Kisah Nyata: Kuntilanak Merah

PondokMisteri
butuh asupan horor, langsung subscribe youtube "Pondok Misteri" yaa!
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2020 13:42 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PondokMisteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: nytimes.com
zoom-in-whitePerbesar
source: nytimes.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat sekolah, kegiatan pramuka pasti memiliki agenda Jurit Malam. Jurit Malam sendiri bukan hanya ajang senior menakut-nakuti adik kelas, namun juga membantu agar siswa dapat membangun keberanian dari dirinya.
ADVERTISEMENT
.
Hari Kamis pun tiba, Ibu sudah menyiapkan berbagai macam keperluan yang kubutuhkan untuk menginap semalam di sekolah. Dari baju ganti, mi instan, obat nyamuk, hingga senter untuk kegiatan Jurit Malam.
Awalnya aku tidak antusias saat tahu acara Jurit Malam hanya diadakan di sekolah, sebab sekolahku memang tidak begitu luas, dan tidak ada kesan seramnya sama sekali ketika pagi hari.
ADVERTISEMENT
Namun ketika malam tiba dan lampu dipadamkan, aku seolah tidak mengenali lagi sekolahku.
Kami tertawa. Sebenarnya sudah banyak desas-desus beredar kalau acara Jurit Malam nanti para siswa diminta pergi berdua keliling sekolah tanpa penerang apa pun, dan diminta melakukan list pada hantu apa saja yang ditemukan dan di ruangan apa. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar keliling.
ADVERTISEMENT
Aku dan Anton langsung mengangkat tangan kami yang sudah bergandengan, agar menunjukkan bahwa kami rekan satu tim.
Setelah lima menit menunggu, akhirnya satu per satu kelompok diminta berjalan keliling.
.
Setelah beberapa jam, akhirnya tiba giliranku dan Anton. Kami diminta berjalan bersama, namun semua alat penerangan dan ponsel harus dititipkan di kakak kelas.
Saat masih berada di garis start, aku ingin cepat-cepat memulai uji nyali ini. Ingin saja membuktikan kepada yang lain bahwa aku berani. Namun ini tidak seperti sekolahku ketika siang hari, rasanya tangga menuju lantai dua menjadi mencekam seolah ada seseorang yang siap menyapa kami ketika tiba di ujung.
ADVERTISEMENT
Sebuah angin kecil melewati tengkuk leherku begitu saja. Aku masih terdiam, tidak ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ada rasa takut mengganggu hatiku.
Anton mengangguk.
.
Kami terus berjalan dan memasuki ruang demi ruang untuk mencari sosok hantu yang diperankan oleh kakak kelas. Sebenarnya semua juga tahu bahwa hantu di sini adalah manusia, namun suasana mencekam di lorong membuat seluruh bulu kudukku berdiri.
ADVERTISEMENT
Suara derit pintu menggema di seluruh ruang. Aku menatap sekeliling, sebelum dikagetkan dengan pocong yang melompat ke depan wajahku.
Aku masih terdiam karena terkejut.
Aku dan Anton mengangguk bersama, kami pun segera keluar dan mencari di ruangan lain.
ADVERTISEMENT
Kami pun kembali berjalan melewati lorong panjang yang gelap. Setelah berkeliling dan memasuki satu per satu ruang, kami sudah mendapatkan total lima hantu.
Aku memberanikan diri berjalan mendekat ke arah kamar mandi, letak ruangan ini berada di paling ujung dan membuatnya sama sekali tidak mendapatkan cahaya apa pun. Gelap, pekat, dan pengap itu yang kurasakan ketika memasuki kamar mandi.
Aku melihat kanan kiri, memastikan apakah aku harus berjalan maju atau tidak.
Pintu kamar mandi paling ujung terbuka dan seseorang berjalan keluar.
ADVERTISEMENT
Hening.
Aku hendak mendekat untuk mencari tahu nomer di bajunya, namun ‘dia’ hanya terdiam dan membelakangiku.
Entah kenapa hal ini membuatku tidak berani mendekat. Aku memutuskan untuk berjalan keluar, setidaknya grup kami mendapatkan informasi bahwa di kamar mandi ada kakak kelas yang menyamar menjadi kuntilanak merah.
.
Aku dan Anton sudah tiba kembali di garis finish. Rasanya lega melihat lampu penerangan setelah sepuluh menit berada di kegelapan.
ADVERTISEMENT
Aku mengangguk.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, aku tidak berani ke kamar mandi di lantai 2 sekalipun sedang mengikuti kegiatan di sana. Aku akan memilih turun ke lantai 1, dan menggunakan kamar mandi di dekat kantin.
Entah walau tidak ada yang menjelaskan padaku sosok tersebut hantu atau tidak, namun aku tahu bahwa ‘dia’ bukan manusia, karena hanya aku yang melihatnya.