Konten dari Pengguna

Penyebaran Berita Hoax Kasus COVID-19 dan Respon Masyarakat Indonesia

Elsyi Fitriani
Postgraduate Student at UIN Suka Yogyakarta /suka eksplorasi cerita baru dan berbagi perspektif unik.
29 April 2020 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elsyi Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyebaran Berita Hoax Kasus COVID-19 dan Respon Masyarakat Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Baru-baru ini dunia gempar karena munculnya virus yang menular dengan waktu yang terbilang cepat. Kemunculan virus ini bermula pada Desember 2019 dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei di Cina Tengah (Parwanto, 2020:1). Virus yang diberi nama COVID-19 ini membuat banyak warga negara dibelahan dunia tertular akan virus ini. Cina yang merupakan negara pertama yang terkena memiliki 81.340 kasus COVID-19. Menurut data dari Worldometers pada hari Selasa, (17/03/2020) Amerika menduduki urutan pertama kasus terbanyak, yaitu mencapai angka 85.672 kasus. Negara Indonesia juga menjadi korban virus COVID-19 ini. Total kasus COVID-19 di Indonesia hingga Jumat, (27/3/2020) mencapai angka 1.046 kasus. Kemunculan kasus COVID-19 di Indonesia membuat masyarakat Indonesia khawatir dan takut akan tertular. Hal ini terlihat dari apotek-apotek yang kehabisan stok masker dan juga diikuti dengan antiseptik dan juga handsenitizer. Masyaraat Indonesia berbondong-bondong membeli masker dan handsenitizer untuk digunakan sebagai pelindung diri. Tentu hal ini menandakan bahwa kasus ini juga menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semenjak diumumkannya pada hari Senin (2/3/2020) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara positif virus corona (COVID-19), media-media berbondong-bondong memberikan berita dan informasi ter-update mengenai virus corona (COVID-19). Berita yang diberikan untuk masyarakat mengenai COVID-19 sangat beragam, mulai dari gaya hidup sehat dan bersih, informasi mengenai jumlah kasus dan informasi anjuran memakai masker dan handsanitizer untuk menghindari virus COVID-19. Masyarakat menjadi haus akan informasi mengenai COVID-19. Akibat dari kepanikan dan ketakutan, masyarakat menjadi mudah untuk percaya akan berita dan informasi yang didapat dimedia-media seperti grup Whatsapp, Instagram, Facebook dan laman-laman berita online, masyarakat menjadi lupa untuk mem-filter berita-berita yang diterima. Dan secara tidak sadar, masyarakat juga ikut membagikan berita yang belum jelas atau bisa dikatakan berita hoax.
ADVERTISEMENT
Media sosial merupakan salah satu media yang sangat mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Hampir semua masyarakat mendapatkan informasi, melaporkan informasi dan menyebarkan informasi melalui media sosial (Junaedi, 2019:171). Institusi-institusi juga menggunakan media sosial sebagai salah satu wadah untuk menyampaikan sebuah informasi. Sebuah institusi memiliki gatekeeping yang bertugas untuk menentukan kelayakan berita untuk diterbitkan ke media sosial miliknya. Menurut Fajar Junaedi, pada akun media sosial yang dikelola individu, pencarian informasi, pelaporan informasi, dan penyebaran informasi dilakukan oleh seorang individu. Mau tidak mau, individu pemilik akun media sosial yang harus melakukan proses gatekeeping seorang diri. Hal ini bisa dikatakan bahwa proses gatekeeping ini tergantung pada individu yang mengelola media sosial tersebut.
ADVERTISEMENT
Semakin mudahnya fasilitas untuk mengakses internet membuat perkembangan media sosial sangat pesat bahkan tidak yang memanfaatkan media ini untuk keperluan pribadi, bisnis dan penyebaran informasi Hoax (Surahman, 2019:184). Berdasarkan apa yang telah dijelaskan oleh Surahman tersebut, penyebaran informasi hoax sangat mudah untuk diproduksi dan di dapat karena adanya kemudahan untuk mengakses internet. Kemudahan mendapatkan dan menyebarkan informasi hoax terjadi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Pada hari Selasa, (24/3/2020) akun Instagram @melawi.informasi mengupload foto hasil screenshoot status Whataapp yang bertuliskan, “Malam ni di anjurkan makan telur rebus 1 biji satu orang tidak boleh berbagi untuk mencegah virus corona. Karena di Pinoh anak bayi baru lahir meninggal karena virus corona #TQ”. Beberapa warga bahkan sempat ikut menyebarluaskan berita tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam Peristiwa ini bisa dipaparkan kesalahan yang dilakukan oleh Citizen Journalism sebagai berikut: Pertama, bahwa masyarakat sangat mudah untuk mempercayai dan menyebar informasi hoax mengenai COVID-19. Kedua, tidak dilakukannya gatekeeping oleh individu yang mendapatkan peristiwa ini juga terbilang salah dan ceroboh, karena berita yang disebarkan adalah berita bohong atau hoax. Gatekeeping adalah proses yang dijalani oleh seorang gatekeeper, yakni proses menentukan kelayakan berita tertentu untuk melewati medium berita menuju saluran berita (Junaedi, 2019:169). Ketiga, Warga yang menyebarkan informasi dalam dunia jurnalis disebut sebagai Citizen Jurnalism. Citizen Jurnalism sama dengan jurnalis warga. Walaupun jurnalis warga tidak terikat dengan institusi, jurnalis warga tetap harus mengutamakan etika dan aturan dalam menyebarkan berita. The place of people in citizen journalism is not only participating as consumers of contents production as what happens in traditional media but also as tools of production, as well as content distributors. Indeed, in a certain condition, people could be a part of developing the contents (Sukmono. Junaedi, 2018:7).
ADVERTISEMENT
Kasus virus corona COVID-19 sampai saat ini masih ada di Indonesia, dengan kemungkinan angka kasus bisa bertambah. Karena virus ini terbilang baru, jadi ada hal yang belum bisa dipastikan mengenai virus ini. Yaitu obatnya. Selain itu, para peneliti sedang mempelajari mengenai virus COVID-19 ini. Hingga saat ini, banyak berita hoax mengenai virus corona atau COVID-19. Media-media yang mencoba untuk memberitakan mengenai COVID-19 terkadang menyalahkan etika-etika dalam jurnalistik. Pada Sabtu, (14/3/2020) di laman berita ASIANMUSLIM.COM menerbitkan artikel yang berjudul “China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin Corona yang Terbukti Ampuh 100 Persen”, setelah ditelusuri kembali artikel ini sudah dihapus oleh pihak ASIANMUSLIM.COM. Pada hari Selasa (17/3/2020) dilaman/ website Kominfo. Kominfo menkonfirmasi berita yang mengenai “China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin Corona yang Terbukti Ampuh 100 Persen” merupakan berita hoax. Berita ini dipastikan hoax oleh Kominfo. Dalam berita yang sempat viral ini, disebutkan bahwa Kementerian Kesehatan China memberi pengumuman bahwa Dr. Manar Saadi Al-Shenawi berhasil menemukan vaksin. Disebutkan juga vaksi yang berhasil ditemukan tersebut terbukti efektif dalam menyembuhkan lebih dari 7 kasus. Berikut penjelasan mengenai kekeliruan ASIANMUSLIM.COM dalam menerbitkan berita. Pertama, setelah ditelusuri oleh Kantor Berita Politik RMOL, bahwa dalam berita tersebut tidak ditemukan sumber informasi resmi dari Kementerian Kesehatan China. Kedua, setelah ditelusuri, penulis tidak menemukan profil Dr. Manar Saadi Al-Shenawi. Melihat dari kasus diatas dapat kita analisis bahwa dalam menerbitkan sebuah berita pihak ASIANMUSLIM.COM tidak menjalankan sebuah etika jurnalistik. ASIANMUSLIM.COM sudah melakukan sebuah kebohongan dalam menyampaikan dan menerbitkan berita.
ADVERTISEMENT
Sebagian masyarakat yang membaca berita ini percaya bahwa berita ini adalah benar. Hal ini kembali membuktikan bahwa sebagian masyarakat Indonesia terlalu mudah untuk menerima dan menyebarkan berita yang belum jelas kepastiannya atau berita bohong atau berita hoax.
Pembuatan berita bohong ini sudah sangat jelas melanggar UU ITE. Peraturan yang mengatur berita hoaks berada dalam pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ("UU ITE") sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Bunyi pasal tersebut adalah:
'Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik'.
ADVERTISEMENT
Respon masyarakat Indonesia terkait dengan pemberitaan-pemberitaan virus COVID-19 merupakan hal yang harus diperbaiki dan diberi edukasi lagi. Masyarakat Indonesia sulit untuk men-filter berita yang masuk dan tidak mengkonfirmasi lagi mengenai berita yang didapat. Oleh karena itu edukasi dan kampanye melawan hoax harus tetap dijalankan. Agar masyarakat bisa menerima berita yang benar dan terkonfirmasi.