Konten dari Pengguna

Penurunan Angka Kelahiran dan Perspektif dari Filsafat

Enda
Freelancer
5 Mei 2024 9:06 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Enda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Pendahuluan

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyatakan bahwa: “Pada zaman milenial saat ini, banyak anak banyak rezeki sudah tidak relevan lagi, secara masif pepatah ini kerap dimaknai bahwa semakin banyak anak dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut akan serta merta memiliki kekayaan yang bertambah. Bagi masing-masing orang, penafsiran tersebut tentu berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa anak merupakan berkat dari Tuhan, dan menganggap bahwa ketika mereka memiliki banyak anak, maka rezeki yang diberikan juga semakin banyak. Namun sayangnya, di Indonesia tidak sedikit keluarga yang memiliki banyak anak, hidupnya semakin memprihatinkan.” KPPA kini bekerjasama dengan BPS untuk melakukan riset terkait jumlah penduduk, yang mana didapatkan bahwa 32,24% penduduk ditahun 2016 adalah usia anak. Situasi ini adalah bentuk bonus demografi untuk Indonesia. Diprediksi bahwa jumlah anak pada beberapa tahun kedepan tidak akan terjadi perubahan yang banyak. Hal ini berarti bahwa 1 dari 3 penduduk di Indonesia adalah anak-anak. Ditahun 2016 hingga 2022 terjadi penignkatan, sedangkan mulai tahun 2023 akan mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemerintah dalam melakukan proses dikendalikannya pertumbuhan penduduk, meningkatkan perlindungan terhadap aspek sosial penduduk serta ditingkatkannya pelayanan kesehatan dengan tujuan agar tercapainya kehidupan yang sehat juga sejahtera. Dikendalikannya laju pertumbuhan penduduk ini dilakukan dengan penekanan terhadap tingkat fertilitas dengan menggunakan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi serta usia kawin menjadi variabel yang dinilai memiliki pengaruh terhadap tingkat fertilitas. Program “Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana” merupakan program dari bentuk kebijakan yang diimplementasikan guna tercapainya tujuan dari berbagai aspek baik ekonomi, sosial, dsb. Program keluarga berencana dilaksanakan dengan digunakannya kontrasepsi sebagai bentuk usaha untuk mengatur tingkat kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) sehingga dapat membantu untuk menghindari kehamilan juga kelahiran yang tidak direncanakan. Diketahui bahwa: “Keluarga Berencana merupakan suatu kebijakan kependudukan yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui penundaan dan pembatasan kelahiran.” Digunakannya kontrasepsi ini dikenal sebagai bentuk upaya dari program keluarga berencana, yang mana sasaran dari program ini terbagi menjadi dua yaitu: “sasaran langsung yang berupa Pasangan Usia Subur (PUS) dan sasaran tidak langsung berupa dilaksanakannya program KB guna dikendalikannya kelahiran.”
ADVERTISEMENT
Kelahiran sendiri adalah sebuah kemampuan seseorang untuk bereproduksi dan menghasilkan keturunan. Angka kelahiran total atau disebut total fertility rate (TFR) merupakan nilai rata-rata jumlah anak yang lahir selama masa subur (15 hingga 49 tahun). Angka fertility rate ini adalah unsur penting juga strategis agar dapat diketahui tingkat keberhasilan sebauh negara dalam mengendalikan jumlah penduduk dengan diimplementasikannya keluarga berencana. Adapun standar dari fertility rate ini adalah 2,1 yang berarti satu orang perempuan melahirkan 2 orang anak untuk kemudian dapat menggantikan orangtua mereka. Diketahui bahwa: “Hasil survei Badan Pusat Statistik per-tahun 2020 yang menyatakan: Angka kelahiran total (total fertility rate) sebesar 2,10. Ini berarti rata-rata perempuan di Indonesia akan melahirkan dua anak pada masa reproduksinya.”
Gambar 1. Angka Kelahiran Total di Indonesia
Tingkat fertilitas di Indonesia diklaim sejak tahun 1971 hingga 200 mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan tingkat kelahiran ini dimulai dari angka 5,6% dan turn menjadi 2,34% di tahun 2000. Diketahui dari Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) bahwa penghambatan penurunan terjadi pada angka 2,6% pada tahun 2003, 2007, dan 2012. Diungkapkan oleh Peneliti Senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yaitu: “ada 14 provinsi yang mengalami kemandekan penurunan fertilitas pada periode 2000–2010. Keempat belas provinsi tersebut, yaitu Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Timur sudah memiliki tingkat kelahiran di bawah tingkat penggantian penduduk 2,1% anak per perempuan, masing-masing 1,81%, 1,94%, dan 2% anak per perempuan. Hal inilah yang perlu dijaga karena apabila dibiarkan, pada 2065 hingga 2070 Indonesia akan mengalami penurunan angka kelahiran seperti yang dialami Tiongkok dan Singapura.”
ADVERTISEMENT
Turunnya angka kelahiran di Indonesia terus menurun. Menurut data dari World Population Prospects di tahun 1990, tingkat fertility rate Indonesia ada di level 3,10 yang berarti bahwa 1 orang perempuan rata-rata melahirkan 3 anak selama masa suburnya. Kemudian, ditahun berikutnya fertility rate ini menurun hingga 2,15 pertahun-2022. Diketahui secara kumulatif bahwa angka kelahiran Indonesia berkuang sebanyak 30,64% dari 1990 hingga 2022.
Gambar 2. Perbandingan Fertility Rate Indonesia dengan Dunia
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa tingkat fertility rate Indonesia di tahun 1960 lebih tinggi daripada tingkat fertility dunia yang mana Indonesia mencapai 5,54, nilai ini jauh berada di atas dari fertility rate dunia yaitu 4,7. Lalu total ferility rate ini mengalami penurunan hingga nilai fertility Indonesia berada pada titik yang hampir sama dengan fertility dunia. Di negara-negara ASEAN lainnya pun terjadi penurunan kelahiran.
Gamabr 3. Perbandingan Fertility Rate Negara ASEAN
Dari gambar 3, diketahui bahwa beberapa negara-negara di ASEAN berada pada tingkat kelahiran di bawah 2,1 diantaranya adalah Singapura, Thailand, Brunei, Vietnam, dan Malaysia. Sedangkan Indonesia dengan Myanmar berada pada angka 2,1. Negara lain seperti Filipina, Laos, dan Kamboja, berada di atas angka 2,1. Diperkirakan pertahun 2050, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 317 juta jiwa, akan terjadi penambahan sebanyak 42 juta jiwa jika nilai ini memiliki perbandingan dengan tahun 2022 yaitu 275 juta jiwa. Namun, kedudukan Indonesia sebagai negara terpadat keempat diprediksikan akan turun karena perkiraan negara Nigeria dan Pakistan akan naik menjadi negara terapadat keempat dan kelima di tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Penurunan angka kelahiran ini adalah isu penting untuk dibahas, dikarenakan penurunan angka kelahiran yang signifikan pada sebuah negara akan berdampak pada aspek kehidupan bermasyarakat dan berkembangnya sebuah negara. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan mengapa isu angka kelahiran ini adalah isu yang penting bagi sebuah negara.

Dampak Positif

Dampak positif dari adanya penurunan angka kelahiran di Indonesia terdapat dalam beberapa aspek yaitu sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

Dampak Negatif

Kritik yang diberikan pada isu penurunan angka kelahiran ini adalah dikarenakan adanya perubahan pada budaya yang saat ini sedang ramai dibicarakan adalah penundaan pernikahan dikarenakan generasi muda yang ingin lebih berfokus pada karir maupun hobi mereka. Selain itu, kebijakan pemerintah yaitu keluarga berencana yang kini semakin digencarkan. Adapun dampak negatif dari penurunan angka kelahiran di Indonesia adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

Relasi dengan ide "Tuhan dan Manusia"

Pada relasi penurunan angka kelahiran dengan ide “Tuhan dan Manusia” oleh filsafat yang telah dipelajari adalah sebagai berikut,
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil bahwa, isu penurunan di Indonesia adalah isu yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan penurunan kelahiran akan menjadi “PR” bagi pemerintah untuk merancang perekonomian yang nantinya akan terhambat karena kurangnya konsumen dan tingkat permintaan. Selain itu, ketidakseimbangan penduduk karena dalam satu keluarga akan terdapat maksimal 1 penduduk berusia anak-anak. Dalam pendapat berbagai filsafat terkait isu penurunan kelahiran ini disajikan dalam tiga perspektif yaitu dari Plato, Aristoteles, dan Stoikisme. Penurunan angka kelahiran ini dapat dilihat dari perspektif yang mencakup pemahaman tentang manusia, alam semesta dan juga Tuhan. Setiap pandangan akan memebrikan pemahaman fenomena tersebut baik dari fenomena sosial dan alamiah.

Referensi

Infopublik, “Angka Kelahiran di 2023 Diprediksi Menurun”, https://www.infopublik.id/read/257234/angka-kelahiran-di-2023-diprediksi-menurun.html, diakses pada 4 Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Fatimatuzahroh, Ifan Deffinika, Djoko Soelistijo, dan I Komang Astina, “Efektivitas Program Keluarga Berencana Terhadap Penurunan Angka Kelahiran (Studi Kasus di Kecamatan Bandar)”, Journal of Demography, Etnography, and Social Transformation, 2023.
Kompas Data, “Angka Kelahiran Total Tahun 2010-2020”, https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/63fdc5cde0dac278b0fa595f, diakses pada 4 Mei 2024.
Maudisha, “Penurunan Angka Kelahiran di Indonesia”, Berita FEB UI, diakses pada 3 Mei 2024.
Adi Ahdiat, “Angka Kelahiran Indonesia Turun 30% dalam Tiga Dekade”, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/30/angka-kelahiran-indonesia-turun-30-dalam-tiga-dekade, diakses pada 3 Mei 2024.
Nala Edw, “Melihat Data-Data Resesi Seks yang Mengancam Indonesia”, https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6531245/melihat-data-data-resesi-seks-yang-mengancam-indonesia, diakses pada 4 Mei 2024.
Adi Ahdiat, loc. cit.
Marihot Nasution, “Hubungan Bonus Demografi, Indeks Pembangunan Manusia, Dan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Dengan Pertumbuhan Ekonomi”, Jurnal Budget, 2021.
ADVERTISEMENT
Jenuri, Mohammad Rindu Fajar Islamy, Kokom Siti Komariah, Dina Mayadiana Suwarma, Adila Hafidzani Nur Fitria, “Fenomena Childfree Di Era Modern: Studi Fenomenologis Generasi Gen Z Serta Pandangan Islam Terhadap Childfree Di Indonesia”, Jurnal Sosial Budaya, 2022.
DKK Consulting, “Tren Menurunnya Populasi Dunia Serta Dampak bagi Pertumbuhan Ekonomi Global”, https://www.linkedin.com/pulse/tren-menurunnya-populasi-dunia-serta-dampak-bagi-pertumbuhan/, diakses pada 4 Mei 2024.
DKK Consulting, loc. cit
DKK Consulting, loc. cit
David E. Bloom, David Canning, Jaypee Sevilla, “The effect of health on economic growth: a production function approach. World Development”, Jurnal Elsevier.
Abdul Ghoni, “Konsep manusia menurut plato: relevansinya dengan ajaran islam”, Kearsipan Digital Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016.