Konten dari Pengguna

Euthanasia dalam Perawatan Paliatif: Dilema Etis yang Kompleks

Engelina Yusnitasari
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember
7 November 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Engelina Yusnitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menggali Keterkaitan Otonomi Pasien, Aspek Etis, dan Kualitas Hidup
Sumber : Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pribadi
Euthanasia adalah topik penting dalam etika medis, terutama dalam perawatan paliatif. Perawatan paliatif bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pasien
ADVERTISEMENT
dengan penyakit terminal. Namun, diskusi menjadi kompleks ketika euthanasia diperkenalkan sebagai pilihan bagi mereka yang berada di akhir hayat. Didefinisikan sebagai tindakan sengaja mengakhiri hidup pasien untuk meringankan penderitaan, euthanasia menimbulkan banyak pertanyaan etis, hukum, dan praktis. Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi euthanasia dalam konteks perawatan paliatif, meninjau implikasi etisnya, mengulas penelitian terbaru, serta menyampaikan perspektif pribadi berdasarkan data. Perawatan paliatif adalah bidang khusus dalam pelayanan kesehatan yang berfokus pada meringankan gejala dan stres dalam kasus penyakit serius. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup bagi pasien dan keluarga mereka. Euthanasia, tindakan yang dengan sengaja mengakhiri hidup, umumnya bertujuan untuk meringankan penderitaan. Ada beberapa bentuk euthanasia, termasuk euthanasia aktif—di mana tenaga kesehatan dengan sengaja mengakhiri hidup pasien—dan euthanasia pasif, di mana perawatan yang memperpanjang hidup dihentikan atau tidak diberikan, memungkinkan pasien meninggal secara alami (Materstvedt, 2020). Kemajuan terbaru dalam perawatan paliatif menunjukkan bahwa banyak gejala menyakitkan yang membuat pasien mempertimbangkan euthanasia, seperti nyeri, ketidaknyamanan, dan kehilangan martabat, sering kali dapat dikelola dengan intervensi paliatif (Gomes et al., 2019). Perawatan paliatif berupaya mengurangi gejala dan stres akibat penyakit serius untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya (World Health Organization, 2020). Perawatan ini sering dikaitkan dengan kondisi terminal seperti kanker, gagal jantung, atau penyakit neurodegeneratif. Sementara itu, euthanasia bertujuan untuk mengakhiri hidup demi mengurangi penderitaan, menciptakan situasi kompleks bagi profesional perawatan paliatif yang berupaya memberikan kenyamanan tanpa mempercepat kematian (Cohen et al., 2014). Meskipun perawatan paliatif menangani gejala fisik, layanan ini juga memperhatikan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual pasien. Peran euthanasia dalam perawatan paliatif tetap menjadi titik perdebatan. Beberapa pihak berpendapat bahwa euthanasia bertentangan dengan tujuan utama perawatan paliatif—untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa mempercepat kematian (Gamondi et al., 2019). Di sisi lain, beberapa berargumen bahwa dalam kasus-kasus ekstrem, euthanasia mungkin menjadi pilihan paling penuh kasih bagi pasien yang mengalami penderitaan tak tertahankan yang tidak teratasi oleh metode paliatif tradisional (Chambaere et al., 2020).
ADVERTISEMENT
Etika di seputar euthanasia sangat kompleks, berpusat pada prinsip-prinsip otonomi, beneficence, dan non-maleficence. Otonomi mencakup hak pasien untuk membuat keputusan mengenai tubuh dan kehidupannya sendiri. Dari sudut pandang ini, para pendukung berargumen bahwa pasien dengan penyakit terminal yang tidak memiliki harapan untuk pulih seharusnya memiliki hak untuk memilih cara dan waktu kematiannya (Dierickx et al., 2019). Sebaliknya, prinsip beneficence—yang mewajibkan tenaga kesehatan untuk bertindak demi kepentingan terbaik pasien—berbenturan dengan euthanasia. Para pendukung berpendapat bahwa ketika kualitas hidup pasien telah menurun secara tak terpulihkan, euthanasia mungkin dapat menghormati martabat dan keinginan pasien (Chambaere et al., 2015). Namun, pihak lain berpendapat bahwa kematian tidak boleh dianggap sebagai “manfaat” karena menghilangkan setiap kemungkinan pengalaman positif atau kemajuan medis di masa depan (Raus et al., 2014). Asosiasi Perawatan Paliatif Eropa (European Association of Palliative Care - EAPC) membedakan euthanasia dan bunuh diri berbantuan oleh dokter dari perawatan paliatif, yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan tanpa memperpendek usia secara sengaja. Perbedaan ini menyoroti pertanyaan etis penting tentang peran tenaga kesehatan dalam praktik mengakhiri hidup (Radbruch et al., 2016). Pertimbangan etis mengenai euthanasia menjadi semakin kompleks ketika dilihat dari sudut pandang budaya, agama, dan sosial. Di banyak budaya, kehidupan dianggap sebagai sesuatu yang sakral, sehingga euthanasia dipandang tidak bermoral terlepas dari penderitaan atau keinginan pasien (Sulmasy et al., 2016). Dari perspektif sekuler, otonomi individu dan hak untuk meninggal dengan martabat sering kali diutamakan, yang mendukung euthanasia dalam kondisi tertentu. Penelitian tentang euthanasia dalam konteks perawatan paliatif menunjukkan kerumitannya. Studi dari Belgia, di mana euthanasia legal, mengungkapkan bahwa pasien yang meminta euthanasia umumnya menderita penyakit terminal seperti kanker, disertai dengan nyeri fisik parah dan tekanan psikologis (Chambaere et al., 2015). Bagi pasien-pasien ini, euthanasia mungkin memberikan cara untuk meninggal dengan martabat ketika perawatan paliatif konvensional tidak cukup untuk mengurangi penderitaan (Dierickx et al., 2016). Sebuah studi oleh Zenz et al. (2015) menemukan bahwa profesional perawatan paliatif memiliki pandangan beragam tentang euthanasia dan bunuh diri berbantuan oleh dokter. Meskipun sebagian besar berfokus pada manajemen gejala dan kualitas hidup, sebagian kecil mempertimbangkan keterlibatan, dipengaruhi oleh faktor pribadi, etis, dan budaya. Peneliti juga menemukan banyak pasien yang memilih euthanasia telah menerima perawatan paliatif secara luas, sehingga akses ke perawatan paliatif yang baik tidak menghilangkan keinginan untuk euthanasia di setiap situasi (Dierickx et al., 2017). Namun, studi ini juga menemukan bahwa banyak penyedia layanan kesehatan mengalami tantangan emosional dan etis saat melakukan euthanasia, yang menunjukkan kompleksitas masalah moral ini. Di negara-negara di mana euthanasia tidak diperbolehkan, penyedia perawatan paliatif sering menggunakan metode alternatif seperti sedasi atau manajemen nyeri untuk meringankan penderitaan di akhir hayat. Penelitian tentang euthanasia dalam konteks perawatan paliatif menunjukkan bahwa ini adalah isu yang rumit. Penelitian dari Belgia, di mana euthanasia legal, menunjukkan bahwa pasien yang mencari euthanasia menderita penyakit terminal seperti kanker yang menyebabkan nyeri fisik dan penderitaan psikologis yang signifikan (Chambaere et al., 2015). Dalam kasus-kasus ini, euthanasia dianggap sebagai cara untuk meninggal dengan bermartabat ketika perawatan paliatif konvensional tidak dapat menangani penderitaan (Dierickx et al., 2016). Sebuah studi (Zenz et al., 2015) menemukan bahwa profesional perawatan paliatif memiliki pandangan yang berbeda tentang euthanasia dan bunuh diri berbantuan oleh dokter. Sebagian besar berfokus pada manajemen gejala dan kualitas hidup, sementara sebagian kecil mempertimbangkan keterlibatan, dipengaruhi oleh faktor pribadi, etis, dan budaya. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien yang memilih euthanasia sebelumnya telah menerima perawatan paliatif secara ekstensif, yang menunjukkan bahwa akses ke layanan paliatif berkualitas tinggi tidak selalu menghilangkan keinginan untuk euthanasia dalam semua kasus (Dierickx et al., 2017). Namun, studi tersebut juga menemukan bahwa banyak tenaga kesehatan mengalami tantangan emosional dan etis ketika melakukan euthanasia, yang menggarisbawahi kompleksitas isu moral ini. Di negara-negara yang melarang euthanasia, penyedia perawatan paliatif sering menggunakan metode alternatif seperti sedasi atau manajemen nyeri untuk mengurangi penderitaan di akhir kehidupan. Bu Dari tinjauan dan analisis data serta penelitian yang ada, saya melihat euthanasia dalam perawatan paliatif sebagai isu yang menantang dan rumit. Euthanasia mungkin dapat dibenarkan dalam kasus-kasus ekstrem tetapi seharusnya tidak menjadi pilihan utama atau standar bagi pasien di akhir kehidupan. Kita harus mengakui bahwa perawatan paliatif mungkin tidak selalu sepenuhnya mengurangi penderitaan pasien. Dalam kasus seperti itu, euthanasia mungkin dapat dipertimbangkan. Namun, ini bukan kegagalan perawatan paliatif melainkan salah satu dari berbagai pilihan dalam spektrum perawatan akhir hayat. Keputusan untuk mengejar euthanasia sebaiknya melibatkan pertimbangan yang hati-hati mengenai keinginan pasien, kekhawatiran etis, dan alternatif yang tersedia. Saya juga mendukung kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis dan sosial yang mendorong pasien untuk memilih euthanasia. Dengan meningkatkan layanan perawatan paliatif, terutama dalam dukungan psikologis dan emosional, kita mungkin dapat mengurangi jumlah pasien yang merasa bahwa euthanasia adalah satu-satunya pilihan mereka yang layak.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan, euthanasia dalam perawatan paliatif memperkenalkan sejumlah pertanyaan etis, hukum, dan praktis yang signifikan. Meskipun perawatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meringankan penderitaan, euthanasia membawa pertimbangan baru, terutama terkait dengan otonomi pasien, prinsip beneficence, dan non-maleficence. Studi terbaru menunjukkan bahwa pasien umumnya meminta euthanasia ketika penderitaan menjadi tak tertahankan. Meskipun beberapa tenaga kesehatan mendukung penggunaannya dalam situasi tertentu, sebagian lainnya menghadapi dilema etis ketika dihadapkan pada pilihan ini. Pada akhirnya, keputusan untuk mengejar euthanasia harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, mempertimbangkan prinsip etis, serta opsi alternatif yang tersedia dalam perawatan paliatif.
Referensi :
Chambaere, K., Bernheim, J. L., Downar, J., & Deliens, L. (2020). Characteristics of Belgian "life-ending acts without explicit patient request": a large-scale death certificate survey revisited. Canadian Medical Association Journal, 192(4), E101-106
ADVERTISEMENT
Dierickx, S., Deliens, L., Cohen, J., & Chambaere, K. (2019). Euthanasia in Belgium: trends in reported cases between 2003 and 2013. Canadian Medical Association Journal, 188(16), E407-E414.
Dierickx, S., Deliens, L., Cohen, J., & Chambaere, K. (2016). Comparison of the expression and granting of requests for euthanasia in Belgium in 2007 vs 2013. JAMA Internal Medicine, 176(12), 1894-1901.
Dierickx, S., Cohen, J., & Deliens, L. (2017). Euthanasia in Belgium: Trends in reported cases between 2002 and 2013. Journal of Medical Ethics, 43(8), 625-631.
Gamondi, C., Pott, M., Preston, N., & Payne, S. (2019). Family caregivers' reflections on experiences of assisted suicide in Switzerland: a qualitative interview study. BMJ Supportive & Palliative Care, 9(1), e7.
ADVERTISEMENT
Gomes, B., Calanzani, N., Curiale, V., McCrone, P., & Higginson, I. J. (2019). Effectiveness and cost-effectiveness of home palliative care services for adults with advanced illness and their caregivers. Cochrane Database of Systematic Reviews, 6, CD007760.
Materstvedt, L. J. (2020). Distinction between euthanasia and palliative sedation is clear-cut. BMJ Supportive & Palliative Care, 10(2), 230-232.
Sulmasy, D. P., Finlay, I., Fitzgerald, F., Foley, K., Payne, R., & Siegler, M. (2016). Physician-assisted suicide: why neutrality by organized medicine is neither neutral nor appropriate. JAMA, 315(3), 249-250.
Inbadas, H., Zaman, S., Whitelaw, S., & Clark, D. (2017). The global relevance of the euthanasia debate: learning from India’s palliative care. Journal of Global Ethics, 13(2), 177-191.
ADVERTISEMENT
Raus, K., Sterckx, S., & Mortier, F. (2014). Continuous deep sedation at the end of life and euthanasia: The Belgian experience. Journal of Pain and Symptom Management, 47(5), 788-794.
Chambaere, K., Bernheim, J. L., & Deliens, L. (2015). End-of-life decisions in Belgium. Journal of Medical Ethics, 41(8), 625-630.
Cohen, J., Deliens, L., & Chambaere, K. (2014). Trends in euthanasia and palliative sedation practices in Flanders, Belgium. Journal of Pain and Symptom Management, 47(5), 784-793.
World Health Organization. (2020). Palliative care: Key facts. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/palliative-care.
Zenz, J., Tryba, M., & Zenz, M. (2015). Palliative care professionals’ willingness to perform euthanasia or physician assisted suicide. BMC Palliative Care, 14(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12904-015-0058-3
ADVERTISEMENT
Radbruch, L., Leget, C., Bahr, P., Müller-Busch, C., Ellershaw, J., De Conno, F., & Vanden Berghe, P. (2016). Euthanasia and physician-assisted suicide: A white paper from the European Association for Palliative Care. Palliative Medicine, 30(2), 104–116. https://doi.org/10.1177/0269216315616524