Konten dari Pengguna

Asi Bubuk Fenomena yang Mengkhawatirkan atau Menenangkan?

Eny Dewi Pamungkas
Dosen Keperawatan Maternitas UPN "Veteran" Jakarta, Perawat
3 September 2024 9:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eny Dewi Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu lalu ASI bubuk menjadi trending topik yang banyak dibahas pada media online. Beberapa pakar ASI pun turut angkat bicara mengenai hal ini. ASI bubuk menjadi viral di Indonesia karena adanya inovasi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berhasil memenangkan Kompetisi Inovasi Digital dan Teknologi Astranauts 2023 mengenai inovasi ASI bubuk. Ide besar inovasi tersebut muncul karena adanya masalah penyimpanan ASI pada NICU, masalah stunting di Indonesia, serta kesulitan ibu pekerja dalam mengirimkan ASI beku untuk bayinya. Sebetulnya fenomena ASI bubuk bukanlah yang pertama di Indonesia, salah satu perusahaan di US (Amerika Serikat) sudah mengembangkan bisnis ASI bubuk dengan teknologi tanpa kontak sejak tahun 2018 dengan tujuan untuk menjaga kualitas ASI dalam jangka panjang.
https://www.canva.com/
Sayangnya fenomena ASI bubuk bukanlah hal yang dapat diterima karena melanggar proses menyusui yang merupakan karunia dari Sang Pencipta. Komposisi ASI bubuk akan berbeda dengan ASI fresh, karena beberapa komponen ASI akan rusak melalui proses Freeze-Dry Breast Milk. Meskipun latar belakang dari inovasi ASI bubuk sangatlah baik, namun pertimbangan untuk membuat ASI menjadi bentuk bubuk bukanlah hal yang dapat dinormalisasi seperti susu hewani maupun nabati. Pemberian ASI bukan hanya sekadar pemenuhan rasa lapar dan haus pada bayi, namun melibatkan bounding serta kasih sayang antara ibu dan bayi. Sehingga menyusui secara langsung adalah cara terbaik memberikan kasih sayang dan nutrisi dari Ibu kepada bayinya. Selain untuk meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi, menyusui langsung juga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan bayinya.
ADVERTISEMENT
Bayi dapat mengosongkan ASI pada payudara secara sempurna, sementara memerah tidak dapat mengosongkan ASI pada payudara secara maksimal, sehingga berpotensi terjadinya sumbatan ASI pada duktus dan saluran ASI di payudara. Hal itu bisa meningkatkan potensi terjadinya pembengkakan dan mastitis yang mengarah pada kanker payudara jika terus menerus terjadi.