997-2012) adalah generasi dengan persentase tertinggi yang melaporkan masalah kesehatan mental. Sebanyak 59,1% Gen Z mengaku mengalami gangguan mental, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Milenial (39,8%) dan Gen X (24,1%). Angka ini sering kali memunculkan pertanyaan: apakah ini berarti Generasi Z memiliki mental yang lebih lemah dibandingkan generasi lainnya?
ADVERTISEMENT
Salah satu kritik yang sering muncul terhadap Gen Z adalah pandangan bahwa mereka memiliki “mental tempe” atau manja—sebutan yang sering digunakan untuk menggambarkan orang yang mudah terganggu emosinya dan tidak tahan terhadap tekanan. Banyak yang beranggapan bahwa Gen Z terlalu sensitif terhadap perubahan emosi, dan terlalu cepat merasa tertekan atau cemas. Namun, saya rasa anggapan ini perlu dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Menurut saya, tingginya angka masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z bukanlah tanda kelemahan atau “mental tempe”, melainkan cerminan dari perubahan besar dalam cara kita memahami kesehatan mental. Generasi Z tumbuh di era digital yang penuh informasi, di mana mereka memiliki akses yang sangat mudah untuk mempelajari tentang kesehatan mental. Mereka lebih cepat mengenali gejala-gejala gangguan mental seperti kecemasan (*anxiety*), depresi, dan stres, serta lebih terbuka untuk berbicara tentangnya. Meskipun ini sering kali dipandang sebagai kelebihan sensitifitas, hal ini juga menunjukkan bahwa mereka lebih sadar dan lebih siap untuk menghadapi masalah yang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, generasi sebelumnya mungkin juga merasakan kecemasan atau stres, tetapi karena terbatasnya informasi dan budaya yang menganggap masalah mental sebagai sesuatu yang tabu, mereka lebih cenderung menekan perasaan mereka. Dalam hal ini, Gen Z justru lebih berani untuk mengakui dan mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi.
Penting banget buat kita, terutama orang tua atau orang dewasa di sekitar Gen Z, buat kasih dukungan yang tepat. Mulai dari ngajarin cara pake media sosial dengan bijak, sampai ngajak mereka ngomong tentang apa yang mereka rasain tanpa takut dihakimi. Karena pada akhirnya, kesehatan mental itu bukan soal tampilan, tapi gimana kita bisa merasa baik-baik aja dengan diri kita sendiri. Dukungan yang diberikan dengan penuh pengertian dan tanpa stigma sangat penting untuk membantu mereka merasa lebih tenang dan menerima diri mereka apa adanya.
ADVERTISEMENT
Mengakui masalah kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan atau kekurangan, melainkan bentuk keberanian untuk menghadapi kenyataan. Gen Z mungkin lebih sensitif terhadap perubahan emosi, tetapi itu tidak berarti mereka lebih lemah. Sebaliknya, mereka lebih terbuka dan lebih sadar akan pentingnya menjaga kesejahteraan mental. Mereka menunjukkan kekuatan dengan berbicara tentang masalah ini dan mencari dukungan saat dibutuhkan.
Pada akhirnya, generasi ini lebih berani dan lebih sadar daripada generasi sebelumnya yang mungkin lebih tertutup dan menekan masalah yang mereka hadapi. Sebagai generasi yang tumbuh dengan informasi lebih banyak tentang kesehatan mental, mereka tidak takut untuk meminta bantuan, berdiskusi tentang perasaan, atau mencari cara untuk sembuh. Dalam hal ini, mereka lebih berani dan lebih sadar daripada generasi sebelumnya yang mungkin lebih tertutup dan menekan masalah yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan:
Tingginya angka masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z bukanlah indikasi bahwa mereka memiliki mental yang lebih lemah atau “mental tempe”. Sebaliknya, hal ini mencerminkan bahwa mereka lebih sadar dan lebih terbuka untuk mengakui dan mengatasi masalah mental mereka. Pandangan yang menyebut mereka manja atau terlalu sensitif sebenarnya perlu dilihat kembali, karena keberanian untuk berbicara tentang kesehatan mental adalah langkah positif yang patut dihargai. Gen Z mungkin lebih peka terhadap emosinya, tetapi justru dalam keterbukaan mereka, mereka menunjukkan kekuatan untuk tumbuh lebih baik.