Konten dari Pengguna

Mekanisme Cinta di Otak Kita

Safira El Sarrah Fachrudin
Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya
24 November 2021 7:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Safira El Sarrah Fachrudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Gambar pribadi
ADVERTISEMENT
Banyak orang mengaku bahwa jatuh cinta datang secara tiba-tiba tanpa bisa dikendalikan seberapa besar perasaan itu akan tumbuh. Jatuh cinta adalah sebuah emosi yang terlihat sederhana, padahal dapat berperan secara kuat dan kompleks dalam hidup manusia. Jatuh cinta sendiri dibentuk atas sejumlah mekanisme yang menghasilkan sensasi menyenangkan di otak. Pengalaman cinta ini juga dirasa sebagai pengalaman paling menyenangkan bagi sebagian orang, sehingga harus disyukuri keberadaan nya.
ADVERTISEMENT

Apa itu cinta?

Menurut Esch dan Stefano (2005) Cinta dapat diterjemahkan sebagai suatu perasaan kasih sayang atau suka yang kuat terhadap seseorang, benda, gairah seksual, atau hubungan seksual secara umum. Sehingga bisa dibilang cinta merupakan emosi yang berasosiasi dengan aktivitas sosial, atau keinginan, dan hasrat, serta partisipasi keterlibatan individual di dalamnya.
Cinta sangat erat hubungannya dengan stimulus visual yang didapatkan oleh seseorang. Pemicu jatuh cinta ini terjadi diawali dengan keterlibatan stimulus sensorik visual yang kemudian menciptakan sebuah sensasi dan persepsi bermakna di otak. Dengan sensasi-persepsi itu, seseorang akan mendapatkan sebuah kesan terhadap orang yang dilihatnya. Menurut Aron dkk. (1989) beberapa hal yang menyebabkan jatuh cinta ini terjadi adalah apa yang disebut dengan atribut daya tarik umum yang meliputi kesamaan, kedekatan, karakteristik yang diinginkan, dan timbal balik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keeratan hubungan stimulus visual dan cinta dibuktikan dengan beberapa studi yang menunjukkan saat seseorang dihadapkan dengan gambar orang yang dicintainya, sejumlah area di otak teraktivasi. Hal inilah yang membuat cinta terasa menyenangkan dan adiktif.
Pembentukan cinta memiliki serangkaian tahapan, yang langkah pertamanya adalah jatuh cinta. Lalu emosi tersebut mendorong seseorang untuk menempuh proses kedekatan (attachment). Setelah kedekatan terbangun, maka tahap selanjutnya adalah keterikatan (bonding). Emosi yang terlibat dalam serangkaian ini adalah rasa senang, nyaman, gairah, dan bahagia.

Komposisi dan mekanisme cinta

Pengalaman cinta ini, memiliki sejumlah mekanisme di dalam otak yang memproses setiap rasa dan emosinya. Secara garis besar cinta melibatkan 3 zat kimiawi, yaitu dopamine, oksitosin, dan vasopressin. Saat seseorang tertarik pada orang lain, sistem limbik, khususnya amigdala dan hipotalamus meningkat aktif dalam memproduksi oksitosin dan vasopressin. Oksitosin dan vasopressin merupakan hormone yang berkaitan dengan kesenangan, kepercayaan diri, dan kasih sayang. Hormon ini akan meningkat pesat jika seseorang mengalami keterikatan. Hipotalamus memproduksi kedua hormone ini yang kemudian di keluarkan oleh kelenjar pituitary ke dalam aliran darah. Kedua hormone tersebut, di dalam aliran darah kemudian merangsang terbentuknya emosi baru, sehingga terbentuklah dopamine.
ADVERTISEMENT
Saat cinta merebak, seseorang akan mengalami euphoria yang sulit tertahankan. Jika sudah terjerumus dalam pesona orang yang memikat hatinya, seringkali juga tidak henti-hentinya mengingat dan membayangkan orang tersebut. Kejadian-kejadian seperti ini adalah bentuk emosi yang dimunculkan oleh dopamine. Hormon dopamine adalah hormone yang menyebabkan seseorang mengalami euphoria atau kondisi yang sangat senang. Bagian otak yang bereaksi saat seseorang mengalami euphoria cinta, sama dengan ketika seseorang mengonsumsi kokain. Hal ini mendukung opini bahwa cinta itu memang adiktif.
Selain 3 zat kimiawi tersebut, zat lainnya yang turut campur dalam emosi cinta ini adalah norepinefrin dan serotonin. Saat dopamine membanjiri otak, serotonin mengalami penurunan produksi khususnya 5-HT2A. Serotonin berpengaruh terhadap tingkah laku emosional seperti mengatur suasana hati dan gairah instingtual (nafsu makan dan tidur). Jika seseorang mengalami susah tidur dan nafsu makan menurun saat dimabuk cinta, maka jelas ini adalah ulah serotonin. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan serotonin pada timbulnya perasaan romantis ini, sama kadarnya seperti pasien gangguan obesesif-kompulsif. Sehingga seseorang yang jatuh cinta akan cenderung sulit mengendalikan pikiran nya dan terobsesi pada orang yang menarik hatinya.
ADVERTISEMENT
Selain serotonin, norepinefrin juga berkecimpung dalam menyebabkan susah tidur, nafsu makan menurun, bahkan jantung yang berdebar-debar. Ini terjadi karena norepinefrin merupakan neurotransmitter adrenalin. Peningkatan norepinefrin berperan dalam menimbulkan kegembiraan, nafsu makan menurun, kondisi terjaga bahkan insomnia, dan menyebabkan seseorang lebih responsif terhadap sesuatu. Efek yang ditimbulkan saat seseorang merasakan cinta ini juga mirip efek nya dengan pemberian amfetamin untuk meningkatkan norepinefrin.
Seseorang yang sedang jatuh cinta, seringkali bertindak impulsif dan tidak rasional. Seperti ketika tidak sengaja beradu pandang, hati seperti melompat-lompat tidak karuan dan mulai berharap yang tidak-tidak. Atau ketika jatuh cinta, seseorang cenderung terlibat cinta buta dimana semua hal terkait orang itu tampak baik-baik saja. Hal-hal semacam ini tidak rasional sebenarnya, tapi memang sangat indah rasanya.
ADVERTISEMENT
Ini terjadi karena jalur neurol negatif yang memiliki fungsi dalam menilai baik dan buruk sesuatu, yang menghubungkan amigdala dan nucleus akumbens menjadi non-aktif.
Dibalik sebuah emosi cinta yang muncul pada diri seseorang, terdapat serangkaian mekanisme yang aktif di dalam otak. Nyatanya, zat kimia seperti neurotranssmiter turut membanjiri otak yang kemudian tercermin pada tindakan manusia. Zat kimia tersebut dihasilkan oleh sistem limbik yang berperan sebagai dapur utama dalam mengelola emosi cinta. Secara keseluruhan cinta merupakan emosi yang menyenangkan, walaupun memang tidak bisa dipungkiri, cinta dapat membuat seseorang menjadi tidak rasional dan cenderung bertindak impulsif.
Brogaard, B. (2017). The 11 reasons we fall in love falling in love is a quick way for us to undergo rapid self-expansion. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-mysteries-love/201701/the-11-reasons-we-fall-inlove#:~:text=A%20question%20that%20receives%20quite%20a%20bit%20of,and%20circumstances%20that%20produce%20passion%20are%20particularly%20strong
ADVERTISEMENT
Geolive. (2021, Februari 26). Jatuh cinta bikin susah mikir?? geolive bedah medis by dr. ryu hasan [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=3tCpOp1ecDc
Kamelia, L., & Adnyana, O. (2012). Cinta Dalam Perspektif Neurobiologi. Jurnal Neurona, 30(1), 1–8.
Kok Bisa. (2016, Februari 14). Apa itu cinta? [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=0xzK_zIJXdc&t=122s
Neuron. (2019, Februari 10). Bagaimana kita jatuh cinta? [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=jMJmpTnAt5s