Konten dari Pengguna

Wanita Berkarier dalam Islam

Elzim Putri Alfani
Airlangga University Student, Department of English Literature 2021 I Love Writing
8 Juni 2022 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Elzim Putri Alfani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: canva.com
zoom-in-whitePerbesar
source: canva.com
ADVERTISEMENT
Fenomena wanita yang berkarier meningkat seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut laki-laki dan wanita untuk bekerja dan meraih pendidikan yang tinggi. Namun, tak sedikit juga yang berkata seolah-olah tidak ada gunanya wanita berpendidikan tinggi atau berkarier karena ujung-ujungnya akan menjadi ibu rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut seakan-akan merendahkan kaum wanita karena adanya stereotip bahwa wanita sudah pasti akan berakhir menjadi istri dan ibu rumah tangga. Lingkungan yang mayoritas beragama Islam pun tak luput dari stigma tersebut karena adanya persepsi yang tidak tepat terhadap penafsiran Al-Qur’an dan hadis.
Para ulama sendiri memiliki pendapat yang berbeda-beda terhadap isu wanita karier dalam persepsi Islam. Secara umum, para ulama memperbolehkan wanita berkarier dengan alasan meningkatkan perekonomian atau penyaluran hobi dan keahlian. Ada juga pendapat ulama yang melarang wanita bekerja karena menyalahi kodrat perempuan.
Pendapat ini tidak lain bersumber dari kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu yang penuh kekerasan berupa peperangan dan pembunuhan. Meskipun demikian, sekarang kita hidup pada zaman modern yang tentunya lebih aman.
ADVERTISEMENT
Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya,
“Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan itu lebih baik daripada mengonsumsi makanan yang diperoleh dari hasil kerjanya sendiri, sebab Nabi Allah, Daud, memakan makanan dari hasil kerjanya." (H.R. Al-Bukhari)”
Hadis tersebut secara tidak langsung memerintahkan agar umat muslim, tidak terkecuali perempuan agar bekerja dan tidak bergantung pada orang lain. Syariat Islam sesungguhnya tidak membedakan hak antara laki-laki dan perempuan untuk bekerja. Pada zaman Rasulullah saw. pun tidak sedikit kaum wanita yang berkarier.
Nama Khadijah, istri Nabi Muhammad yang pertama, tercatat sebagai pengusaha yang sukses bahkan sebelum menikah dengan Nabi Muhammad. Khadijah merupakan seorang wanita yang bijaksana, tangguh, lemah lembut serta berwawasan luas. Khadijah mewarisi kekayaan yang ditinggalkan oleh keluarganya dan mantan suaminya. Dengan kebijaksanaannya, Khadijah berhasil mengelola harta yang sedemikian banyaknya sehingga menjadi pengusaha yang sukses pada masanya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya pada zaman Rasulullah, keberhasilan wanita dalam berkarier pun banyak dibuktikan setelahnya, salah satunya adalah Fatima Al-Fihri, pendiri universitas pertama di dunia, yaitu Universitas Al-Qarawiyyin. Universitas tersebut dibangun pada tahun 859 M setelah Fatima menerima uang warisan yang besar dari ayahnya.
Fatima menggunakan seluruh uang warisannya untuk mendirikan masjid yang juga berfungsi sebagai tempat pengajaran dan menuntut ilmu. Masjid Al-Qarawiyyin secara resmi diubah menjadi universitas pada tahun 1963 setelah mengalami banyak lika-liku sebagai pusat pembelajaran agama.
Nama Fatima Al-Fihri dan Siti Khadijah hanyalah salah satu dari sekian banyaknya wanita karier yang sukses dalam sejarah Islam. Oleh karena itu, Islam sama sekali tidak melarang wanita untuk berpendidikan tinggi atau berkarier sesuai dengan yang mereka inginkan selama itu memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh :
Elzim Putri Alfani (Mahasiswa Universitas Airlangga)