Cara Asyik Menikmati Jenewa, Kota di Swiss dengan Sejuta Kenangan

Konten dari Pengguna
15 Maret 2020 6:12 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elvie Indayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Kota Jenewa, Jet d'Eau dan Lac Leman, dari atas menara St. Pierre Cathedral. Foto koleksi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Kota Jenewa, Jet d'Eau dan Lac Leman, dari atas menara St. Pierre Cathedral. Foto koleksi pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelum berangkat menuju Jenewa, tempat penugasan saya selama 3 tahun di Perutusan Tetap Indonesia untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya, banyak yang memprediksi bahwa saya tidak akan betah tinggal di sana. Sering disebut sebagai dusun kecil yang depressing dan membosankan, dimana toko-toko tutup pukul 6 sore, dianggap tidak punya kehidupan, serta berbiaya hidup sangat mahal; merupakan ciri-ciri kota Jenewa yang sering digambarkan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Ternyata, Jenewa tidak seburuk yang dibayangkan. Berikut alasannya.
1. Kota kecil yang indah
Pemandangan pegunungan Jura. Foto koleksi pribadi.
Dengan lokasi geografis persis di tengah kawasan Eropa Barat, diapit pegunungan Alpen dan Jura, berada di tepian Lac Leman (Danau Jenewa) dengan pemandangan Mont Blanc yang dramatis, mungkin tidak ada kota lainnya di Eropa yang lebih menarik untuk ditinggali, daripada Kota Jenewa di Swiss.
Pemandangan pegunungan Alpen. Foto koleksi pribadi.
Sebagai kota terpadat kedua di Swiss setelah Zurich, Jenewa merupakan kota metropolis kecil namun terpadat di Romandy, bagian dari Swiss yang berbahasa Prancis. Sehingga tidaklah mengejutkan jika tampilan dan suasana kota Jenewa sangat berbau Prancis, baik dari bahasa, budaya, gastronomi, sampai rangkaian gedung yang berada di kota ini.
Salah satu pusat kota di Jenewa. Courtesy photo: www.glocals.com.
Jenewa memiliki taman, danau, museum, teater opera, bar, restoran dan bandara internasional, dengan fitur kota metropolis. Hal terfavorit mengenai Jenewa adalah bahwa saya bisa pergi dari satu sisi kota ke sisi kota lainnya dalam 30 menit, sampai ke bandara dari rumah dalam waktu 20 menit, dan berada di lereng gunung dalam waktu 45 menit.
Area stasiun kereta api Gare Cornavin, salah satu sudut tersibuk Kota Jenewa. Foto koleksi pribadi.
2. Atmosfer Cosmopolitan
ADVERTISEMENT
Dari semua kota di Swiss, Jenewa merupakan kota yang paling cosmopolitan. Berinteraksi dengan masyarakat lokal Jenewa, bersosialisasi dengan bermacam jenis orang dari berbagai belahan negara yang berbeda, mendengarkan orang-orang bicara dalam berbagai bahasa, mengembangkan jejaring dengan beragam organisasi internasional dan LSM yang berpikiran terbuka, menjadikan atmosfer kota Jenewa sangat dinamis.
The Place du Bourg-de-Four, salah satu historical landmark di Jenewa. Foto koleksi pribadi.
Meskipun pengaruh Prancis sangat kuat, Jenewa merupakan salah satu kota kecil “paling internasional” di Eropa, bahkan di dunia, dengan masyarakat yang multikultural. Dengan populasi sekitar 350.000 jiwa, 45% penduduknya adalah ekspatriat perwakilan dari 175 negara. Hal ini tidaklah mengherankan, mengingat Jenewa merupakan hub diplomasi multilateral terbesar di dunia; rumah dari Markas PBB di Eropa, 37 organisasi internasional, kantor perwakilan dari 175 negara anggota PBB dan sekitar 750 lembaga swadaya masyarakat.
Markas Besar PBB di Jenewa. Foto dari portal UNOG.
3. Outdoors Activities yang Seru!
ADVERTISEMENT
Baik di musim panas, musim gugur, musim dingin maupun musim semi, Jenewa merupakan kota cantik untuk dijelajahi. Sejumlah aktivitas menyenangkan sebagai berikut, telah menegasikan pernyataan “Jenewa kota yang membosankan”.
Salah satu sudut tepian Danau Jenewa. Foto koleksi pribadi.

a. Jalan-jalan di Kota Tua

Berkunjung ke Kota Tua Jenewa, yang dalam Bahasa Prancis disebut sebagai Vieille Ville, akan membuat Anda merasa berada dalam zaman Jenewa kuno seribu tahun yang lalu. Vieille Ville merupakan labirin kuno berisi jalan-jalan kecil dan alun-alun indah, yang dipenuhi cafe dan restoran yang homy serta galeri dan museum yang dipagari oleh bangunan bersejarah berabad lalu.
Salah satu sudut Vieille Ville. Foto dari www.geneva.info.

b. Naik ke Puncak Menara St. Pierre Cathedral di Kota Tua

Salah satu cara terbaik untuk melihat Kota Jenewa adalah dengan melihatnya dari puncak menara Katedral St. Pierre yang berusia lebih dari 850 tahun. Menaiki 200 anak tangga spiral yang tinggi memang akan buat gempor, namun Anda akan mendapatkan pemandangan terbaik seluruh Jenewa beserta danau Jenewa dengan Jet d’Eau-nya yang monumental.
Menikmati Jet d'Eau dari puncak Katedral St. Pierre. Foto koleksi pribadi.

c. Berjalan di Sepanjang Lac Leman

Berjalan di sepanjang Danau Jenewa, atau Lac Leman, Anda akan menikmati pemandangan lanskap yang tenang. Mengamati Mont Blanc yang megah, mengagumi Jet d’Eau yang terkenal, memberi makan burung atau angsa disekitar danau; akan menjadi aktivitas paling tidak membosankan di akhir minggu.
Bercengkrama dengan burung-burung di tepian Danau Jenewa. Foto koleksi pribadi.
Aktivitas lain yang dilakukan penduduk lokal di Lac Leman adalah melakukan olahraga air seperti paddleboarding, berlayar, atau cruising dengan boat melintasi Danau Jenewa.
Menikmati matahari tenggelam di tepian Lac Leman. Foto koleksi pribadi.

d. Menikmati Festival Balon

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Festival Balon Udara Internasional di Château-d'Oex berlangsung selama 9 hari dan dihadiri wakil dari puluhan negara, dengan hampir seratus balon udara yang terbang menembus Vaudois Alps di musim dingin.
Festival Balon Udara Internasional. Foto koleksi pribadi.

e. Paragliding dari Gunung Salève

Berlari dari tepi tebing puncak Gunung Salève dengan parasut di belakang Anda benar-benar akan memacu adrenalin! The adrenaline rush is well worth it though, untuk menikmati keindahan alam wilayah perbatasan Swiss dengan Prancis dari ketinggian.
Paragliding dari Gunung Saleve. Foto koleksi pribadi.

g. Menjelajahi Carouge, the Italian Quarter of Geneva

Carouge, yang terletak di seberang sungai l’Arve, sering disebut sebagai Little Italy. Bekas kota perdagangan bergaya Mediterania ini meniru Kota Nice , dan sering disebut sebagai the Greenwich Village of Geneva, karena banyak studio dan butik tempat para pengrajin.
Carouge, the Italian Quarter of Geneva. Courtesy photo: www.geneva.info
Atmosfer bohemian berlanjut hingga malam yang semarak dengan sejumlah cara, underground jazz bars, dan klub malam, menjadikan kawasan ini trendi di kalangan anak muda di Jenewa.
Suasana Cafe di Carouge. Foto koleksi pribadi.

h. Menikmati La Pointe de la Jonction

La Pointe de la Jonction, pertemuan dua sungai dengan suhu berbeda. Courtesy photo: www.geneva.info.
Keunikan kecil yang menyenangkan di Jenewa adalah melihat La Pointe de la Jonction, titik pertemuan antara dua sungai dengan suhu yang berbeda. Sungai Rhône yang jernih berwarna hijau dan Sungai Arve yang berwarna biru tidak menyatu/bercampur pada titik pertemuannya, menjadikan La Pointe de la Jonction pemandangan yang memikat.
La Pointe de la Jonction juga menjadi tempat favorit penduduk lokal untuk menikmati musim panas. Foto koleksi pribadi.

i. Mengeksplorasi pasar loak

Pasar loak di Plainpalais di Jenewa. Courtesy photo: www.geneva.info.
Setiap Rabu dan Sabtu serta Minggu pertama setiap bulan, lapangan besar di Plainpalais di sekitar alun-alun kota Jenewa menjelma menjadi salah satu pasar loak terbesar di Swiss. Penulis awalnya agak anti dengan barang usang, namun akhirnya menjadi ketagihan untuk berburu barang antik seperti lukisan dan jam khas Swiss.
Jam antik ala Swiss, yang diperoleh penulis setelah proses negosiasi yang sengit. Foto koleksi pribadi.
Para pemburu barang murah dan kolektor barang antik juga dapat menemukan segala jenis barang disini; bric-à-brac, buku, pakaian, perhiasan, barang antik, dan barang dekoratif.
ADVERTISEMENT
4. Wisata Kuliner
Selain pemandangan alam yang indah, Jenewa juga menyajikan makanan dan minuman yang berkualitas. Baik itu di restoran berbintang ala Michelin star, santapan mewah di hotel hingga cafe-cafe tradisional yang charming di sudut kota, di tepian danau sampai di pedesaan, atau sekadar nongkrong di bar di distrik bohemian bernuansa Italia di Carouge.
Truite au bleau, hidangan ikan ala Prancis yang populer di Swiss. Foto koleksi pribadi.
Cukup dalam merogoh kocek, memang. Sekali makan kebab di restoran sederhana Lebanon akan menghabiskan minimal CHF 20, atau sekitar Rp 350.000. Pengalaman makan paling murah didapat penulis di kantin Markas PBB, yaitu CHF 12, atau sekitar Rp 200.000.
Cheese fondue, salah satu makanan khas Swiss. Courtesy photo: Common Wikipedia
Sebagai hub internasional, ditemukan banyak variasi restoran non-lokal yang menyajikan masakan seperti Italia, Meksiko, Thailand, Vietnam, Lebanon, dan Turki.
ADVERTISEMENT
Cokelat Swiss
Jangan pernah berkunjung ke Jenewa tanpa mencicipi cokelat Swiss yang lezat! Dari coklat Favarger, chocolatier lokal eksklusif yang telah berproduksi sejak tahun 1826; Laderach, dengan berbagai suguhan cokelat dan es krim; maupun ke Manu, yang menyajikan gelato artisanal ala Swiss yang merupakan pendamping sempurna untuk menyusuri Lac Leman pada musim panas yang hangat.
Cokelat Swiss. Courtesy photo: www.glocal.com.
Budaya Minum Kopi
Swiss adalah negara penggemar kopi. Setiap penduduk rata-rata minum sekitar 1.200 cangkir kopi per tahun, menjadikan Swiss sebagai konsumen minuman kopi terbesar di Eropa, setelah Finlandia dan Norwegia. Bukan suatu kebetulan juga bahwa Swiss merupakan asal dari Nespresso, produsen kopi kapsul beserta mesin kopi yang cukup mendunia.
Sebuah cafe di tepi Danau Lac Leman. Foto koleksi pribadi.
Tidak seperti tetangga mereka di Italia yang minum kopi di bar atau cafe, orang Swiss, secara tradisional, biasanya minum kopi di rumah. Namun demikian, budaya minum kopi di Jenewa pada sore hari telah menjadi tradisi yang sangat populer. Terdapat cafe kecil yang nyaman di seluruh kota, baik itu Birdie, Les Recyclables (kafe dan toko buku bekas), Café Remor yang selalu padat dari jam buka hingga tutup, sampai ke Boreal, yang merupakan coffee-chain terkemuka di Jenewa.
ADVERTISEMENT
Brunch di Hari Minggu
Avocado toast with sunny-side egg, salah satu menu brunch populer di Jenewa.
Brunch di Minggu siang juga tidak boleh dilewatkan. Dari beragam prasmanan kue, hidangan hangat, salad, sampai pancake dan minuman panas yang sedap, tersedia di berbagai restoran. Restoran paling hits penyaji brunch ada di area Parc du Bastions. Ada harga ada rupa. Untuk menjajagi pengalaman brunch di Jenewa, Anda harus merogoh kocek CHF 48 atau sekitar Rp 1 juta per orang.
Pemandangan Mount Blanc. Foto koleksi pribadi.
Dengan berbagai aktivitas seru dan menyenangkan tersebut di atas, apakah Anda masih berpendapat bahwa Jenewa adalah kota yang depressing dan membosankan?
Biaya hidup di Jenewa memang betul mahal, namun kesempatan tinggal di Jenewa telah meninggalkan sejuta kenangan.
Absolutely worth it.