Stellarium, AI yang Dapat Membantu Melihat Hilal

Eneng Rahmi
ASN Pemkot Sukabumi
Konten dari Pengguna
21 April 2023 14:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eneng Rahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampilan Stellarium web. Foto : pribadi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan Stellarium web. Foto : pribadi penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stellarium merupakan salah satu Artificial Intelligencia atau AI yang dapat digunakan untuk membantu melihat hilal. Salah satu penentuan bulan baru dalam kalender Hijriah adalah dengan metode rukyat. Namun kendala dalam melihat bulan baru menyebabkan hasil penelitian dengan teropong atau sistem konvensional mengalami kegagalan. Untuk itu Stellarium hadir untuk membantu penentuan bulan baru melalui sistem digital atau AI.
ADVERTISEMENT
Penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari dianggap mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja. Peningkatan tersebut tentunya akan sinergi dengan meningkatnya akurasi dan produktivitas kerja.
Contoh penerapan AI yang mampu meningkatkan produktivitas kerja sehari-hari diantaranya pembuatan website, mesin layanan pelanggan, pop up iklan dan rekomendasi program, asisten virtual dan internet of things (IoT) hingga ragam hiburan. Stellarium merupakan salah satu penerapan AI dalam bidang astronomi.
Stellarium dapat digunakan untuk melakukan perhitungan posisi matahari dan bulan, planet dan bintang. Tentunya aplikasi ini sangat bermanfaat dalam menggambarkan konstelasi dan mensimulasikan fenomena astronomis seperti hujan meteor dan gerhana matahari ataupun gerhana bulan.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh Stellarium adalah membantu menentukan Hilal bagi umat Islam. Hal ini menjadi sangat penting karena seringkali para pengamat hilal mengalami kegagalan dalam melaksanakan metode rukyat.
ADVERTISEMENT

Metode Rukyat untuk Melihat Hilal

Ilustrasi melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Tanda masuknya bulan baru pada sistem kalender Hijriayah dilakukan dengan metode hisab (hitung) maupun metode rukyat (mengamati langsung). Penerapan metode rukyat dilakukan secara konvensional dengan menggunakan teropong.
Pengamatan terhadap hilal dengan metode rukyat dilakukan pada hari ke 29 pada kalender Hijriah. Hilal dapat teramati sesaat setelah matahari terbenam atau waktu magrib. Syarat terlihatnya hilal diantaranya adalah posisi bulan harus berada pada ketinggian 2 derajat saat matahari terbenam, 3 derajat jarak sudut bulan dan matahari serta 8 jam usia bulan setelah bulan dan matahari sejajar atau segaris dengan ekliptika (ijtimak).
Dalam sebuah pengamatan rukyat, jika hilal terlihat pada waktu magrib maka malam itu memasuki bulan baru. Hal ini terjadi karena penentuan hari baru dalam kalender Hijrah dimulai pada waktu magrib. Kalender hijriah ini dikenal juga dengan kalender Qomariah atau bulan. Namun, apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan berikutnya ditetapkan pada waktu maghrib di hari berikutnya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, pelaksanaan metode rukyat untuk melihat hilal secara langsung seringkali mengalami kegagalan. Adapun faktor penyebabnya dapat terjadi karena manusia maupun alami. Faktor alami yang sering terjadi adalah adanya pertumbuhan awan yang cepat sehingga hilal terhalang. Hal tersebut menyebabkan perbedaan ketika memasuki bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah.

Perkembangan AI dalam Astronomi

Komet C/2022 E3 (ZTF) difoto oleh Pusat Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) pada 16 Januari 2023. Foto: OAIL ITERA
Dengan perkembangan teknologi, penerapan AI tentunya sudah tidak asing dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, apabila berkendara di perkotaan kita sudah jarang membawa peta dan kompas melainkan menggunakan AI yaitu google map maupun waze. Demikian juga dalam astronomi, ada banyak aplikasi yang menghimpun satelit dalam mengamati planet dan satelitnya.
Salah satu AI yang bergerak dalam mengembangkan astronomi adalah Stellarium. Aplikasi ini menghimpun 36 Satelit dan memantau 8 planet di dalam galaksi bimasakti ini. Perkembangan AI dalam menentukan jarak antar planet dan satelitnya ini, tentu mampu juga membantu dalam menentukan hilal.
ADVERTISEMENT
Stellarium memberikan fasilitas untuk melihat keberadaan bintang, planet dan satelitnya dalam tampilan siang, malam, maupun tampilan atmosfer. Aplikasi ini dapat diadopsi untuk penentuan hilal sekaligus menjadi solusi ketika hilal tidak terlihat dengan metode konvensional.

Mengenal Aplikasi Stellarium Lebih dalam

Petugas dari Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Selatan mengamati posisi hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Palembang, Sumatera Selatan. Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Stellarium merupakan aplikasi mengenai galaksi dalam bentuk 3D sehingga dapat melihat planet seperti layaknya langsung dengan mata telanjang maupun binokuler atau teleskop. Berbagai jenis bintang dan planet dan satelitnya dapat terlihat dalam aplikasi ini. Dengan demikian, keberadaan bulan merupakan satelit dari bumi terhadap matahari juga dapat terlihat dengan menggunakan aplikasi ini.
Jika kita mencoba menggunakan aplikasi ini maka seluruh siklus bulan dapat diketahui secara detail. Stellarium memberikan informasi terkait bulan, mulai dari bulan baru, bulan kuartil, bulan purnama hingga kembali ke bulan baru dan juga gerhana.
ADVERTISEMENT
Kelebihan lainnya dari aplikasi ini adalah adanya keleluasaan dalam menentukan waktu terhadap kondisi planet yang ingin kita ketahui. Selain itu kita juga dapat mengetahui kondisi planet pada wilayah yang berbeda. Misalnya, kita ingin tahu bulan baru di Arab Saudi maka kita hanya perlu mengganti lokasi pencariannya.
Dalam membantu metode rukyat, aplikasi ini mampu memberikan informasi mengenai bulan baru dari satelit yang berkontribusi. Apabila kita mencoba aplikasi ini dengan mengetikan bukan dan tahun maka kita akan memperoleh informasi mengenai tanggal dan waktu terjadinya bulan purnama, konjungsi matahari dan Jupiter, kuartil bulan akhir, fase bulan terhadap planet lainnya, bulan baru, hingga gerhana.
Stellarium juga dapat membantu kita untuk mengetahui keberadaan satelit bumi, dengan mengetikan tanggal dan waktu yang diperlukan. Adapun informasi yang akan diperoleh diantaranya adalah magnitude, jarak, radius, dec, az, phase, dan waktu terlihatnya di bumi.
ADVERTISEMENT

Simuslasi penggunaan stellarium untuk 1 Syawal 1444 H

Stellarium dapat digunakan untuk menyempurnakan penentuan bulan baru Islam dengan membantu melihat bulan secara langsung pada peralatan elektronik baik PC, Laptop maupun handphone. Metode rukyat modern dapat dilakukan dengan memanfaatkan AI tersebut. Informasi yang akan kita peroleh adalah informasi awal terjadinya bulan baru dan infromasi derajat bulan baru pada waktu magrib.
Kita simulasikan bulan April 2023 pada Stellarium, maka akan ditemukan keterangan bulan baru pada tanggal 20 April 2023 jam 10.23. Hal tersebut berarti masuk bulan syawal di tanggal 20 April sehingga digenapkan hingga magrib. Untuk kembali memastikannya, kita masukan tanggal 20 April 2023 dan jam masuk magrib (lokasi saya jawa barat) yaitu 17.52, maka akan ditemukan informasi pase 0% dengan derajat 12. Dengan demikian 1 syawal 1444 H berada pada tanggal 21 April 2023.
Tampilan informasi bulan baru pada Stellarium Foto : Pribadi penulis
Tampilan informasi posisi bulan pada waktu magrib Foto : Pribadi penulis
Sebagai pembanding informasi, kita juga dapat mengetahui kapan terjadinya bulan baru di Arab Saudi. Cukup mengganti lokasi dengan Arab Saudi, maka kita akan memperoleh informasi bulan baru pada tanggal 20 April 2023 jam 09.53. Sedangkan posisi bulan pada waktu magrib yaitu 18.44 waktu Arab Saudi, maka diperoleh informasi pase 0& dengan derajat 12. Hal ini menyebabkan pemerintah arab saudi mengeluarkan pengumuman bahwa 1 Syawal 1444H pada tanggal 21 April 2023.
Tampilan informasi bulan baru di Arab Saudi Foto : Pribadi Penulis
Kombinasi penggunaan teknologi informasi dan ilmu agama tentunya akan menghadirkan kesempurnaan dalam menjalankan ibadah.
ADVERTISEMENT