Konten dari Pengguna

Melukis Ketenangan: Terapi Musik sebagai Pendamping Paliatif Pasien Demensia

Sheila Anugrah Liandini
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Universitas Jember
26 November 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sheila Anugrah Liandini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa kesehatan bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang batin dan jiwa. Terutama bagi pasien demensia, yang hidupnya dihantui oleh kehilangan ingatan, kebingungan, dan perubahan emosi, menemukan kedamaian menjadi hal yang sangat berarti. Di sinilah terapi musik hadir, tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan pasien dengan kenangan, emosi, dan makna dalam hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Terapi musik adalah pendekatan non-farmakologis yang menggunakan suara, ritme, melodi, dan harmoni untuk membantu memenuhi kebutuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial seseorang. Dalam konteks perawatan paliatif, terapi musik menjadi bentuk pendampingan yang unik dan personal. Musik tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga mampu melukiskan kembali memori dan identitas seseorang yang mungkin terkikis oleh demensia [1]. Pendekatan berbasis musik ini dianggap berisiko rendah, mudah diakses, dan inklusif, oleh karena itu pendekatan ini tampak seperti pilihan yang menjanjikan [4].
Sumber : https://www.alzheimers.org.uk/get-support/publications-and-factsheets/dementia-together/making-listening-music-dementia
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://www.alzheimers.org.uk/get-support/publications-and-factsheets/dementia-together/making-listening-music-dementia
Mengapa Musik untuk Pasien Demensia?
Pasien demensia, terutama yang berada dalam tahap lanjut, sering kali kehilangan kemampuan komunikasi verbal. Namun, penelitian menunjukkan bahwa meskipun otak pasien mengalami kerusakan parah, area yang berkaitan dengan musik sering kali tetap utuh [2]. Musik memiliki kemampuan untuk mengakses bagian-bagian otak yang menyimpan kenangan dan emosi [5]. Mendengarkan lagu yang akrab bagi pasien dapat membangkitkan ingatan masa lalu yang indah, seperti saat mereka menari di pesta pernikahan, menyanyikan lagu pengantar tidur untuk anak mereka, atau bersenandung di dapur bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, seorang pasien demensia yang selama bertahun-tahun tampak terputus dari lingkungannya tiba-tiba tersenyum, menari, atau bahkan bernyanyi ketika mendengar lagu dari masa mudanya. Hal ini menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat komunikasi yang ampuh, bahkan ketika bahasa tidak lagi tersedia sebagai sarana ekspresi.
Manfaat Terapi Musik dalam Perawatan Paliatif
1. Meningkatkan Kesejahteraan Emosional
Musik mampu menciptakan suasana yang menenangkan, mengurangi kecemasan, dan membantu pasien merasa lebih damai. Dalam perawatan paliatif, di mana fokus utama adalah meningkatkan kualitas hidup, musik memberikan ruang bagi pasien untuk merasa didengar dan dihargai.
2. Meningkatkan Interaksi Sosial
Musik juga dapat mendorong interaksi sosial, baik dengan keluarga maupun tenaga medis. Sesi terapi musik sering kali menjadi momen di mana pasien dan keluarga dapat berbagi kenangan bersama, mempererat hubungan yang mungkin terasa jauh karena perkembangan penyakit.
ADVERTISEMENT
3. Mengurangi Gejala Fisik
Musik yang dipilih dengan tepat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan fisik. Lagu-lagu dengan ritme lambat dan melodi lembut dapat membantu menurunkan tekanan darah, memperlambat pernapasan, dan menciptakan relaksasi.
4. Membangkitkan Memori dan Identitas
Musik memiliki kekuatan untuk membangkitkan kenangan dan memberikan rasa identitas yang mungkin telah hilang. Ini membantu pasien merasa lebih terhubung dengan dirinya sendiri, bahkan di tengah kebingungan yang mereka alami.
Menghadirkan Terapi Musik dalam Kehidupan Pasien Demensia
Pendekatan terapi musik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pasien. Tidak ada formula tunggal; setiap individu memiliki hubungan yang unik dengan musik. Berikut adalah langkah-langkah dalam menghadirkan terapi musik:
1. Memilih Musik yang Relevan
ADVERTISEMENT
Musik yang akrab dengan pasien—baik itu lagu-lagu masa muda, musik dari budaya tertentu, atau bahkan lagu rohani—akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan musik generik.
2. Melibatkan Pasien Secara Aktif
Selain mendengarkan, pasien juga dapat diajak untuk bernyanyi, bermain alat musik sederhana, atau bahkan hanya bertepuk tangan mengikuti irama. Partisipasi aktif ini dapat memberikan rasa pencapaian dan kebahagiaan.
3. Menciptakan Lingkungan yang Aman
Sesi terapi musik harus dilakukan dalam suasana yang nyaman, tanpa gangguan, dan dengan volume yang sesuai. Lingkungan yang kondusif akan meningkatkan dampak positif terapi.
4. Melibatkan Keluarga dan Tim Medis
Kehadiran keluarga dalam sesi terapi musik dapat memperkuat ikatan emosional dan memberikan dukungan tambahan bagi pasien. Tim medis juga dapat membantu memantau reaksi pasien dan menyesuaikan pendekatan jika diperlukan.
ADVERTISEMENT
Kisah Nyata: Musik yang Menghidupkan Kembali Jiwa
Marti, seorang wanita berusia 71 tahun, yang telah hidup dengan Alzheimer, menjadi tidak responsif terhadap komunikasi verbal. Namun, ketika anaknya−Adam memainkan gitar dengan lagu favoritnya, ia perlahan mulai bersenandung. Matanya berbinar, ia tersenyum dan akan mulai ikut bernyanyi dengan anaknya. Adam menyaksikan momen ini dengan air mata kebahagiaan, merasa seperti melihat sekilas sosok yang ia kenal sebelum penyakit mengambil alih hidup ibunya [3].
Mengintegrasikan Terapi Musik ke Dalam Perawatan Paliatif
Terapi musik mulai diintegrasikan dalam perawatan paliatif sebagai pendekatan holistik yang meningkatkan kualitas hidup pasien. Meski potensinya besar, aksesibilitas tetap menjadi tantangan, terutama di daerah terpencil. Tidak semua fasilitas memiliki terapis musik profesional, sehingga pelatihan sederhana bagi tenaga kesehatan atau caregiver menjadi langkah awal yang penting.
ADVERTISEMENT
Teknologi juga berperan besar, seperti aplikasi yang menawarkan playlist personal berdasarkan preferensi pasien. Ini memungkinkan terapi musik dilakukan di rumah, menjadikannya lebih inklusif dan mudah diakses.
Kesadaran masyarakat tentang manfaat terapi musik perlu ditingkatkan melalui edukasi publik, seminar, dan kampanye berbasis bukti. Dengan kolaborasi lintas sektor dan dukungan pendanaan yang memadai, terapi musik dapat menjadi bagian esensial dari perawatan paliatif, membawa ketenangan dan harapan bagi pasien di ujung perjalanan mereka.
Penutup
Terapi musik membuktikan bahwa keajaiban dapat muncul dari hal-hal sederhana. Dalam dunia yang penuh dengan suara, musik menjadi cara untuk melukis ketenangan dan harapan di tengah badai yang dihadapi pasien demensia. Dengan melodi yang tepat, kita dapat memberikan lebih dari sekadar perawatan. Kita dapat memberikan kembali makna hidup kepada mereka yang hampir kehilangan semuanya.
ADVERTISEMENT
Musik adalah bahasa universal yang tidak membutuhkan kata. Dalam perawatan paliatif, ia adalah sahabat yang melampaui batas waktu, membawa pasien menuju kedamaian di ujung perjalanan hidup mereka.
Daftar Pustaka
[1] Bleibel, M., El Cheikh, A., Sadier, N. S., & Abou-Abbas, L. (2023). The effect of music therapy on cognitive functions in patients with Alzheimer’s disease: a systematic review of randomized controlled trials. Alzheimer’s Research & Therapy, 15(1), 65. https://doi.org/10.1186/s13195-023-01214-9
[2] Devere, R. (n.d.). Music and Dementia: An Overview. Practical Neurology. Retrieved November 26, 2024, from https://practicalneurology.com/articles/2017-june/music-and-dementia-an-overview
[3] Jones, D. (2023, September 21). Still there: Alzheimer’s has ravaged his mother’s memory, but music brings her back. NPR. from https://www.npr.org/2023/09/21/1199315894/alzheimers-ravaged-his-mothers-memory-but-music-brings-her-back
[4] Shirsat, A., Jha, R. K., & Verma, P. (2023). Music Therapy in the Treatment of Dementia: A Review Article. Cureus, 15(3), e36954. https://doi.org/10.7759/cureus.36954
ADVERTISEMENT
[5] Toader, C., Tataru, C. P., Florian, I.-A., Covache-Busuioc, R.-A., Bratu, B.-G., Glavan, L. A., Bordeianu, A., Dumitrascu, D.-I., & Ciurea, A. V. (2023). Cognitive Crescendo: How Music Shapes the Brain’s Structure and Function. Brain Sciences, 13(10). https://doi.org/10.3390/brainsci13101390