Polemik Kenaikan Harga BBM di Tahun 2022

Elvina Eka R
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan UMM
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2022 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elvina Eka R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengisian bahan bakar solar (sumber : pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengisian bahan bakar solar (sumber : pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2022 ini, Indonesia memiliki berbagai permasalahan ekonomi yang cukup serius. Permasalahan ekonomi yang terjadi saat ini tidak hanya dikarenakan pandemi covid-19 yang belum juga membaik, tetapi juga karena adanya perang dingin antara negara Rusia dan Ukraina. Belum juga masalah tersebut mereda sudah timbul permasalahan baru.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini pada 3 September 2022, Presiden Joko Widodo menetapkan kebijakan mengenai kenaikan pada harga bahan bakar minyak (BBM). Pengambilan keputusan terkait kenaikan BBM dianggap mendadak oleh masyarakat. Jika dilihat dari sejarah, Indonesia terakhir kali mengalami kenaikan BBM pada 24 Maret 2018. Hal itu membuat masyarakat bertanya-tanya mengapa pada tahun 2022 ini terdapat kebijakan mengenai kenaikan BBM.
Pemerintah mengambil kebijakan terkait kenaikan BBM ini, dikarenakan subsidi yang diberikan pemerintah sebesar 502 triliun rupiah tidak tepat sasaran. Sehingga, pemerintah berupaya untuk mengalihkan subsidi BBM agar tepat sasaran kepada masyarakat yang kurang mampu. Diharapkan dengan subsidi tersebut dapat menurunkan tingkat inflasi, serta memulihkan perekonomian negara. Namun, Bank Sentral memprediksi bahwa dengan kenaikan harga BBM membuat tingkat inflasi justru akan meningkat dikarenakan daya beli masyarakat yang mulai menurun.
ADVERTISEMENT
Alasan lain terkait kenaikan harga BBM yaitu ketika terjadi krisis minyak dunia, Indonesia tidak berupaya menaikkan harga BBM. Sehingga, ketika harga minyak dunia turun, maka tingkat konsumsi pada BBM meningkat dan terjadi pembengkakan pada subsidi. Hal itu membuat pemerintah harus mengurangi subsidi dengan meningkatkan harga BBM dari harga yang berlaku sebelumnya.
Dampak negatif dari kenaikan BBM yakni dapat meningkatkan tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Kenaikan BBM dapat memicu semakin besarnya biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan daya jual cenderung menurun. Maka dari itu, sebagian perusahaan mengambil keputusan dengan melakukan pemberhentian beberapa karyawan. Hal itu dianggap salah satu upaya yang tepat dalam menangani permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
Naiknya harga BBM juga berimbas pada naiknya harga bahan pokok di masyarakat karena adanya tambahan biaya transportasi, sehingga daya beli masyarakat akan menurun. Menurunnya tingkat konsumsi yang dilakukan masyarakat akan berakibat pada terhambatnya laju pertumbuhan PDB.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dampak positif dari kebijakan kenaikan BBM yakni berpengaruh baik kepada lingkungan dan tingkat konsumsi BBM. Hal ini didukung dari berkurangnya polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan dan mendorong masyarakat agar lebih hemat dalam mengkonsumsi BBM .
Jika dilihat dari beberapa dampak yang ditimbulkan dari naiknya harga BBM diatas, maka kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM bisa dikatakan kurang efektif. Pemerintah beranggapan bahwa dengan menaikkan harga BBM mampu menurunkan inflasi dan memulihkan ekonomi negara. Namun nyatanya semua anggapan itu berbanding terbalik dengan dampak yang telah ditimbulkan dari naiknya harga BBM, terlebih lagi bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah.