Konten Media Partner

Segitiga Cinta Sternberg dan 8 Tipe Cinta

14 Februari 2018 20:52 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cinta (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Cinta. Apa sih sebenarnya cinta itu?
Robert Jeffry Sternberg, ahli psikologi keturunan Amerika, mendefinisikan cinta sebagai sebuah cerita kehidupan yang ditulis seseorang. Peristiwa terkait karakter pribadi, minat, dan koneksi dengan orang lain adalah bagian dari rentetan cerita tersebut. Cerita-cerita tersebut, menurut Sternberg, menjadi dasar seseorang dalam membuat keputusan dan menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Sternberg mengklasifikasikan cinta dengan membaginya menjadi tiga komponen. Pertama, kedekatan (intimacy). Kedekatan yang dimaksud adalah rasa terikat, lekat, dan perasaan dekat dalam sebuah hubungan romantis. Perasaan tersebut dilandasi oleh unsur emosi yang dikombinasikan dengan rasa percaya antara dua pihak individu.
Kedua, hasrat (passion). Unsur ini adalah dorongan kuat untuk bersama seseorang yang didukung dengan adanya ketertarikan secara fisik dan seksual. Tidak seperti intimacy, komponen hasrat ini terbatas pada hubungan romantis antarindividu.
Ketiga, komitmen (commitment). Komponen ini juga dikenal dengan decision karena merujuk pada keputusan untuk mencintai dan menetapkan ingin selamanya bersama pasangan hidupnya. Perasaan ini tidak hanya muncul pada pasangan, melainkan juga keluarga dan hubungan kerabat. Komitmen merupakan puncak dari komponen cinta.
ADVERTISEMENT
Ia merangkumnya dalam sebuah gambar berbentuk segitiga yang dikenal dengan Segitiga cinta Sternberg.
Segitiga Cinta Sternberg (Foto: en.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Segitiga Cinta Sternberg (Foto: en.wikipedia.org)
Dari segitiga cinta di atas, terciptalah 8 tipe cinta. Kira-kira kamu dan pasanganmu merupakan tipe yang mana, ya?
1. Non-Love (Tidak Ada Cinta)
Kondisi ketika tidak terdapat tiga unsur dari teori cinta Sternberg. Contohnya, pada hubungan perkenalan yang hanya sesekali atau hubungan dengan orang-orang biasa (casual interaction).
2. Liking (Menyukai)
Kondisi ketika unsur intimacy (perasaan menyukai) mendominasi. Contohnya, ada pada hubungan pertemanan yang tidak menimbulkan gairah. Bahkan ketika passion itu muncul, seketika salah satu pihak akan merasakan kehilangan.
3. Infatuation (Cinta Gila)
Kondisi ketika gairah mendominasi kuat, namun tidak ada komitmen. Contohnya, cinta saat pertama kali melihat seseorang (love at first sight).
ADVERTISEMENT
4. Empty Love (Cinta Kosong)
Ini adalah kondisi ketika dalam suatu hubungan komitmen tanpa ada kedekatan dan hasrat. Contohnya, pada pernikahan paksa. Tidak sedikit hubungan pernikahan mengalaminya.
5. Romantic Love (Cinta Romantis)
Sebaliknya, hubungan ini hanya didominasi oleh hasrat dan kedekatan tanpa adanya komitmen. Contohnya, cinta lokasi antara dua individu yang bisa saja berakhir ketika keduanya sudah tidak berada pada lokasi atau lingkungan bersama.
6. Companionate Love (Cinta Persahabatan)
Contoh dari hubungan ini adalah hubungan persahabatan yang keduanya saling menjaga untuk waktu yang lama. Berisi komponen kedekatan dan hasrat.
7. Fatuous Love (Cinta Bodoh)
Sebuah hubungan cinta yang ironis. Adanya komitmen dan hasrat, namun tanpa adanya kedekatan. Contohnya, ada pada pernikahan yang terjadi dengan cepat atas pertimbangan passion belaka.
ADVERTISEMENT
8. Consummate Love (Cinta Sempurna)
Sepasang kekasih. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sepasang kekasih. (Foto: Thinkstock)
Ini adalah puncak cinta dari sebuah hubungan yang diidamkan oleh semua orang. Keseimbangan yang terjadi antara intimacy, passion, dan commitment.
Meskipun, untuk meraih kesempurnaan cinta tersebut, Sternberg mengatakan bahwa kondisi yang seperti itu sulit dan membutuhkan kecerdasan dari pasangan tersebut dalam rangka mempertahankannya. Bukankah mempertahankan selalu lebih sulit daripada meraih?
Yuk, mulai sekarang, bijak dalam memaknai perasaan ‘cinta’ kita.