Konten dari Pengguna

Donor ASI Setelah “Kehilangan”

Eny Dewi Pamungkas
Dosen Keperawatan Maternitas UPN "Veteran" Jakarta, Perawat
3 Oktober 2024 11:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eny Dewi Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Periode hamil dan melahirkan merupakan periode yang ditunggu-tunggu pada sebagian besar pasangan suami istri. Selama hamil dan melahirkan setiap pasangan tentunya menginginkan bayi yang sehat dan sempurna. Namun siapa sangka, ada kondisi pada periode kehamilan dan melahirkan yang justru membuat kesedihan pasangan suami istri. Kondisi itu adalah kondisi kematian janin selama masa kehamilan atau persalinan yang dikenal dengan IUFD (Intra Uterine Fetal Death).
ADVERTISEMENT
Setelah diketahui bahwa janin mengalami IUFD, seorang ibu tetap akan melahirkan janinnya. Proses kelahiran ini akan melibatkan serangkaian hormon yang mempengaruhi kegiatan menyusui (laktasi). Saat persalinan, hormon progresteron akan turun, hal ini menstimulasi kenaikan hormon prolaktin (hormon yang memproduksi ASI), sehingga ASI akan terproduksi dan keluar melalui puting susu.
Kejadian ASI yang terus terproduksi hingga menyebabkan payudara bengkak pada ibu melahirkan dengan IUFD sering sekali terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut petugas kesehatan akan memberikan obat-obatan penghenti ASI (bromocriptine) dan merekomendasikan sedikit diperah untuk mengurangi pembengkakan. Sebagian juga masih merekomendasikan untuk dilakukan bebat payudara menggunakan elastis perban untuk mengurangi pembengkakan, namun hal ini berisiko terjadinya sumbatan ASI pada saluran payudara.
canva.com
Namun taukah teman kumparan, bahwa di negara Inggris, menyediakan layanan untuk menyimpan ASI bagi ibu yang mengalami IUFD atau kematian janin yang dikenal dengan Human Milk Foundation. Layanan ini memberikan kesempatan kepada Ibu dengan IUFD untuk memerah ASI dan mendonasikan ASI nya kepada bayi yang membutuhkan. Ibu dipersilahkan untuk mendonasikan satu kali dari persediaan ASI nya atau terus menerus mendonasikannya. Kegiatan ini selain untuk membantu kesehatan bayi lain, juga untuk tetap menjalin keterhubungan antara ibu dengan janinnya yang IUFD. Jika Ibu memutuskan untuk rutin memerah dan mendonasikan, tim layanan akan memberikan edukasi yang relevan, sebaliknya jika Ibu memutuskan untuk tidak lagi memerah dan mengentikan kegiatan donasi, Ibu akan diedukasi mengenai cara penghentian produksi ASI secara bertahap oleh tim layanan.
humanmilkfoundation.org
Donasi ASI tidak akan diterima apabila Ibu merokok, menggunakan vape, atau menggunakan produk nikotin. Setiap ASI perah yang didonasikan dari Ibu yang mengalami “Kehilangan” akan dilakukan pasteurisasi dan pemeriksaan kesehatan berupa pertanyaan kuesioner dan tes darah. ASI donor yang sehat dan memenuhi kriteria skrining akan diberikan label dan siap untuk didonasikan kepada bayi yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana di Indonesia sendiri?
Di Indonesia sudah ada yayasan non pemerintah yang melayani pemberian donor ASI dikenal dengan nama lactashare. Layanan ini memberikan fasilitas untuk mendonorkan ASI, menerima ASI, dan konsultasi laktasi. Setiap ASI yang akan di donasikan harus melalui serangkaian pemeriksaan ketat untuk menjaga kemanan dan kualitas dari ASI.
Beberapa pemeriksaan untuk skrining ASI antara lain:
• Tes HIV
• Tes Hepatitis B and C
• Tes syphilis
• Tes human T-lymphotropic virus (HTLV)
Meskipun layanan donor ASI di Indonesia sudah mulai berkembang, namun tidak ada layanan donor ASI khusus bagi ibu yang “kehilangan”. Ibu yang “kehilangan” akan berbeda dengan ibu yang memiliki bayi. Ada aspek psikologi yang harus didekati dan intervensi. Sehingga setiap kegiatan memerah ASI akan membuat Ibu semakin senang karena keterhubungan antara diri dan bayinya atau justru semakin sedih mengingat bayinya.
ADVERTISEMENT
Itulah gambaran mengenai donor ASI bagi ibu yang mengalami “kehilangan”. Kondisi ibu yang mengalami kehilangan seharusnya diberikan pilihan untuk memerah ASI dan mendonasikannya atau dihentikan produksi ASInya.