Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Refleksi Pengalaman Si Pemalu Menjadi Percaya Diri
16 November 2022 14:31 WIB
Tulisan dari Elvin Cristo Iskandar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jujur, menjadi seseorang yang pemalu dan tidak percaya diri itu sangat menguras emosi, mulai dari perasaan yang berubah-ubah hingga takut untuk bertemu dengan orang banyak. Misalnya, sebelum melakukan sesuatu selalu ada perasaan yang berkecamuk. “ Saya tidak berani” , “ Apakah ini akan memalukan?” , “ Mereka akan menertawakan penampilan saya” dan lainnya. Sepatutnya yang harus dikatakan adalah “Saya pasti bisa” atau “Saya akan melakukan yang terbaik”. Jika teman-teman sudah mencoba untuk percaya diri tetapi tetap gagal, maka teman-teman harus membaca artikel ini sampai selesai.
ADVERTISEMENT
Saya adalah alumni dari SMA Kristen Kalam Kudus Pekanbaru. Saya sudah terbiasa bepergian sejak usia saya lima Tahun. Pertama kali, ibu mengajak saya ke Kota Medan. Setibanya di Medan, saya mengalami gegar budaya. Menurut pendapat saya, orang Medan terkesan sangat tegas, baik dalam berperilaku maupun berkomunikasi. Sejak saya berumur dua Tahun, orang tua saya selalu mengatakan saya adalah perempuan yang cerewet. Memang benar, sejak kecil saya sulit untuk berhenti berkomuikasi, selalu ada topik yang bisa saya sampaikan. Namun, akibat dari gegar budaya, rasa percaya diriku semakin berkurang. Teman-teman saya sudah membentuk kelompok mereka masing-masing. Saya siswi baru, selalu sendirian. Sudah pasti sendirian, karena teman-teman saya saat itu selalu menggunakan bahasa Hokkien. Saya tidak mengerti bahasa Hokkien, maka dari itu saya tidak ada teman.
ADVERTISEMENT
Ketika saya memasuki semester akhir di kelas 2F, saya semakin tidak percaya diri, karena pada saat itu nilai saya sangat jelek. Hari demi hari berlalu, hingga saya duduk di bangku kelas 9. Perasaan saya masih sama, tidak percaya diri. Saya sering diejek dan direndahkan oleh teman-teman kelas. Ketika guru memanggil nama saya untuk maju ke depan kelas, saya selalu lambat untuk maju. Semua ini karena pikiran saya yang selalu saja merasa saya tidak akan bisa. Setelah saya lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya harus turut ibu pindah kantor ke Kota Pekanbaru.
Ibu mendaftarkan saya ke beberapa sekolah swasta terbaik di Pekanbaru, Salah satunya Sekolah Kristen Kalam Kudus (SKKK). Hari pertama saya disini tidak seburuk saat hari pertama saya bersekolah di Medan. Saat hari pertama, guru bahasa meminta siswa dan siswinya untuk membuat dialog dan membacakannya. Saya adalah orang ketiga yang memberanikan diri untuk membacakan hasil karangan yang sudah saya buat. Perasaan takut dan gelisah terus menyerang, tetapi saya berusaha untuk melawan perasaan itu. Hingga saya tidak sadar, saya sudah selesai membacakan hasil karangan saya, kemudian teman-teman di kelas memberikan tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi karena karangan saya sangat bagus. Setelah kelas bahasa selesai, guru bahasa memanggil saya, kemudian meminta saya untuk mengikuti lomba sastra yang diadakan di SMA Negeri 1 Pekanbaru. Perasaan saya tidak keruan, tetapi tidak enak juga menolak. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama dua pekan saya dibimbing oleh guru bahasa, ada banyak pembelajaran yang bisa diambil. Salah satunya cara untuk menjadi percaya diri. Guru bahasa saya selalu mengatakan, anggap saja penonton sebagai boneka, karena dengan begitu semangatmu akan tumbuh. “Yakin dan percaya dengan potensi yang kamu miliki, karena tidak semua orang memiliki itu.” Kata-kata ini yang membuat semangat saya meningkat. Sebelum saya tampil, saya selalu berdoa terlebih dahulu dan melakukan seperti yang dikatakan guru bahasa. Jujur, karena masih percobaan pertama, saya masih sedikit gelisah, hingga saya melupakan naskah yang sudah dibuat. Namun, hal tersebut tidak membuat semangat saya lenyap, saya mengingat kembali perjuangan saya saat latihan dan juga semangat guru bahasa saat membimbing saya. Tidak disangka, saya berhasil meraih juara ketiga di SMA Negeri 1 Pekanbaru. Karena penghargaan tersebut, guru-guru memberikan apresiasi dan selalu mendaftarkan nama saya untuk ikut serta dalam lomba sastra.
ADVERTISEMENT
Saya belajar dari pengalaman saya saat mengikuti lomba, mulai dari lomba di SMA Negeri 1 Pekanbaru hingga lomba mewakilkan sekolah ke Universitas Riau (UNRI). Beberapa dari teman kelas saya juga malu saat tampil, tetapi ketika mereka mengingat kembali usaha yang sudah mereka persiapkan dan semangat dari yang mendukung mereka, secara tidak langsung akan membangkitkan semangat mereka. Karena begitu banyak lomba yang saya ikuti, saya menjadi terbiasa untuk tampil, bahkan sekarang saya sering dijuluki "si PD". Teman-teman yang sulit untuk berhadapan dengan orang banyak, sering merasa tidak bisa, teman-teman bisa mengikuti cara yang selalu saya lakukan. Berikut ini beberapa cara yang selalu saya lakukan agar menjadi percaya diri:
1. Selalu berpikir positif
ADVERTISEMENT
2. Bergaul dengan orang-orang yang membawa dampak positif
3. Melatih dari untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan
4. Mencoba untuk selalu terlibat dalam kerja kelompok/organisasi
5. Selalu yakinkan bahwa diri kita bisa
Bagi teman-teman yang sering di rundung, tetap semangat, itu artinya kalian hebat dari pada si perundung. Bagi teman-teman yang malu untuk tampil, coba ingat kembali perjuangan kalian saat mempersiapkannya. Bagi teman-teman yang takut berpendapat, coba lihat teman-teman diluar sana yang sama sekali tidak dapat kesempatan untuk berbicara. Teruslah belajar untuk percaya diri dan bangkitkan semangat untuk melawan rasa takut dan perasaan yang berkecamuk.