Kepahlawanan Perempuan dalam Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak

Elvira Dyan Anindita
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Konten dari Pengguna
31 Desember 2020 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elvira Dyan Anindita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak merupakan salah satu film yang menggambarkan tentang perlawanan perempuan terhadap stereotip negatif yang beredar di masyarakat. Budaya patriarki yang masih kuat menyebabkan perempuan digambarkan sebagai orang yang lemah dan kelas nomor dua atau biasa disebut dengan The Second Class. Artikel ini akan membahas tentang bagaimana representasi perlawanan perempuan dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ditunjukkan dengan tanda-tanda yang mempresentasikan perlawanan perempuan, meskipun dianggap sebagai orang yang lemah, perempuan mampu menunjukkan sisi kuat dan juga memiliki keberanian untuk menyuarakan apa yang mereka inginkan. Dalam film ini banyak mencerminkan ketimpangan gender antara perempuan dan laki-laki serta menggambarkan perlawanan perempuan untuk mendapatkan keadilan.
Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak merepresentasikan bagaimana perempuan masih dipandang sebelah mata dalam kehidupan bermasyarakat dan mencoba untuk melawan stereotip serta mitos yang beredar di masyarakat untuk mendapatkan keadilan. Representasi kepahlawanan perempuan ini diwujudkan dalam bentuk scene atau adegan-adegan serta dialog antar tokoh.
Tokoh perempuan di dalam film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak digambarkan dengan tokoh pemberani Marlina sebagai sosok yang tenang, kuat dan pemberani. Sedangkan Novi merupakan sosok perempuan yang sedang hamil tua dan selalu mendapat tudingan berbau mitos dari suaminya dan Topan merupakan sosok gadis kecil yang memberikan kenyamanan dan rasa kasih sayang yang telah lama tidak dirasakan oleh Marlina.
ADVERTISEMENT
Posisi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi di pedesaan atau di daerah-daerah di pedalaman masih dipandang dengan stereotip negatif. Perempuan sering dianggap sebelah mata dengan dipandang sebagai sosok yang lemah, emosional, bekerja di dapur dan mengurus rumah, bahkan perempuan hanya dipandang dan dianggap sebagai sebuah objek seksualitas. Film ini juga menggambarkan ideologi patriarki dimana laki-laki digambarkan memiliki otoritas. Salah satu idelogi patriarki yang digambarkan dalam film ini adalah perempuan harus taat pada apa yang dikatakan oleh laki-laki yang menyebabkan perempuan tidak mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri.
Tokoh Marlina dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak memberikan paradigma baru tentang peran kepahlawanan perempuan terutama di Sumba yang selama ini identik dengan daerah terpencil. Peran kepahlawanan perempuan tersebut ditunjukkan dengan perlawanan Marlina dalam melindungi harga dirinya saat ia dilecehkan oleh perampok. Kemudian keinginan Marlina mencari keadilan dan melaporkan kepada polisi bahwa ia telah dilecehkan dan hewan ternaknya dirampok oleh para perampok. Perempuan memiliki kuasa atas dirinya, dibuktikan dengan keinginan dalam menuntut keadilan karena telah menjadi korban pelecehan. Penggambaran sosok marlina merubah ideologi patriarki yang selama ini sering terjadi di masyarakat. Adegan marlina membunuh perampok menunjukkan bahwa perempuan memiliki keberanian besar yang selama ini jarang dimunculkan di publik. Adegan membunuh membutuhkan keputusan kuat yang selama ini identik dilakukan olah laki-laki dalam film.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Marlina dalam memperjuangkan nasibnya adalah bentuk protes yang selama ini dialami perempuan ketika mendapatkan ketidakadilan. Menunjukkan bahwa perempuan mampu memperjuangkan dirinya dengan melakukan perlawanan secara fisik dan juga ideologi. Kegigihan Marlina untuk mendapat keadilan adalah bukti bahwa perempuan memiliki hak atas tubuhnya. Tidak ada yang dapat mengambil hak perempuan sebagai manusia, sama seperti laki-laki yang mempertahankan kekuasaanya dalam masyarakat.
Representasi kepahlawanan perempuan tersebut tidak hanya ditujukan kepada laki-laki agar tidak lagi memperlakukan perempuan secara diskriminasi dan melakukan ketidakadilan. Di sisi lain, perempuan yang tadinya juga meyakini bahwa laki-laki adalah kelompok yang superior, memiliki pandangan baru tentang perlawanan perempuan. Melalui film ini, tokoh Marlina dapat dijadikan acuan tentang kepahlawanan perempuan bahwa perempuan berhak mempertahankan hak atas dirinya sendiri dan mampu melawan penindasan.
ADVERTISEMENT
Film ini mampu mematahkan stereotip negatif yang selama ini berkembang di masyarakat, film ini menunjukkan bahwa perempuan mampu melakukan perlawanan saat mereka ditindas dan perempuan mempunyai hak atas dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Astrid Haryanti dan Fiona Suwana dalam artikelnya yang berjudul The Construction of Feminism in Indonesian Film: Arisan 2! (2014) menyebutkan bahwa perempuan dapat memutuskan apa yang ingin dilakukan secara berani dan bebas dalam hidupnya.