Konten dari Pengguna

“Topeng pembinaan sepak bola untuk komoditas korporasi AIA”

Endang Ga Ada Duanya
Visual thinking fasilitator Aktivis Anak dan Sepakbola
26 Maret 2018 15:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Endang Ga Ada Duanya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Topeng pembinaan sepak bola untuk komoditas korporasi AIA”
zoom-in-whitePerbesar
Bertahun tahun kami ingin mewujudkan mimpi kami, mimpi anak anak kami, mimpi tentang sepak bola indonesia yang terbaik. Jawabannya adalah “pembinaan”, pembinaan mulai dari usia dini, membangun karakter anak, membangun kreatifitas anak, membangun kemampuan skill sepakbola, dalam balutan kehangatan keluarga. Itu semua bukan tidak ada tantangan, pencurian umur, keinginan pengelola dan pihak keluarga untuk selalu juara, pemaksaan kehendak orang dewasa, bahkan sampai pada kisruh PSSI dan banyak lagi. Memang berat upaya untuk mewujudkan mimpi “Sepakbola Indonesia yang terbaik”. Akan tetapi kami tidak pantang menyerah untuk membuat perubahan, mencoba banyak jalan hanya untuk mewujudkan mimpi anak anak kami tentang sepak bola indonesia yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Sementara 25 Maret 2018 kemarin kami mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam AIA Sepakbola Untuk Negeri. Melihat proses screening dari awal yang cukup ketat, agar dapat sebuah turnamen yang bersih dan berkwalitas dengan mengatas namakan pembinaa, kami sudah cukup senang dan antusias mengikutinya. Artinya turnamen yang cukup berkwalitas akan digelar. Dengan embel embel akan dihadiri backham dan RI1, menjadikan kebanggan luarbiasa bagi kami, sekaligus keinginan menunjukan kemampuan anak anak kami hasil pembinaan selama berbulan bulan pada orang orang nomor 1. Ditambah akan ada seleksi 24 pemain dari U10 dan U12 untuk dibawa ke Thailand (walaupun saya juga kurang tau kesana mau turnamen atau jalan jalan doang) dan itu semua menjadikan antusias para orang tua untuk ikut terlibat.
ADVERTISEMENT
Di hari H kami diharuskan hadir jam 6 pagi untuk regristrasi ulang, oleh karena itu kami membangunkan anak anak kami jam 3 pagi untuk segala persiapan, lalu pergi kelapangan tempat kami berlatih berkumpul jam 4 pagi, setelah itu kami shalat subuh bersama dan berdoa agar pertandingan yang akan anak anak kami hadapi berjalan lancar dan mencapai hasil yang maksimal. (Dari kawan coach yang dari bandung bahkan bercerita berangkat jam 2 pagi, berarti bangun jam berapa anak anak) kami berangkat jam 5 subuh dari lapangan BIG depok, asumsi jam 6 tepat akan sampai dilapangan Brojosoemantri kuningan. Sesampainya kami di sana sudah terlihat ramai, saya sebagai manajer tim mencari tempat untuk menempatkan anakanak kami, agar mudah berganti pakaian dan mudah buang air kecil. Lalu saya mencari meja panitia untuk regristrasi. Dari sinilah mulai terlihat ketidak profesionalan panitia. Registrasi mulai membingungkan, mereka bilang harus bawa data untuk menukar dengan nametag dan gelang, padahal dalam TM tidak dibicarakan itu. Saya masih berusaha sabar, ini mungkin karena informasinya kurang lengkap. Sampai akhirnya tanpa harus menyerahkan apa apa kita bisa masuk ke halaman stadion full team 1 coach dan 1 manager. Disitu LO baru membagikan name tag dan gelang yang sempat salah persepsi juga kalo gelang itu katanya untuk orang tua pendamping.... bingung deh jadinya.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya kita diarahkan untuk masuk stadion, dengan penjagaan super ketat dari (paspampres bukan sih) saya bilang security aja ya. Lalu pertandingan berjalan lancar, tim kami Javas Soccer School sampai juara group B U12 dengan kemenangan murni, nilai 9. Masuk babak seperdelapan kami juga masih bisa lolos, dan masuk seperempat kami terhenti. Tapi itulah anak anak hasil binaan kami, belum rezeki sampai ke semifinal. Dari pertandingan terlihat cukup fair...
Dari sinilah mulai kecurigaan saya muncul, dalam festival bola manapun moment semifinal dan final adalah momen yang sangat ditunggu, yang terjadi kemarin ternyata tidak jadi suatu gong apapun, berjalan begitu saja karena terkesan panitiapun sibuk bersiap siap menyambut kedatangan beckham, sampai para orang tua yang masih ada di stadion lupa ada partai final U12.
ADVERTISEMENT
Saya curiga memang AIA membutuhkan kedatangan Beckham sebagai brand ambasadornya. Agar terlihat masyarakat antusias baik pada backham maupun media bibuatlah festival bola, yang mengesankan profesional dan dihadiri banyak sekolah bola yang sangat menjunjung tinggi pembinaan. Saya sadar ini hanyalah sebuah strategi dari EO untuk menciptakan crowd. Sayang EO ternyata tidak paham pada daluahnya pembinaan, semua semakin dipaksakan pada waktu hujan mulai mengguyur, anak anak di paksa masuk lapangan dan berbaris sambil diguyur hujan yang tidak tau mau ngapain, mungkin ada sekitar 30 menit anak anak kami ditengah lapangan sambil diguyur hujan. Setelah itu anak anak dalam kondisi basah disuruh masuk ruangan (entah tenis atau futsal indoor) semua anak masuk kedalam dan menunggu hampir 1jam lebih, beberapa sudah ada yang mulai sakit akan tetapi panitia seolah tidak peduli, sampai ada beberapa orang tua yang beradu mulut bahkan menjurus ke fisik. Dan selalu di amankan oleh security. Setelah Beckham datang saya minta panitia mempercepat acaranya, dengan alasan kasihan anak anak sudah terlalu lama kondisi basah. Panitia malah terkesan nyolot dan membangkitkan emosi saya. Sampai akhirnya sekitar jam 6 sore anak anak baru keluar dari ruangan, bahkan anak saya dalam kondisi menggigil. Akhirnya kami pulang, sudah ga antusias lagi untuk tau apakah ada pemilihan yang 24 orang ke thailand itu atau ga ada (kalau ada saya bisa tau dari mana list namanya).
ADVERTISEMENT
Pagi ini saya coba cari berita tentang acara AIA ini, dan jrenggg saya tidak menemukan sama sekali membahas tentang festival AIA atau hanya sekedar foto anak anak yang sudah meramaikan dan berkompetisi bahkan berjuang bangun pagi untk eventnya AIA. Dalam google hanya ada foto anak anak dari karyawan AIA yang dipakaikan baju bola (entah suka bola apa engga), pertemuan Beckham dengan anak anak itu haya pertemuan seorang anak kaya bertemu dengan selebritis yang bisa dibayar, bahkan media tidak tertarik melihat antusias anak anak yang bangun pagi berjuang bertanding untuk bertemu idola yang akan menginspirasinya. Bahkan sedihnya tidak ada satupun dari AIA berbicara tentang pembinaan. Yang terjadi adalah kelalain panitia atas nama pembinaan, tidak peduli terhadap kondisi anak, hanya untuk kepentingan korporasi (yang saya juga tidak tau kepentingannya apa) sampai harus mengorbankan anak dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Ah mungkin kemarin itu saya hanya berhasil dimanfaatkan oleh panitia atas nama AIA.
#AIASepakbolaUntukNegeri
#AIAindonesia
#DavidBeckham
#sekolahsepakbola
#ssbindonesia