Kisah Nyata: Ada Hantu di Kantorku

PondokMisteri
butuh asupan horor, langsung subscribe youtube "Pondok Misteri" yaa!
Konten dari Pengguna
2 Juli 2020 11:12 WIB
Tulisan dari PondokMisteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kantor. Foto: Benjamin Child/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kantor. Foto: Benjamin Child/Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari sabtu sudah menjadi agenda wajib aku bertemu dengan Mas Bima. Biasanya di akhir pekan seperti ini kami akan menghabiskan waktu bersama, entah sekadar nonton bioskop, pergi makan, atau duduk di rumah sambil bermain game.
ADVERTISEMENT
Namun hari ini sedikit berbeda, di tengah kencan kami, Mas Bima mendapatkan pesan dari atasannya untuk datang ke kantor saat itu juga. Sehingga aku yang sedang bersamanya pun, terpaksa ikut pergi.
Sebenarnya aku tak masalah bila di akhir pekan seperti ini menemani Mas Bima ke kantor, mengingat kesibukan kami membuat waktu bertemu terbatas. Namun banyak teman kantor Mas Bima yang bercerita sering mengalami gangguan makhluk gaib selama lembur, membuatku sedikit was-was.
Eits, jangan berpikir tempat kerja Mas Bima di sebuah gedung tua yang usang, Kantor Mas Bima justru berada di sebuah gedung mewah bersampingan dengan Mal dan Hotel bintang 5, sehingga tak ada sedikitpun kesan seram.
Tetapi banyak teman Mas Bima yang lembur sering mengalami kejadian mistis, dari suara tawa, hingga saklar lampu dimainkan. Entah benar atau tidak, namun bagiku yang penakut cerita tersebut cukup mengerikan apabila dialami sendiri.
ADVERTISEMENT
Aku mengangguk mengikuti Mas Bima.
Kantor Mas Bima berada di lantai 6, biasanya di setiap lantai ada 2 hingga 3 perusahaan. Namun karena memiliki pegawai yang banyak, maka perusahaan Mas Bima memutuskan menyewa satu lantai sendirian untuk kantornya.
Alhasil di hari Sabtu ini, hanya ada kami berdua di ruangan seluas itu. Suasana seram tak begitu terasa, terutama di ruangan Mas Bima yang langsung berhadapan dengan kaca. Cahaya Matahari yang terik membuat semua kesan seram dan menakutkan lenyap.
***
Aku dan Mas Bima sama-sama menghadap ke arah pintu. Kemudian kami saling menatap dan kembali dengan aktivitas masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya aku ingin langsung bercerita kepada Mas Bima bahwa mendengan suara pintu terbuka, disusul dengan langkah kaki mendekat kemari. Namun aku terlalu takut, karena katanya ‘mereka’ akan tahu saat dibicarakan.
Bosan bermain ponsel, aku mengamati sekeliling. Tepat di seberang gedung perkantoran ini merupakan parkiran. Sejak tadi sama sekali tak ada henti-hentinya mobil lalu lalang, menunjukkan banyaknya pengunjung Mal di akhir pekan.
Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak. Aku melihat sebuah siluet hitam tepat di samping pintu masuk ruangan Mas Bima yang dibiarkan terbuka. Siluet tersebut tak begitu jelas, tapi aku tahu bahwa itu adalah ‘makhluk’ asing.
Aku menundukkan pelan kepalaku, berusaha agar tak terlihat jelas mengetahui kehadirannya. “Hhh.” “Hhh.” “Hhh.” Aku mengambil nafas pelan, untuk menenangkan jantungku yang masih berdegub kencang.
ADVERTISEMENT
Aku mengangguk.
Belum usai penampakan siluet hitam mengganggu pikiranku, lagi-lagi suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat kembali terdengar. Entah dengar atau sengaja mengabaikan, Mas Bima tetap sibuk dengan layar komputernya.
Aku tetap duduk dan tak bergeming sekalipun mendengar suara itu berulang kali. Rasanya terlalu takut untuk memastikan dan beranjak dari kursi.
Mas Bima menatapku bingung. Sebenarnya sudah jelas bila dia bingung, karena ini masih pukul 3 sore, bahkan matahari masih bersinar terik. Namun melihat raut wajahku, seolah Mas Bima paham dan memilih menyalakan lampu.
ADVERTISEMENT
Hatiku terasa lebih tenang sejak lampu menyala. Tahu kan perasaan ketika nonton film horor, kamu bisa bernafas lega ketika hari menjelang siang, seolah digambarkan bahwa saat terang hantu tak mungkin muncul.
Aku kembali mencoret-coret kertas di hadapanku. Sampai dikagetkan dengan sesuatu yang menggelinding dari bawah kakiku. Tanpa suara dan rupa jelas, bayangan hitam pekat serta bulat menggelinding begitu saja di bawah kakiku.
Aku mengambil napas, membuangnya, mengambil napas, membuangnya. Namun seolah sia-sia, jantungku masih berdetak kencang, dan perasaanku takut masih menyelimuti hatiku.
Tanpa Ba Bi Bu aku segera mengambil tasku dan segera menggandeng Mas Bima berjalan cepat keluar dari ruangannya.
***
Haaaah.” Aku bernafas lega sesampainya di Mal. Aku masih ingat dengan jelas perasaan mencekam yang mengangguku semenjak tadi, bahkan di ruangan dingin yang hanya ada kami berdua, keringatku tak berhenti mengucur.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aku mengangguk paham.
Aku tersenyum, benar kata Mas Bima. Bila kita tidak mengalami sendiri, mungkin cerita-cerita seperti ini hanya seperti bualan, tapi percayalah bahwa kita selalu hidup berdampingan dengan mereka.