Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Antonio Conte dan Tottenham yang Kalang Kabut
6 November 2021 15:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Endrapta Ibrahim Pramudhiaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fans Tottenham Hotspurs tidak perlu berbahagia dengan pemecatan Nuno Espirito Santo. Begitu pula dengan penunjukan Antonio Conte sebagai penggantinya. Asli, deh. Jangan. Kalian hanya akan disakiti lagi karena apa yang sejatinya dilakukan oleh Daniel Levy dan Fabio Patrici lakukan adalah menutup lubang dengan menggali lubang lainnya.
ADVERTISEMENT
Conte sudah dibidik oleh para petinggi Tottenham sejak awal musim. Baru seminggu meninggalkan Inter, Levy langsung gerak cepat dan membuka diskusi dengan sang Allenatore. Kala itu, negosiasi hanya berjalan singkat akibat kedua pihak tidak dapat menemukan kata sepakat. Katanya, sih, budget Conte untuk transfer musim panas tidak disetujui oleh Levy dkk.
Namun, saat akhirnya ia resmi menukangi Tottenham pada 2 November lalu, Conte mengatakan kalau dirinya memang belum siap melatih karena masih memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Inter.
Masalahnya, kedatangan Conte ini bisa dibilang sebagai keputusan yang gegabah. Levy yang sejak awal memang didesak untuk mendatangkan manajer top pasca peninggalan Jose Mourinho, kalang kabut ketika tidak bisa mendatangkan nama besar menjadi nakhoda Tottenham. Akhirnya, Nuno terpaksa ditunjuk sebagai manajer klub London Utara tersebut.
ADVERTISEMENT
Nuno bukanlah pilihan utama. Tidak ada pertimbangan apa pun untuk menjadikan pria Portugal tersebut sebagai manajer Tottenham. Posisi Levy saat itu seperti Tokyo, Denver, dan Manila di Money Heist season 5. Disudutkan oleh satu pihak. Bedanya, yang menyudutkan Levy bukanlah militer, melainkan suporternya sendiri. Suporter menuntut agar Levy segera mengarahkan kembali Tottenham ke jalan yang benar.
Saat Nuno ditunjuk, tidak ada fans yang berekspektasi tinggi. Mereka mampu menebak kalau eks manajer Wolverhampton itu bukanlah pria yang tepat untuk mengasuh Heung-Min Son dkk. Namun, nasi sudah menjadi bubur, yang berlalu biarlah terkubur. Suporter Tottenham mencoba untuk legowo dengan keputusan tersebut.
Hubungan Nuno dan Tottenham hanya bertahan selama 124 hari. Setelah berhasil menjadi Premier League Manager of The Month bulan Agustus, Nuno dan staf terseok-seok di liga dan kompetisi Eropa.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu menganggap pemecatan Nuno akibat dari kekalahan Tottenham dari Manchester United, kamu salah besar. Pemecatan Nuno sudah direncanakan sejak awal musim. Levy serta kompatriotnya telah memutarbalikkan jam pasir pemecatan tersebut di hari Nuno bergabung. Mereka tinggal menunggu faktor eksternal agar pasir tersebut bisa lebih cepat sampai ke bawah.
Faktor tersebut akhirnya datang dan datang dari Nuno sendiri. Selama melatih, gelagatnya menunjukkan kalau ia memang tidak niat menjadi manajer di klub tersebut. Akhirnya terbangunlah citra buruk di kalangan pemainnya.
Nuno dikabarkan jarang memberi persiapan matang menjelang pertandingan. Ia bahkan pernah membuat pemain khawatir karena tidak memberi taktik yang jelas, padahal hari pertandingan sudah tiba. Komunikasinya dengan para pemain juga buruk. Ia tidak pernah terlihat memiliki percakapan panjang dan berarti bersama anak asuhnya.
ADVERTISEMENT
Dengan total 92 kata, Tottenham mengumumkan di websitenya kalau Nuno telah pergi.
Bagaimana dengan penerusnya Nuno, yaitu Antonio Conte? Levy tentunya menganggap kalau ia berhasil mengatasi masalah dengan sempurna. Padahal, ia hanya menyelesaikannya dengan masalah lain.
Conte terkenal dengan taktiknya meramu formasi 3-5-2. Bertumpu pada dua wing back di sisi kanan dan kiri, Conte berhasil menjuarai Premier League dan FA Cup bersama Chelsea. Sayangnya, dua tahun masa bakti Conte dengan The Blues harus disudahi karena satu masalah: komunikasi. Akar masalah dari berakhirnya hubungan Nuno dan pemain Tottenham.
Conte pernah memberi tahu Diego Costa kalau pemain Spanyol tersebut tidak ada di rencana permainannya melalui SMS. Lalu, Willian pernah mengunggah foto seluruh skuad The Blues saat menjuarai FA Cup, tetapi ia menutupi badan Conte dengan tiga emoji cangkir, membuatnya ia seakan tidak ada di foto tersebut.
ADVERTISEMENT
David Luiz juga pernah jadi tumbal komunikasi buruk Conte. Ia jarang dimainkan setelah mempertanyakan pemilihan tim Conte sebelum pertandingan Liga Champions melawan AS Roma. Padahal, Luiz sudah di posisi siap main. Dia tidak tahu kalau ocehannya akan mengantarkan dia ke sisi lapangan.
Perihal komunikasi yang buruk, Conte juga terlibat konflik komunikasi saat memutuskan meninggalkan Juventus. Ia mengundurkan diri dari Juventus sebulan sebelum dimulainya musim 2014-15 karena marah pada kebijakan transfer klub yang gagal, kesal dengan jadwal pra-musim mereka dan kesal dengan orang-orang di balik layar.
Jadi, begitulah kira-kira gambaran apa yang Levy dan Patrici akan hadapi jika memiliki Conte sebagai manajer Tottenham. Nampaknya, mereka harus mulai memikirkan manuver untuk menutup lubang tersebut. Tentu tanpa harus menggali lubang lagi.
ADVERTISEMENT