Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kuota Haji dan Tuhan yang Maha Cemburu
4 Juni 2021 12:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Natsir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamis, 3/6/2021, Menteri Agama secara resmi telah mengumumkan secara resmi tidak akan ada keberangkatan haji pada tahun ini. Alasan utama yang disampaikan Gus Yaqut, sapaan akrab menteri agama adalah masih adanya pandemi yang belum juga usai, dan Arab Saudi sebagai negara yang mbaurekso Makkah masih membatasi negara yang diperbolehkan berkunjung ke negara mereka.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa penolakan, keputusan ini telah memantik berbagai reaksi netizen mulai dari yang positif dengan memaklumkan hingga negatif mengutuk keputusan tersebut. Rizal Ramli pakar ekonomi dan politik negeri ini memberikan gambaran bahwa keputusan tiadanya kuota haji ini "mengerikan".
“Bagaimana mungkin negara yang mayoritas muslim malah tidak mendapatkan kuota haji?” ungkapnya di media sosial YouTube baru-baru ini.
Seakan tidak ingin kalah, komentar netizen di YouTube juga tidak kalah amazing. Sebut saja akun bernama Salam mengaitkan keputusan ini dengan fitnah Dajjal yang diramalkan akan muncul di akhir zaman, dan memberikan solusi berupa membaca surat Al-Kahfi ayat satu hingga sepuluh. Hingga akun lain yang memberikan komentar bahwa keputusan ini ada dikarenakan dana haji yang diembat maling. Amazing, bukan?
ADVERTISEMENT
Berbagai keluhan netizen ini mengingatkan saya kepada kisah-kisah Nabi terdahulu.
Syahdan, Nabi Yakub mempunyai putra kesayangan, putra yang taat dan patuh kepadanya. Hingga Yusuf bermimpi sebelas bintang yang bersujud kepadanya. Mimpi ini menambah rasa cinta seorang ayah dan berpesan kepadanya untuk lebih berhati-hati terhadap tingkah laku saudara-saudaranya.
Rupa-rupanya kasih sayang itulah yang membuat Tuhan merasakan cemburu. Alih-alih mereka berdua (Yakub dan Yusuf) terus bersatu, Tuhan memisahkan mereka berdua sebagai pengingat kepada Yakub bahwa Tuhan telah cemburu kepadanya.
Tidak berhenti sampai di situ, pasca kehilangan Yusuf, cinta seorang Yakub beralih kepada Bunyamin, adik Yusuf yang juga sangat sayang kepada ayahnya. Dan, lagi, Tuhan memisahkan keduanya dengan menahan Bunyamin di Kerajaan Mesir.
ADVERTISEMENT
Kisah Tuhan yang Maha cemburu juga dialami oleh Ibrahim dan anaknya Ismail. Ibrahim, kala itu, adalah seorang Nabi yang lama tidak dikaruniai seorang putera. Doanya akan dikaruniai seorang putera baru terkabul saat Nabi Ibrahim beristrikan Hajar. Merasa cinta-Nya diduakan oleh Ibrahim ujian pun langsung diberikan kepada Nabi Ibrahim dengan perintah meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi di lembah tandus tak berpenghuni.
Apakah ujian berhenti sampai di situ? tidak, setelah ayah-keluarga itu lama tidak bersua, dan Ibrahim baru bertemu dengan Ismail dewasa. Rasa cinta Ibrahim pun tidak dapat terbendung. Lagi-lagi Tuhan cemburu, turunlah perintah untuk menyembelih Ismail, anak yang paling dia sayangi.
Ujian Tuhan Maha Cemburu juga terjadi di keluarga Abdul Mutalib, kakek Nabi Muhammad. Suatu masa Abdul Mutalib mempunyai sepuluh anak yang amat dia sayangi, adalah Abdullah, seorang bungsu Mutalib yang paling patuh dan mempunyai etika yang baik kepada orangtuanya.
ADVERTISEMENT
Nazar Mutalib jika suatu saat sepuluh anaknya telah mentas, dia akan menyembelih salah satu di antaranya tidak dapat dia hindari. Mutalib melaksanakan nazar itu dengan melakukan undian dadu di depan patung Hubal.
Dengan peluang begitu sedikit, nyaris mustahil akan keluar nama Abdullah. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan mengujinya dengan mengeluarkan dadu atas nama anak yang paling dia sayangi, Abdullah. Niat itu langsung Mutalib sembadani dengan menggeretnya ke tempat Suku Quraish biasa menyembelih kurban, yaitu tempat antara patung Isaf dan Nailah. Meskipun pada akhirnya usaha ini gagal, tetap saja, ini menjadi bukti bahwa Tuhan tetaplah Maha Cemburu.
***
Kembali kepada keputusan Kemenag menutup kuota haji tahun ini. Bukankah ini mirip dengan kisah Nabi-nabi di atas? Kita begitu menggebu-gebu ingin naik haji dengan berbagai cara, mulai dari melakukan cicilan, mempersiapkan segalanya, dan juga penantian yang cukup panjang. Sehingga kita lupa di sana, ada Tuhan yang Maha Cemburu hingga merasa diduakan dengan sebuah peribadatan formal hingga melupakan cinta sejati kepada-Nya.
ADVERTISEMENT
Kita terlalu mencintai ibadah haji dan malah tidak mencintai-Nya dengan tulus hati. Ketulusan itu teruji manakala Tuhan memberikan ujian menutup akses hamba-Nya kepada sesuatu yang dicintainya. Jika hamba itu mengeluh dan tidak memasrahkan dirinya, bukankah itu tanda tiadanya sebuah ketulusan?
Ah, tiba-tiba saya merenung, sebagai orang yang cinta akan menulis, tiba-tiba saya diuji dengan ketiadaan ide dan banjir notifikasi penolakan dari berbagai media. Tiba-tiba saja saya merasa sangat berdosa menduakan-Nya.