Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kesatria Astra Penyelamat Bumi
23 Agustus 2023 13:54 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Elva Susanti E tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Pengolahan sampah yang minim, membuat kami kesulitan dalam mensosialisasikan manfaat Maggot yang sesungguhnya memiliki impact besar." Terang Vira, via wawancara.
ADVERTISEMENT
Perempuan asal Curup, Rejang Lebong, yang akrab disapa Vira ini memiliki nama lengkap Vira Ria Rinjiani, S.Pd. Meskipun sedang disibukkan dengan aktivitas kuliah, namun semangatnya untuk mengolah sampah organik melalui maggot tak pernah padam. Vira pun bersama timnya mendirikan Maggot Recycle Centre, yakni gerakan pembudidayaan Maggot. Tim tersebut adalah Anggota Rumah Pemuda Kreatif dari Yayasan Rafflesia Nusantara. Awal perjuangan dalam membudidayakan Maggot tidaklah mudah, terutama saat mensosialisasikan pada masyarakat setempat. Maggot yang dianggap limbah dengan bau yang sangat menggangu menjadi kendala.
Maggot Recycle Centre sebenarnya sudah aktif sejak tahun 2018, namun sempat off yang kemudian aktif kembali pada tahun 2020-2022. Rasa kepedulian masyarakat terhadap pengolahan sampah ini masih minim, hal itulah yang membuat Vira dan timnya terus berjuang mengedukasi masyarakat sekitar tentang pengolahan sampah organik melalui maggot dan dan manfaat maggot yang memiliki impact besar.
ADVERTISEMENT
Awal Kiprah Berdirinya Maggot Recycle Centre
Maggot Recycle Centre berdiri sejak tahun 2018, sempat terhenti namun kemudian kembali aktif pada tahun 2020-2022 awal. Dari terganggunya dengan bau yang tidak sedap dari sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggalnya -- Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu -- Vira pun berhasil memanfaatkan sampah dari limbah sayuran untuk bahan budidaya Maggot. Wilayah Rejang Lebong merupakan wilayah yang terkenal dengan luasnya pertanian sayur mayur, sehingga sampah organik pun banyak dihasilkan dari sisa pembuangan hasil panen sayur.
Vira yang saat itu menjabat sebagai sekretaris dan administrasi di Yayasan Raflesia Nusantara berinisiatif untuk dapat memanfaatkan limbah sampah organik menjadi sesuatu yang dapat menghasilkan dan bermanfaat. Vira kemudian mengajak Anggota Rumah Pemuda Kreatif dari yayasan itu untuk ikut serta mengelola proyek Maggot Recycle Centre. Melalui proyek Maggot Recycle Centre itulah Vira dan tim fokus mengelola dan mensosialisasikan manfaat Maggot kepada masyarakat. Vira ingin agar masyarakat sadar akan pentingnya pengolahan sampah yang akan menguntungkan bagi diri dan lingkungan sekitar. Vira juga berharap di setiap lingkungan masyarakat memiliki pembudidayaan Maggot yang nantinya produk Maggot dapat diekspor.
ADVERTISEMENT
Patahkan Anggapan Miring Masyarakat dengan Cara Bermartabat
Apa yang akan Anda lakukan jika ada yang mencibir dan meremehkan? Mungkin kesal, marah, dan sebagainya. Namun, Vira menanggapi dengan senyuman dan tak lekas berputus asa memberi sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat budidaya Maggot. Sebab, Vira menyadari untuk mencapai sukses dalam proyeknya itu ia harus menghadapi banyak tantangan dengan lapang dada, salah satunya ketika meyakinkan masyarakat -- terutama pemuda -- tentang potensi dari budidaya Maggot.
Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerahnya, Vira akhirnya berhasil mengubah persepsi masyarakat dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat, terkhusus ibu-ibu dan pemuda. Bahkan masyarakat pun berharap agar Maggot dapat dikembangbiakkan dengan skala besar, sebab tidak hanya dapat mengurangi sampah namun juga mendatangkan hasil yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Berdaya Bersama Melalui Kegiatan Positif
Maggot termasuk jenis larva dari lalat black soldier fly (BSF) yang berasal dari Amerika. Perbedaan antara lalat BSF dengan lalat hijau, yakni terletak pada tempat mereka berkembangbiak. Lalat BSF hanya berkembangbiak pada limbah organik seperti limbah ampas tahu, sisa sayura dan buah, sedangkan lalat hijau lebih menyukai tempat amis, kotor dan berbau busuk seperti tempat sampah, kotoran hewan dan bangkai. Itulah alasan mengapa lalat BSF atau lebih dikenal dengan Maggot dapat dijadikan sumber pakan bernutrisi tinggi dan tidak membawa penyakit seperti lalat hijau.
Dengan berdirinya Maggot Recycle Centre, Vira memiliki impian agar budidaya Maggot bisa menjadi komoditi ekspor, sebab Maggot memiliki peluang dan prospek yang menjanjikan. Ada dua jenis produksi Maggot yang akan dikembangkan oleh Vira, yakni berupa Dry Maggot dan Tepung Maggot. Vira berharap dukungan dari semua pihak dan Vira pun menjadi salah satu Penerima Satu Indonesia Award Tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Pratama, Nur Wahyu. 2023. "Tips Meraup Cuan dari Bisnis Budidaya Maggot"
https://umkm.kompas.com/read/2023/08/21/070000183/tips-meraup-cuan-dari-bisnis-budidaya-maggot, diakses pada 22 Agustus 2023.
Aprizal, Heri. 2023. "Semangat Vira Ria Rinjiani Menjaga Bumi: Ubah Sampah Menjadi Rupiah, Kembangkan Maggot Recycle Centre"
https://www.google.com/amp/s/rakyatbengkulu.disway.id/amp/660886/semangat-vira-ria-rinjiani-menjaga-bumi-ubah-sampah-menjadi-rupiah-kembangkan-maggot-recycle-center, diakses pada 22 Agustus 2023.
Muazam, 2023. "Upaya Kurangi Sampah Makanan Lewat Budidaya Maggot"
https://www.google.com/amp/s/parboaboa.com/upaya-kurangi-sampah-makanan-lewat-budidaya-maggot, diakses 23 Agustus 2023.
Kis Dewantoro, Mahmud Efendi, Beternak Maggot Black Soldier Fly (Jakarta Selatan: PT. AgroMedia Pustaka, 2018).
Hidayat, Nur. 2022. "Perbedaan Maggot BSF dan Lalat Hijau"
https://kitakulik.com/perbedaan-maggot-bsf-dan-lalat-hijau/, diakses pada 23 Agustus 2023.
Live Update