Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kisah Nyata: Cerita Mistis 4 Sekawan (3)
7 September 2020 15:27 WIB
Tulisan dari PondokMisteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
CERITA AJENG
Aku dan keluargaku kerap kali berlibur dengan menginap hotel paling tidak sebulan sekali. Kegiatan ini memang sudah dilakukan sejak aku masih Sekolah Dasar, sebagai cara agar keluarga kami memiliki waktu Family Time bersama.
ADVERTISEMENT
Seperti biasa aku pun antusias, bahkan jauh-jauh hari sudah menceritakan ke teman-temanku bahwa akan menginap di salah satu hotel bintang lima yang cukup terkenal di Malang.
Sayang karena terlalu bersemangat, aku justru jatuh sakit. Walau demikian aku tetap merengek acara menginap hotel tetap berjalan. Ibu dan Bapak tidak bisa menolak keinginanku, sehingga kami berempat bersama Mbak Winda tetap berangkat ke Hotel tersebut.
Saat sampai kondisi tubuhku semakin melemah, sehingga ketika Ibu, Bapak, dan Mbak Winda hendak pergi makan siang aku memutuskan untuk tidur saja di kamar.
ADVERTISEMENT
Aku mengangguk yakin.
Aku mendengar suara langkah kaki mereka bertiga menjauh, diakhiri dengan suara pintu tertutup. Suasana kamar yang sebelumnya ramai, mendadak sangat hening. Namun bagiku yang sedang sakit, saat ini menjadi waktu paling tepat untuk beristirahat.
Aku terbangun mendengar suara bunyi jendela diketuk.
Aku terdiam, memastikan apa yang kudengar memang nyata dan bukan mimpiku belaka. Namun anehnya ,suara tersebut mendadak hilang.
Setelah yakin tidak mendengar apa pun lagi, aku memutuskan menyalakan lampu. Entah kenapa mendadak rasanya ada perasaan takut yang menyelimuti hatiku.
ADVERTISEMENT
Sesaat setelah lampu menyala, hatiku merasa lebih tenang. Aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun baru sebentar tertidur, aku mendengar ada seseorang yang berjalan mendekat. Badanku yang semakin panas, membuat mataku terasa berat untuk dibuka.
Hening.
Hening.
Hening.
Aku terdiam. Badanku yang semula panas, kini menjadi gemetar karena ketakutan.
Suara tersebut semakin mendekat, bersamaan dengan siluet hitam yang semakin terasa jelas dibalik mataku.
Aku bisa mendengar suara detak jantungku tak beraturan karena begitu takutnya. Namun aku juga tidak berani bergerak, apalagi berlari menjauh. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan saat ini hanya berdoa.
ADVERTISEMENT
Kami berempat tertawa bersama.
ADVERTISEMENT
Kami berempat tertawa.