Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kita Yang Dilabeli 'Alay'
28 April 2018 11:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari enggar tyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkali-kali dilabeli anak lebay memang menjengkelkan bagi sebagian besar k-popers (re: fans kpop). Berulang juga mulut menyuapkan kalimat, 'kalian gak tau sih gimana rasanya'. Heol, sah-sah saja menurutku sepanjang tidak merugikan pihak manapun termasuk mereka yang mengolok-olok.
ADVERTISEMENT
Bagi penggemar yang levelnya sepertiku, k-pop hanyalah kesenangan semata, selebihnya menyukai oppa adalah pusat imajinasi terbesar. Kukatakan seperti itu karena aku menjadi suka menulis sejak masuk ke dunia k-popers. Tidak jarang dikatai penghayal hanya karena menulis fanfiction yang sejatinya hanyalah hiburan bagiku. Apa salahnya coba? Toh, kutulis semua cerita menggunakan riset sana-sini sampai data yang kucari valid, tempat-tempat yang kujadikan latar tempat juga benar adanya.
Lagi, aku bukan k-popers dengan uang jutaan yang mampu membeli Album terbaru k-pop bahkan sampai menonton konsernya. Seorang fans modal kuota seperti ini bukan tidak memperjuangkan apapun, hanya saja ia tidak memperjuangkan hal yang sia-sia. Kenyataannya para idol juga seorang manusia biasa yang sungguh, mereka tidak terlalu suka diintimidasi sampai ada istilah ssaeng fans.
ADVERTISEMENT
Belakangan, fans tanah air juga dihujani kabar duka dari beberapa idol maupun aktris ternama yang rela menghakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Orang-orang non k-popers tak henti menjejali kalimat justifikasi, menilai kalau semua orang-orang di Korea Selatan sana gemar bunuh diri. Halo, bisakah kita tidak hanya menceritakan keburukan orang lain? Coba berkaca pada negeri sendiri yang penduduknya untuk membaca buku saja malas tapi kampanye sana-sini ingin maju, ini lah, itu lah.
Menjadi seorang fans bagiku bukan hanya mengambil sisi hiburan Korea Selatan yang kerap dikatakan gemerlap serta mengerikan. Kuambil pelajaran dari dunia per-k-pop an ku, mereka saja yang punya tampang rupawan harus rela latihan tengah malam demi totalitas dan meraih kesuksesan. Bagaimana dengan kita yang di Indonesia? Terus membesar-besarkan rasa malas dan punya keinginan yang menggunung.
ADVERTISEMENT
Satu lagi yang menjadi cerita manis bagiku setelah menjadi fans k-pop. Aku punya banyak teman dari berbagai daerah, bahkan dari negara lain. Menjalin pertemanan jarak jauh tentu memberi efek baik ketika aku yang dulu tidak suka berkenalan dengan orang baru, sekarang malah gemar mengumpulkan teman dari sudut manapun.
Teruntuk orang-orang yang mencela fans k-pop, silahkan kita lihat kembali diri kita. Persoalan mereka begitu memuja manusia ketimbang Tuhannya itu urusan mereka. Kita bukan dipersilahkan mencaci mereka dan mengecap mereka tak cinta negeri sendiri. Lagi, kalau kalian ingin fans k-pop kembali ke jalan agama yang benar, bukankah lebih baik kita ajak dengan halus tanpa menjelekkan idol di Korea sana. Itu bukan urusan kita, lagi-lagi itu urusan para idol dengan Tuhan mereka.
ADVERTISEMENT