Menilik Canggihnya Teknologi Pabrik Pengelolaan Sampah di Jepang

Elya Dwi
Mahasiswa Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2022 20:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elya Dwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Elya Dwi Trisna
Studi Kejepangan
Fakultas Ilmu Budaya
Foto oleh Tom Fisk: https://www.pexels.com/id-id/foto/bangunan-pabrik-cerobong-asap-pabrik-industri-5099272/
Adanya peningkatan populasi, perkembangan teknologi, ekonomi, dan industrialisasi menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat meningkat. Masalah yang ditimbulkan karena perluasan konsumsi dapat berupa menipisnya sumber daya yang digunakan sebagai bahan baku dan semakin seriusnya masalah berbagai jenis sampah.
ADVERTISEMENT
Sampah tentunya menjadi masalah pencemaran lingkungan yang krusial di setiap negara, khususnya di negara Jepang. Berbagai kemajuan teknologi dan industri dapat menyebabkan kerusakan alam, apalagi daratan Jepang yang sangat terbatas sehingga sulit untuk menemukan tempat pembuangan sampah.
Dengan tujuan melestarikan lingkungan di negara maju, Jepang mengembangkan teknologi pengelolaan dan daur ulang limbah yang secara efektif mengubah limbah menjadi sumber daya baru atau membuangnya dengan tepat.
Foto oleh Jimmy Liao: https://www.pexels.com/photo/11670792/
Sistem yang digunakan berupa pengumpulan dan pengangkutan sampah yang diproses melalui pengolahan perantara dengan dibakar atau menggunakan metode lainnya, kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah dengan cara yang bersih guna mencegah pencemaran lingkungan di daerah sekitar kota yang padat penduduk.
Wilayah perkotaan Jepang yang semakin lebar turut memperluas zona pengumpulan sampah. Guna meningkatkan efisiensi operasi pengangkutan di kota-kota dengan zona pengumpulan yang lebih luas, Jepang mendirikan stasiun pemindahan sampah. Sampah nantinya dipindahkan dari truk yang berukuran kecil ke truk yang berukuran lebih besar. Metode stasiun transfer yang umumnya digunakan di Jepang adalah stasiun transfer kontainer padat.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1960 hingga saat ini, Jepang mengolah sampah perkotaan dengan metode pembakaran. Sampah yang telah melalui proses pembakaran di pabrik pembakaran dan telah menjadi abu akan dibawa dengan truk kontainer untuk ditimbun di tempat pembuangan akhir.
Terdapat 15 daerah persebaran pabrik pembakaran sampah di Jepang, antara lain di Shibuya dan Toshima yang masing-masing berada di satu lokasi di tengah kota; Itabashi, Suginami, Shinagawa, Meguro, Kita, Adachi, Katsushika, Sumida, dan Edogawa memiliki satu lokasi di setiap daerah; daerah Nerima, Setagaya, dan Ota memiliki dua lokasi; serta Chuo yang memiliki empat lokasi pembakaran sampah.
Dua alasan mengapa negara Jepang lebih memilih membakar sampah, yaitu berhubungan dengan masalah sanitasi untuk mencegah penyakit dan memperpanjang masa pakai tempat pembuangan akhir. Hal tersebut dapat terjadi karena sampah yang telah dibakar kapasitas awalnya akan berkurang dan menjadi abu. Dengan begitu masa pakai tempat pembuangan akhir dapat diperpanjang. Jika tempat pembuangan akhir penuh maka harus mencari lagi tempat pembuangan baru yang mana akan sulit jika mengingat Jepang memiliki wilayah yang terbatas.
Foto oleh zydeaosika: https://www.pexels.com/id-id/foto/pohon-mobil-kendaraan-musim-semi-7160555/
Terdapat dua jenis truk pengangkut sampah yang dipakai di Jepang, yaitu truk mekanik dan truk dengan tipe kompresor, tetapi jenis truk mekanik lebih umum digunakan. Proses pengangkutan diawali dengan penjemputan sampah. Petugas akan mengambil sampah menggunakan cakram pemintal dan memasukkannya ke ruang penyimpanan dengan papan penggeser.
ADVERTISEMENT
Sampah yang ada di sekitar pabrik akan langsung diangkut menuju pabrik pembakaran, sedangkan untuk sampah yang jauh dari pabrik dikumpulkan terlebih dahulu di fasilitas penampung sampah sebelum dipindahkan ke truk yang lebih besar.
Di stasiun transfer, sampah yang dikumpulkan oleh truk kecil dibuang ke dalam kontainer dan dipadatkan dalam wadah. Sampah yang telah dikumpulkan oleh tiga truk sebanyak dua ton dalam suatu wadah lalu diangkut ke tempat pembuangan atau pabrik pembakaran dengan truk kontainer besar.
Adanya transfer atau pemindahan sampah ke truk yang lebih besar meningkatkan efisiensi transportasi dan mengurangi konsumsi bahan bakar oleh kendaraan pengangkut yang tidak hanya mengurangi biaya, tetapi dapat mengurangi emisi karbon dioksida yang turut berkontribusi pada pencegahan pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Pabrik pembakaran sampah terbagi menjadi lubang penampung sampah, insinerator untuk membakar sampah menjadi abu, lubang abu untuk menampung abu hasil pembakaran, penyaring gas buang untuk menyerap partikel berbahaya, dan cerobong sebagai tempat membuang gas hasil pembakaran. Pabrik pembakaran terus beroperasi selama 24 jam tanpa istirahat.
Proses pengelolaan sampah dimulai dengan truk kontainer sampah datang ke pabrik pembakaran. Selanjutnya, sampah yang dibawa dijatuhkan dan ditampung ke lubang penampungan. Sampah yang telah ditampung, lalu diangkat menggunakan derek untuk proses pencampuran dengan sampah lain agar pembakaran berjalan merata.
Setelah terpapar oleh udara, sampah dimasukkan ke dalam insinerator. Sampah dimasukkan ke sistem operasi kontainer yang terhubung dengan insinerator menggunakan derek. Di dalam insinerator, sampah dibakar dengan suhu tinggi kurang lebih 850 hingga 950 derajat celsius. Setelah dibakar, kapasitas sampah akan berkurang yang kemudian berubah menjadi abu dan gas buang.
ADVERTISEMENT
Abu yang keluar dari insinerator kemudian diangkut menggunakan konveyor dan ditampung di lubang abu. Selanjutnya, abu dimuat dengan derek dan diletakkan di truk pengangkut abu. Truk yang mengangkut abu tersebut dibawa menuju tempat pembuangan akhir. Gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah disaring menggunakan penyaring gas buang terlebih dahulu sebelum dikeluarkan melalui cerobong untuk menghilangkan zat-zat berbahaya.
Penyaring yang digunakan merupakan saring belakang yang di dalamnya terdapat filter kain berbentuk tabung. Gas buang akan dialirkan ke filter dan zat-zat berbahayanya akan terambil. Untuk mencegah kekhawatiran masyarakat mengenai pembuangan gas hasil pembakaran yang mengandung zat berbahaya, hasil pengukuran zat buang diumumkan ke publik.
Foto oleh Jimmy Liao: https://www.pexels.com/photo/12811640/
Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran sampah dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uap yang dialirkan menuju kolam air panas terdekat sebagai sumber panas. Selain itu, uap tersebut juga menghasilkan listrik yang digunakan untuk kepentingan pabrik dan sisanya akan dijual ke perusahaan listrik atau digunakan warga sekitar pabrik.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2009, terdapat 1.243 fasilitas insinerasi di Jepang yang membakar sampah dengan beberapa metode, seperti tungku stoker, tungku unggun terfluidisasi, dan tungku sumber daya fusi gasifikasi yang bertujuan mendaur ulang abu. Tungku stoker mencapai 70% penggunaan dan mengalami perkembangan pesat. Teknologi terbaru dari tungku jenis ini adalah insinerasi udara rendah dengan tujuan untuk pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi yang sedang dibangun di Jepang.
Beberapa contoh daerah di Jepang yang menggunakan teknologi insinerasi, yakni Shibuya, Shinagawa, Kita, dan Tokyo. Selain itu, Jepang menjadi pemimpin dalam pembangunan dan pengelolaan insinerator dengan tujuan mewujudkan pengolahan sampah dengan standar teknologi kelas dunia untuk membuang sampah berkalori rendah ke tinggi.
Adapun beberapa pabrik insinerasi yang dikirim oleh perusahaan Jepang berada di Singapura, Taipei, Beijing, dan Thailand. Dengan adanya fasilitas insinerasi teknologi tinggi, insinerasi sampah dipercaya menjadi teknologi yang aman dan sehat.
ADVERTISEMENT
Secanggih apapun teknologi yang telah dikembangkan untuk mengelola sampah, negara Jepang tetap menghargai dan menggunakan semua hal semaksimal mungkin untuk menghindari timbulnya sampah.
Meskipun pengurangan volume sampah lewat proses pembakaran sudah dilakukan, kemungkinan penuhnya tempat pembuangan akhir tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, agar tempat pembuangan akhir dapat dipakai lebih lama, perlu adanya kerja sama untuk mengurangi sampah dan mendaur ulang barang yang dapat digunakan kembali. Dengan adanya teknologi dan sistem yang canggih juga diharap dapat membantu melestarikan lingkungan dan dapat mendaur ulang sumber daya secara global.
Referensi:
Center, J. E. S. 2012. Solid Waste Management and Recycling Technology of Japan. Minister’s Secretariat Waste Management and Recycling Department: Nagoya, Japan.
ADVERTISEMENT
Center, J. I. W. I. 2018. Waste Management in Japan: Rules and Figures. Japan Waste Network.
Fatmi, I. 2018. Budaya Pengelolaan Sampah di Jepang sebagai Keteraturan Sosial Masyarakat Jepang. Doctoral Dissertation, Universitas Darma Persada.