Konten dari Pengguna

Lebih Mengenal Child Grooming, Hubungan untuk Manipulasi dan Eksploitasi Anak

Elsi Octaria Gerardy
Mahasiswa Psikologi 2022 Universitas Airlangga
1 Mei 2023 7:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsi Octaria Gerardy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saat ini kita sudah sering melihat banyak orang yang sudah memiliki hubungan asmara dengan pasangannya. Entah itu mereka yang sudah dewasa, baru beranjak dewasa, remaja, dan bahkan anak-anak sudah mengenal hal tersebut. Sebenarnya tidak buruk karena kita dapat mengenal bagaimana cara kita untuk mengasihi atau mencintai orang lain selain diri kita.
ADVERTISEMENT
Isu hangat saat ini dan yang sering terjadi adalah mengenai hubungan asmara yang memiliki pasangan belum legal. Orang-orang pada saat ini tidak terlalu memikirkan apakah pasangan mereka sudah dapat menjadi hubungan atau belum. Mereka hanya berpikir apakah orang itu mencintai saya, apakah orang itu adalah tipe saya, atau apakah saya cocok dengan orang itu.
Pernyataan di atas sangat miris di dalam pandangan saya. Usia merupakan salah satu hal penting yang juga harus diperhatikan dalam menjalin hubungan terutama ketika hubungan itu sudah memasuki ranah sebagai pasangan asmara. Saat ini banyak remaja yang belum legal memiliki hubungan asmara dengan orang yang sudah legal. Hubungan seperti itu, sering kali berujung pada konflik terutama konflik yang berhubungan dengan manipulasi terhadap pasangan.
ADVERTISEMENT
Grooming adalah adanya hubungan ‘akrab’ di mana tujuan dari hubungan tersebut untuk orang dewasa melakukan manipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan terhadap anak-anak. Manipulasi adalah cara yang dilakukan seseorang untuk ‘menyerang’ atau ‘memengaruhi’ emosi dan mental seseorang.
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
Hubungan ‘akrab’ yang dimaksud dapat berupa berpacaran ataupun menikah. Remaja yang belum legal dapat dikategorikan sebagai anak-anak. Mereka berdalih dengan mengatakan jika pasangan mereka sudah memiliki pemikiran seperti orang dewasa walaupun belum legal. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi manipulasi, eksploitasi, bahkan pelecehan.
Tidak sedikit orang dewasa yang memiliki hubungan percintaan dengan anak di bawah umur. Bahkan beberapa selebritas atau orang terkenal pun terang-terangan memiliki hubungan asmara dengan anak di bawah umur, anak yang belum legal. Jadi, tidak heran jika kita masih menemui orang-orang di sekitar kita memiliki hubungan asmara dengan anak di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Adapun alasan yang disebutkan oleh mereka adalah bahwa mereka tidak tahu jika hal tersebut dikatakan ‘grooming’. Di sini kita dapat melihat bahwa masih ada yang tidak mengetahui mengenai batasan usia untuk melakukan hubungan asmara.
Di masyarakat sendiri beberapa ada yang menganut paham “usia hanyalah angka”. Padahal kita sendiri mengenal bahwa rakyat Indonesia baru bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada usia tujuh belas (17) tahun. Fakta tersebut dapat menjadi dasar bahwa Indonesia juga mengenal adanya usia sudah legal dan belum legal.
Ilustrasi kekerasan siber berbasis gender. Foto: Dragana Gordic/Shutterstock
Alasan lain yang menyebabkan adanya hubungan tersebut karena menurut mereka memiliki pasangan yang belum legal itu lebih gampang atau mudah untuk diatur. Artinya secara tidak langsung anggapan bahwa pasangan mereka mudah diatur karena mudah untuk melakukan manipulasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pasangan yang lebih tua akan berpikir bahwa dirinya lebih dewasa dalam hal apa pun sehingga menganggap dirinya lebih superior. Pada titik tersebut kita dapat melihat mengapa mereka menyukai pasangan yang mudah diatur dan salah satunya anak di bawah umur.
Hubungan yang tidak sehat tersebut memberikan banyak dampak negatif. Seperti pelecehan seksual, kekerasan seksual, penipuan materi, dan masih banyak lagi.
Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
Mengalami hal tersebut dapat memberikan dampak lain lagi, misalnya stress, gangguan makan, depresi, dan mengalami trauma bahkan bisa mengakibatkan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan sekitar memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah adanya hubungan yang tidak sehat itu.
Orang tua harus lebih memperhatikan siapa saja yang menjadi teman sepermainan/pergaulan sang anak dan bagaimana hubungan asmara sang anak. Orang tua juga harus mengerti mengenai hubungan asmara yang tidak boleh terhadap sang anak, baik itu pacaran bahkan pernikahan dini.
ADVERTISEMENT