Dari Amsterdam ke ... : Ronosuripto Mementaskan Kembali Wayang

Enjelia Elita
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Enjelia Elita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selasa, 14 Mei 2024
Oleh: Enjelia Elita
Wayang kulit adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang kaya makna. Seni ini menggabungkan seni pertunjukan, cerita epik, musik, dan unsur-unsur spiritual dalam kesatuan yang mengagumkan dan seni pertunjukan yang paling ikonik di Indonesia terutama dalam masyarakat Jawa.
sumber gambar: https://www.shutterstock.com/image-photo/wayang-kulit-shadow-puppets-typical-java-732881719
Wayang Kulit Jawa sangat epik dalam pertunjukan sepanjang malam, cerita klasik ditampilkan seperti Mahabharata dan Ramayana, kisah-kisah pahlawan dari alam yang berbeda yang harus menjadi pelajaran bagi masyarakat. Pertunjukan di Amsterdam benar-benar klasik yang mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Seorang musisi, penari, dan dalang Jawa asal Surakarta, yaitu R. M. Ronosuripto kembali mementaskan wayang kulit di Belanda dan Swiss pada tahun 1980-an bersama grup Gamelan Amsterdam untuk beberapa kali tampil. Saat itu dia telah bekerja di Belanda selama satu setengah tahun sekitar tahun 1970-an.
Ronosuripto bersama grup Gamelan Amsterdam memberikan pertunjukan musik, tari, dan wayang kulit di berbagai tempat di Belanda serta melatih semua orang dalam kesenian Jawa. Grup Gamelan Amsterdam –yang jika tidak salah namanya– "Raras Budaya" dibuat oleh Elsje Plantema dan beranggotakan Ernst Heins, Rien Baartmans, J. J. Ras dan Frans Surya Putra.
Dalam pertunjukannya, dia menceritakan kisah-kisah Hindu kuno seperti Mahabharata dan Ramayana. Dia bermain selama berjam-jam dengan menggunakan bahasa Jawa. Namun, secara umum ceritanya mudah diikuti oleh penonton masyarakat Belanda. Suripto juga memungkinkan berbicara cukup banyak dalam bahasa Belanda.
ADVERTISEMENT
Di kota asalnya, teater wayang kulit masih hidup dan berkembang. Hampir setiap hari ada pertunjukan di suatu tempat, baik untuk acara kelahiran, pernikahan, atau sebagai ujian di konservatori.
Berkat aktifnya kegiatan Tropenmuseum, bekas Institut Kolonial di Amsterdam masih tingginya minat terhadap seni rupa Indonesia, khususnya musik, dibuktikan dengan banyaknya kelompok gamelan di Belanda yang melibatkan generasi muda dalam ekspresi budaya lama Jawa yang halus.
Ronosuripto berperan penting dalam memperkenalkan dan mempromosikan seni dan budaya Jawa, terutama melalui pertunjukan musik, tari, dan wayang kulit di Belanda. Meskipun menggunakan bahasa Jawa dalam pertunjukannya, dia berhasil menarik minat masyarakat Belanda dan melibatkan generasi muda dalam ekspresi budaya Jawa.
Apakah kalian ingin seperti Ronosuripto yang ingin melestarikan budaya Jawa atau pun budaya lain yang kita miliki di manca negara (tidak hanya Belanda)?
ADVERTISEMENT
Kita, sebagai orang Indonesia yang kaya akan budaya harus bisa melestarikannya, baik di dalam daerah maupun di luar daerah (jika bisa di berbagai negara) agar budaya yang kita miliki tidak punah karena perkembangan zaman yang sudah modern.
Boleh budaya apa saja, tidak harus budaya Jawa namun jika orang jawa tentunya harus melestarikannya begitu pun dengan budaya lain seperti budaya Sunda, Bali, Batak, dan lain-lain.
sumber:
ADVERTISEMENT