Konten dari Pengguna

Profil Pelajar Pancasila dan Bullying

Endang Suprapti
Dosen Pendidikan Matematika, Wakil Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surabaya
1 November 2023 8:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Endang Suprapti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pendidikan di Indonesia. Foto: Kemendikbudristek
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pendidikan di Indonesia. Foto: Kemendikbudristek
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kutipan di atas kaya makna, dari penggalan kalimat tersebut terlihat bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk membentuk karakter seseorang agar mampu berpikir dengan intensif dan kritis. Pendidikan merupakan usaha secara sadar oleh peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh.
Pendidikan juga menjadi suatu proses bagi bangsa untuk mempersiapkan generasi muda dalam menjalankan kehidupan agar dapat mencapai tujuan hidup secara maksimal, efektif, dan efisien.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter siswa di sekolah, terutama dengan maraknya perilaku bullying baik secara verbal maupun nonverbal. Bullying merupakan suatu bentuk pelecehan atau kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan oleh teman sebaya terhadap (anak) yang “kurang dari” atau lebih lemah dari untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa jenis kasus bullying, pertama physical bullying (penindasan fisik), jenis bullying ini paling mudah dikenali dan terlihat serta diidentifikasi di antara bentuk penindasan yang lainnya, sebagai contoh penindasan fisik seperti: pemukulan, pencekikan, tendangan, cubitan, dan meludahi anak yang diintimidasi, merusak benda milik anak yang diintimidasi. Semakin kuat dan dewasa pelaku bullying akan semakin berbahaya.
Kedua, verbal bullying merupakan bentuk penindasan secara verbal yang melibatkan penggunaan kata-kata untuk menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi seseorang, sebagai contoh: memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, menuduh, menyebar gosip, memfitnah, dan menolak.
Ketiga, relational bullying atau perundungan sosial merupakan penindasan yang mengakibatkan merusak reputasi atau hubungan seseorang. Sebagai contoh berbohong, menyebarkan rumor negatif, mempermalukan seseorang dan mengucilkan seseorang.
ADVERTISEMENT
Keempat, cyberbullying atau perundungan di dunia maya merupakan perilaku intimidasi yang dilakukan menggunakan teknologi digital seperti media sosial. Meskipun korban tidak mengetahui dan tidak mengenal pelakunya, hal tersebut tetap berdampak dan ini juga sama buruknya.
Kelima, bullying seksual, perundungan ini tidak kalah mengerikan dan sering terjadi belakangan ini. Bullying seksual yang sering terjadi dan dampak buruk. Sebagai contoh tindakan pelecehan seksual adalah menyentuh bagian-bagian terlarang seseorang.
Seriusnya permasalahan bullying tidak hanya menjadi permasalahan bagi korban, akan tetapi akan berdampak kepada semua pihak. Kasus bullying jika tidak mendapatkan penanganan yang baik dan secara maksimal akan berdampak buruk bagi korban, karena di kemudian hari bisa jadi menyebabkan korban akan menjadi pelaku. Terutama bullying yang dilakukan oleh anak-anak remaja sekolah.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang berperan penting pencegahan terjadinya bullying melalui pembentukan karakter siswa yaitu dengan pendidikan karakter. Bullying yang dilakukan di sekolah perlu mendapatkan tindakan antisipasi dari guru dan orang tua, penciptaan lingkungan kondusif sangat berperan dalam mencegah terjadinya bullying salah satunya mendidik karakter baik siswa melalui penanaman karakter profil pelajar Pancasila.

Pendidikan Karakter Melalui Profil Pelajar Pancasila

Ilustrasi pendidikan Foto: kumparan
Pendidikan karakter merupakan bentuk pendidikan yang penting ditanamkan dan dipelajari oleh siswa atau anak melalui pembiasaan melakukan perbuatan yang bijak atau baik. Sebagai contoh di Negara Indonesia salah satu peran pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter siswa dalam menerapkan sila-sila Pancasila.
Sebagaimana yang peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 22 Tahun 2022 mengenai Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024. Peraturan tersebut sebagai salah satu upaya dalam membentuk pelajar Indonesia supaya memiliki kompetensi dasar dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
ADVERTISEMENT
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila pada para pelajar di Indonesia dalam bentuk suatu proyek yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan disebut sebagai Profil Pelajar Pancasila. Penguatan profil pelajar Pancasila ini diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Adapun komponen profil pelajar Pancasila sebagai berikut:
Pertama, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia yaitu pelajar yang berakhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, agar mampu menerapkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari di antaranya (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi, (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam dan (e) akhlak bernegara.
Kedua, berkebinekaan global bagaimana pelajar Indonesia dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya dan tetap berpikiran terbuka sehingga mampu menanamkan rasa menghargai, berkomunikasi intracultural dalam berinteraksi dengan seksama, dan refleksi serta tanggung jawab terhadap pengamalan kebhinekaan.
ADVERTISEMENT
Bergotong royong, merupakan komponen ketiga dari profil pelajar Pancasila yaitu bagaimana pelajar Indonesia dapat melakukan kegiatan secara Bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan menjadi ringan dan mudah sehingga berjalan lancar. Sebagai contoh kolaborasi, kepedulian dan berbagi.
Keempat, mandiri merupakan komponen profil pelajar Pancasila bagaimana pelajar yang dimaksud dapat bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Mandiri merupakan kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
Bernalar kritis merupakan komponen kelima profil pelajar Pancasila, yang dimaksud adalah mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Sedangkan yang terakhir kreatif, diharapkan pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat dan berdampak.
ADVERTISEMENT
Melalui penanaman pendidikan karakter dengan profil pelajar Pancasila diharapkan mencetak generasi bangsa yang unggul sehingga dapat memiliki karakter-karakter yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila yang secara otomatis dapat mencegah terjadinya bullying.