Konten dari Pengguna

Trend Marriage Is Scary di Kalangan Gen Z, Apa Dampaknya?

Enricco Bintang Syahputra
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
20 Agustus 2024 11:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Enricco Bintang Syahputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Generasi Z saat ini berada pada usia remaja, dan mereka menjadi kelompok yang paling banyak menggunakan media sosial. Penggunaan media sosial oleh Generasi Z ini memunculkan tren-tren yang terus bermunculan dan kemudian menjadi populer di kalangan mereka.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, muncul sebuah tren yang banyak menghiasi media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan X. Tren tersebut dikenal sebagai "Marriage Is Scary." Tren ini berupa foto atau video yang berisi ungkapan ketakutan individu terhadap pernikahan. Ketakutan ini berkaitan dengan sikap atau kebiasaan pribadi yang dianggap tidak dapat diterima oleh individu tersebut, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan kehancuran dalam hubungan pernikahan.
Tren "Marriage Is Scary" banyak diikuti oleh Generasi Z, terutama mereka yang telah memasuki usia 20 tahun ke atas. Tren ini menjadi bentuk curahan hati generasi saat ini mengenai hubungan pernikahan. Dalam hal ini, generasi sekarang memandang pernikahan dengan sangat serius, sehingga ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum menjalin hubungan pernikahan. Tren ini tidak hanya diikuti oleh salah satu pihak saja, tetapi kedua belah pihak baik laki-laki maupun perempuan banyak mengungkapkan curahan hati dan ketakutan mereka terhadap pernikahan. Akibatnya, timbul perdebatan antar gender mengenai peran masing-masing dan bagaimana seharusnya menjalani pernikahan.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa angka pernikahan di Indonesia belakangan ini mengalami penurunan. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan di Indonesia terus menurun dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2023, dilaporkan bahwa angka pernikahan di Indonesia mencapai 1.577.255, yang merupakan penurunan sebesar 128.000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 2022. Dalam satu dekade terakhir, penurunan angka pernikahan di Indonesia mencapai 28,63 persen.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini terjadi. Pertama, pernikahan tidak lagi dianggap sebagai pencapaian utama bagi Generasi Z. Banyak anggota generasi ini yang lebih mengutamakan karier daripada menikah. Kedua, masalah ekonomi menjadi salah satu alasan utama mengapa Generasi Z memutuskan untuk menunda pernikahan. Ketiga, semakin terbukanya peluang bagi perempuan. Kita ketahui bahwa saat ini perempuan memiliki kebebasan lebih dalam menentukan dan memilih karier mereka. Akibatnya, banyak perempuan yang merasa lebih nyaman dengan karier yang mereka jalani dan tidak memiliki keinginan untuk menikah. Selain itu, masalah ekonomi yang semakin marak memaksa laki-laki untuk bekerja lebih keras, sehingga mereka terpaksa menunda pernikahan. Selain itu, faktor lain yang sering muncul adalah trauma yang ditimbulkan akibat hubungan orang tua yang tidak harmonis, yang kemudian menyebabkan seorang anak memiliki ketakutan tersendiri terhadap pernikahan.
Sumber : Pixabay.com
Tren "Marriage Is Scary" menjadi salah satu faktor yang mencuat di tengah perbincangan mengenai penurunan angka pernikahan di kalangan Generasi Z. Banyak anggota Generasi Z yang menilai bahwa pernikahan adalah sebuah hubungan serius yang harus dijalani bersama-sama, bukan hanya oleh salah satu pihak. Selain itu, isu mengenai peran masing-masing gender dalam pernikahan masih menjadi perdebatan yang turut mewarnai tren "Marriage Is Scary."
ADVERTISEMENT
Dari tren "Marriage Is Scary," kita dapat melihat adanya perkembangan sekaligus munculnya permasalahan baru. Tren ini menunjukkan bahwa generasi saat ini menjadi lebih berhati-hati dalam memilih pasangan dan menggambarkan bahwa mereka memandang pernikahan sebagai sesuatu yang memerlukan kesiapan yang matang, baik secara fisik maupun psikis. Generasi ini juga memandang bahwa pernikahan harus dipersiapkan dengan baik agar tidak merugikan salah satu pihak. Namun, tren ini juga menimbulkan konflik antara perempuan dan laki-laki. Dalam beberapa video yang beredar, curahan hati atau ungkapan yang disampaikan terkadang menyinggung pihak tertentu, sehingga memicu pertikaian.
Pada akhirnya, tren "Marriage Is Scary" menjadi fenomena yang perlu kita cermati. Curahan hati atau ungkapan yang muncul dalam tren ini berasal dari individu-individu, dan tidak mencerminkan keseluruhan masalah yang ada. Oleh karena itu, sikap bijaksana dalam menanggapi tren ini sangat diperlukan. Jika kita tidak mampu menyaring setiap kata yang ada dalam tren ini, hal tersebut dapat mengakibatkan pencucian pikiran (brain wash), yang pada akhirnya bisa memicu pertikaian yang merugikan kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT