Aku, Kamu, dan Internet

Eneng Rahmi
ASN Pemkot Sukabumi
Konten dari Pengguna
18 April 2022 14:18 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eneng Rahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
By. Rahmi
Pandemi COVID-19 di era industri 4.0, telah memaksa kita untuk melek digital. Dalam pekerjaan maupun pembelajaran semua beralih menjadi sistem digital dengan internet. Kondisi ini telah mengubah tatanan sosial masyarakat. Dengan perubahan sistem digital ini timbul fenomena mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
ADVERTISEMENT
Saat ini fenomena tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, jika kita berada dalam pertemuan dan timbul rasa jenuh biasanya kita langsung mengoperasikan gadget untuk berselancar di dunia internet atau hanya sekadar membuka media sosial. Aktivitas tersebut sering dilakukan oleh seluruh pengguna gadget bahkan pada acara penting seperti rapat dinas, kegiatan belajar mengajar, maupun acara seremonial lainnya. Kondisi demikian merupakan dampak dari kurangnya wawasan dalam berinternet.
Wawasan dalam berinternet perlu dipedomani bersama. Hal ini diperlukan agar para pengguna internet mampu beretika yang baik dan bijak dalam menggunakan internet. Transformasi digital dari seluruh kegiatan sehari-hari terus berkembang sehingga mengubah tatanan sosial. Semua hal dilakukan dengan bermodalkan internet sehingga aku, kamu harus terus belajar dan bijak dalam manfaatkan internet.
ADVERTISEMENT

Kilas Balik Internet

Dalam menambah wawasan kita, sejenak kita melihat sejarah internet. Berdasarkan beberapa sumber, internet yang kita gunakan pada saat ini bermula dari adanya kepentingan militer Amerika Serikat yaitu ARPANET dalam menunjang militer. Seiring waktu, internet berkembang tidak hanya untuk kepentingan militer saja, namun untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Penggunaan internet secara massal untuk kepentingan media di mulai pada tahun 1990 yaitu Chicago tribune.
Perkembangan internet untuk kebutuhan media online di Indonesia terjadi mulai tahun 1997 yaitu Kompas online. Sejak tahun 1997 tersebut perkembangan internet cukup pesat dalam memberikan layanan informasi dan komunikasi dengan kecepatan yang lebih baik di setiap tahunnya. Tentunya pesatnya perkembangan internet pada tahun tersebut juga terkait dengan adanya perkembangan serat optik.
ADVERTISEMENT
Serat optik mulai menghubungkan seluruh dunia tahun 1997 yang dikenal dengan Fiber Optic Link Around the Globe (FLAG) yang merupakan jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan infrastruktur untuk generasi internet terbaru. Jika tahun tersebut dihubungkan dengan klasifikasi generasi kependudukan maka generasi Z dan generasi Alpha dapat dikatakan sebagai generasi natif internet.

Generasi natif internet

Generasi Z adalah generasi yang lahir mulai tahun 1996 hingga 2012. Pada generasi ini teknologi sudah lebih berkembang dari tahun-tahun sebelumnya untuk memudahkan perolehan informasi dengan cara browsing pada perangkat komputer maupun Laptop. Selain itu, dalam berkomunikasi juga telah menggunakan telepon tanpa kabel atau handphone. Hiburan yang berupa musik dan film pun dapat diperoleh melalui perangkat-perangkat tersebut.
ADVERTISEMENT
Seluruh perangkat tersebut telah memudahkan kinerja generasi tersebut namun tidak merubah budaya secara ekstrem. Komunikasi sosial masih berlangsung seperti pada generasi sebelumnya. Berbeda dengan hadirnya generasi selanjutnya adalah generasi Alpha yang lahir mulai tahun 2012 hingga saat ini.
Generasi alpha dikenal dengan generasi natif internet. Setiap anak yang dilahirkan pada masa generasi alpha ini sudah mampu mengoperasionalkan secara naluriah smartphone sejak usia dini. Smartphone yang hadir di tahun 2012 atas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat. Smartphone merupakan gadget yang lebih memudahkan penggunanya karena menggunakan teknologi layer sentuh. Satu kali sentuhan saja mampu menyediakan informasi sesuai perintah. Balita pun mahir menggunakannya.
Tahun berikutnya smartphone hadir tidak hanya untuk komunikasi dengan suara namun menghasilkan gambar secara 2D beserta suaranya. Demikian pula dengan dunia hiburan yang dapat diperoleh dengan mudah melalui smartphone. Kemudahan lain dari smartphone yaitu membantu bekerja atau rapat secara online maupun belajar jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Tak heran generasi yang lahir pada setelah tahun 2012 ini dikenal sebagai generasi natif internet karena perkembangan internet yang menyeluruh hingga merubah budaya sosial dunia menjadi dunia gadget. Dengan kemampuan naluriah dalam mengoperasikan smartphone pada generasi alpha sering kali mengalahkan kemampuan generasi X maupun generasi Y yang cenderung gagap teknologi.
Pada umumnya generasi X maupun generasi Y menjadi orang tua dari generasi alpha. Beberapa orang tua yang gagap teknologi membuka gap atas kecakapan terhadap penguasaan teknologi Informasi. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan kapasitas yang massif dalam penguasaan internet.
Pandemi COVID-19 dan era industrial 4.0 merupakan hikmah bagi upaya massif penguasaan internet. Namun kecepatan upaya penguasaan internet tidak diimbangi dengan kecepatan pemberian wawasan berinternet. Pada kondisi tersebut seluruh generasi dengan cepat dipaksa untuk beralih ke dunia digital. Hal ini menyebabkan perubahan interaksi sosial jadi serba menggunakan internet dan gadget.
ADVERTISEMENT
Penggunaan internet tanpa kapasitas yang mencukupi menimbulkan disorientasi dari internet. Salah satunya adalah penurunan produktivitas kerja karena membuang waktu surfing di internet, kecanduan game online, situs porno, judi online, hingga pinjaman online.
Kondisi disorientasi ini akan sangat membahayakan apabila berlanjut terus menerus. Dalam hal ini peran pemerintah sangat penting bukan hanya untuk menyediakan infrastruktur saja namun membangun mental dan pola pikir sehingga mampu bijak dalam menggunakan internet.
Literasi digital merupakan upaya pemerintah dalam membangun pola pikir bangsa agar mampu mengoptimalkan kemampuan diri dengan bantuan internet. Untuk membangun pola pikir ini diperlukan upaya yang massif dalam membangun jejaring literasi digital. Generasi X dan Y selaku pembangun generasi Z dan alpha merupakan sasaran utama dalam literasi digital.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survey tim relawan TIK, generasi Z sebagai pranatif internet dianggap lebih bijak dalam menggunakan internet dibandingkan dengan generasi X dan Y. Sebagai contoh, generasi Z lebih mampu mengendalikan diri untuk tidak membalas hate speech. Namun demikian tidak sedikit generasi Z juga yang tertipu oleh media sosial khususnya urusan asmara.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi generasi X dan Y untuk lebih membuka komunikasi dengan generasi Z dan alpha karena pengawasan terbaik adalah melalui komunikasi yang baik. Akan sangat sulit untuk mengimbangi generasi Z maupun alpha dalam hal berinternet karena internet itu tanpa batas. Beberapa aplikasi menyediakan media untuk memantau kegiatan anaknya, namun sebagai generasi pranatif dan natif secara alamiah akan mencari cara untuk tidak terpantau dari aplikasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Aplikasi atau internet hanya merupakan tools saja bukan hal utama untuk dijadikan standar dalam pengawasan. Pengawasan yang sebenarnya diawali dengan kesamaan persepsi terhadap manfaat internet. Oleh karena itu, literasi digital merupakan hal dasar yang perlu terus menerus dilakukan sehingga membentuk mindset dalam berinternet.
Etika berinternet menjadi hal yang penting untuk dipedomani melalui literasi digital. Terbukanya wawasan atas internet diharapkan mampu meminimalkan dampak negatif dari internet. Cerdas dan bijak menggunakan internet akan mempermudah hidup kita. Internet tanpa batas lintas negara dan lintas generasi. Aku, kamu, dan internet perpaduan yang luar biasa untuk melejitkan potensi diri.