Konten Media Partner

Pemanis dalam Vape Dapat Merusak Sistem Imun

6 Februari 2018 14:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rokok elektrik atau vape (Foto: Dok. Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rokok elektrik atau vape (Foto: Dok. Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Rasa vanili atau kayu manis dalam vaporizer (vape) memang punya efek meredakan stres. Namun ternyata, kandungan aditif yang dapat menambah rasa manis saat menghirup vape ini dapat merusak sel darah putih. Sekelompok peneliti dari University of Rochester Medical Centre telah melakukan studi dan membuktikan hal itu.
ADVERTISEMENT
Esens pada rokok vape penyebab penyakit kronis
Dalam elemen organik yang biasa digunakan dalam isi likuid rokok vape--seperti kayu manis, mentega, vanili, dan karamel, terdapat beberapa senyawa kimia yaitu cinnamaldehyde, acetoin, ortho-vanilin, dan maltol yang memberi kekhasan dalam rasa. Keberadaannya memang alamiah.
Meskipun begitu, dikutip dari Science Alert, serangkaian studi yang telah dilakukan ilmuwan dari University of Rochester Medical Centre menemukan implikasi zat pemanis dalam bentuk esens pada vape sebagai penyebab gangguan pernapasan. Sebagai contoh, kandungan diasetil dalam esens mentega berdampak pada tingginya risiko penyakit bronkitis.
Penyakit hipertensi memicu penyakit kardiovaskular (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Penyakit hipertensi memicu penyakit kardiovaskular (Foto: Thinkstock)
Merusak sel darah putih
Dalam studi yang sama, peneliti memaparkan sampel salah satu jenis sel darah putih, monosit, pada tujuh pemanis esens yang biasa ada pada rokok vape untuk mencari tanda-tanda adanya stres oksidatif. Sebuah keadaan ketika radikal bebas dalam tubuh mencapai konsentrasi sangat tinggi melebihi kemampuan sistem imun untuk menetralkannya.
ADVERTISEMENT
Para periset menemukan zat esens menghasilkan senyawa yang disebut spesies oksigen reaktif--zat yang diketahui dapat merusak struktur sel dalam taraf yang sangat masif.
Sel-sel darah putih yang terpapar zat esens juga menstimulasi munculnya senyawa protein bernama interleukin 8 yang semakin naik sesuai dengan dosis pemberian esens.
Protein ini bereaksi terhadap sel-sel imun dalam tubuh, memberikan sinyal mengenai jika terjadi infeksi atau kerusakan sel. Dengan kata lain, interleukin 8 hanya diproduksi apabila ada zat asing masuk ke dalam tubuh yang dikenali sebagai bahaya.
Pencampuran esens lebih berbahaya
Untuk mengkaji lebih lanjut, periset mencampur esens dan memaparkan pada sampel sel darah putih. Hasilnya sama pada studi sebelumnya--munculnya senyawa spesies oksigen reaktif dan protein interleukin 8, tapi dalam kadar yang lebih tinggi dan membahayakan.
ADVERTISEMENT
“Pemanis dari kayu manis, vanili, dan mentega adalah yang paling beracun di antara semua pemanis lainnya, tapi mencampurkan zat pemanis tersebut bersifat lebih beracun bagi sel-sel darah putih,” ujar Thivanka Muthumalage, ahli toksikologi dalam penelitian tersebut.
Perlunya regulasi yang ketat dari pemerintah
Penemuan riset ini harus berhadapan dengan maraknya tren penggunaan rokok vape yang sepertinya tidak akan menyusut dalam jangka panjang.
“Sejauh ini, tidak ada regulasi yang jelas (mengenai penggunaan vape), dan pemanis dengan nama seperti ‘candy’, ‘cake’, ‘cinnamon roll’, dan ‘mystery mix’ mampu memikat perokok vape dari kalangan anak muda,” kata Irfan Rahman, penulis senior dalam studi tersebut.
Rahman juga menambahkan bahwa regulasi terhadap penggunaan zat pemanis esens bisa dan harus dilakukan. Terutama harus ada deskripsi yang jelas untuk setiap zat yang ditambahkan dalam likuid isian rokok vape.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun sebelumnya, US Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan pihaknya akan menggunakan perangkat peraturan yang sama antara rokok elektrik dan rokok konvensional.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan, ketika FDA mengeluarkan peraturan baru yang lebih berfokus pada pengurangan adiksi terhadap nikotin, hal ini dengan kata lain FDA melonggarkan peraturan terkait rokok elektrik.
Demikian, menjadi pertanyaan apakah hasil penelitian ini akan berdampak pada berubahnya peraturan yang sudah ada tersebut. Namun tidak diragukan lagi penelitian mendatang akan mengisi gap yang masih ada terkait efek rokok vape pada tubuh manusia.
Hasil riset ini telah dipublikasikan lewat Frontiers in Physiology.