Konten dari Pengguna

Pancasila dan Pengaruh Budaya Global dalam Identitas Nasional yang Kuat

Emalia Annisa Putri
Mahasiswi Universitas Pamulang, Jurusan Ilmu Komunikasi
27 November 2024 20:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Emalia Annisa Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Identitas Nasional (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Identitas Nasional (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Jakarta, 26 November 2024 — Pengaruh budaya global semakin terasa di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Berbagai budaya asing, seperti musik, fashion, dan hiburan, kini lebih mudah diakses berkat kemajuan teknologi. Salah satu contoh pengaruh budaya global yang semakin populer adalah budaya Jepang, khususnya anime dan manga, yang semakin banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tak hanya mempengaruhi gaya hidup dan cara berpakaian, budaya Jepang juga berperan dalam membentuk pola pikir generasi muda. Namun, meskipun pengaruh budaya asing ini tak bisa dihindari, ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat mengikis nilai budaya lokal dan identitas nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia perlu mengelola pengaruh budaya global dengan bijaksana. Pancasila, sebagai dasar negara, menjadi pedoman yang sangat relevan dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan global dan pelestarian budaya lokal. Dua sila dalam Pancasila yang sangat penting dalam konteks ini adalah sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," serta sila ketiga, "Persatuan Indonesia."
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki peran penting dalam menghadapi pengaruh budaya global. Dua sila Pancasila yang sangat relevan dalam konteks ini adalah:
1. Sila Kedua: "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"
Sila kedua mengajarkan penghargaan terhadap hak asasi manusia dan moralitas yang beradab. Dalam konteks budaya global, seperti anime atau manga Jepang, budaya asing yang masuk ke Indonesia harus diterima dengan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dan moral yang berlaku di masyarakat. Misalnya, anime menawarkan banyak cerita yang mengajarkan nilai-nilai persahabatan dan pengorbanan, yang dapat memberi dampak positif bagi generasi muda Indonesia. Namun, jika terdapat unsur kekerasan atau nilai yang bertentangan dengan norma Indonesia, maka perlu ada penyaringan agar tetap menghormati nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
ADVERTISEMENT
2. Sila Ketiga: "Persatuan Indonesia"
Sila ketiga menegaskan pentingnya menjaga persatuan bangsa dalam keberagaman. Dalam menghadapi budaya global, seperti anime Jepang, Indonesia harus bisa menjaga persatuan tanpa mengorbankan identitas budaya lokal. Budaya asing yang diterima seharusnya memperkaya budaya Indonesia, bukan menggantikan. Dengan mengedepankan prinsip saling menghargai, budaya global dapat menjadi kekuatan yang memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, bukan pemisah.
Nilai Positif:
1. Inovasi dan Kreativitas: Budaya global, seperti anime dan manga Jepang, dapat menginspirasi generasi muda Indonesia dalam berkarya, baik dalam seni, desain, hingga animasi. Gaya visual dan cerita yang ditawarkan anime dapat memicu kreativitas dan inovasi dalam industri kreatif di Indonesia.
2. Pertukaran Budaya: Keberagaman budaya global yang diterima oleh masyarakat Indonesia juga memberikan kesempatan untuk memperkaya wawasan tentang berbagai tradisi dan kebiasaan asing. Hal ini membuka peluang untuk kolaborasi budaya yang saling menguntungkan antara Indonesia dan negara lain.
ADVERTISEMENT
Nilai Negatif:
1. Erosi Nilai Tradisional: Pengaruh budaya asing yang terlalu dominan dapat menyebabkan terkikisnya nilai-nilai budaya Indonesia yang telah lama dijunjung tinggi, seperti gotong royong dan solidaritas sosial. Misalnya, generasi muda yang terlalu terpengaruh oleh gaya hidup atau bahasa asing bisa kehilangan rasa bangga terhadap budaya Indonesia.
2. Kehilangan Identitas Budaya: Tanpa pengelolaan yang bijaksana, generasi muda Indonesia dapat kehilangan rasa hormat terhadap tradisi lokal mereka. Terlalu terpengaruh oleh budaya asing bisa membuat mereka melupakan akar budaya Indonesia yang merupakan bagian dari jati diri bangsa.
Solusi
Untuk menjaga identitas budaya nasional, Indonesia perlu bijak dalam mengadaptasi budaya global. Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mempromosikan dan melestarikan budaya lokal melalui berbagai platform, seperti media sosial, pendidikan, dan hiburan. Di sekolah-sekolah, pendidikan mengenai keberagaman budaya Indonesia serta nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda tetap mencintai budaya mereka. Selain itu, masyarakat perlu diberi pemahaman tentang bagaimana mengintegrasikan elemen-elemen budaya asing yang positif dengan tetap mempertahankan budaya lokal yang kaya.
ADVERTISEMENT
Opini Penulis
Meskipun pengaruh budaya global sangat kuat, Indonesia harus mampu memilah dan memilih elemen-elemen budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Budaya luar tidak perlu ditolak, tetapi harus disaring dan diadaptasi dengan cara yang tidak mengurangi jati diri bangsa. Pancasila berfungsi sebagai pedoman yang memastikan bahwa budaya asing yang diterima tetap selaras dengan prinsip dasar negara Indonesia yang mengutamakan keadilan, persatuan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Kesimpulan
Pengaruh budaya global adalah fenomena yang tidak bisa dihindari, namun Indonesia dapat menghadapinya dengan bijaksana. Dengan mengacu pada nilai-nilai Pancasila, Indonesia dapat menjaga identitas nasionalnya sambil tetap terbuka terhadap budaya asing yang membawa dampak positif. Pancasila, khususnya sila kedua dan ketiga, mengajarkan pentingnya keadilan sosial, persatuan, dan penghargaan terhadap keberagaman. Melalui pendidikan, promosi budaya lokal, dan adaptasi yang selektif terhadap budaya global, Indonesia dapat memperkaya kehidupan sosial dan budaya tanpa kehilangan jati diri bangsa.
ADVERTISEMENT
Emalia Annisa Putri, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang (UNPAM).