Konten dari Pengguna

Mengelola Work-Life Balance: Apa yang Perusahaan Perlu Ketahui?

Epriyaloka Anggun Putri Eka Novia
Mahasiswi Di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jurusan Manajemen
26 Januari 2025 10:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Epriyaloka Anggun Putri Eka Novia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pria sedang menunda | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pria sedang menunda | sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
Siapa sih yang tidak ingin hidup seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi? Work-life balance (WLB) sudah menjadi pembahasan hangat, terutama setelah pandemi mengubah cara kita bekerja. Bagi perusahaan, penting memahami bagaimana keseimbangan ini memengaruhi kepuasan kerja dan niat karyawan untuk tetap bertahan.
ADVERTISEMENT
Masalah Work-Life Balance di Era Modern
Pernahkah Anda merasa terlalu lelah bekerja hingga tidak punya waktu untuk keluarga atau diri sendiri? Itulah yang disebut dengan work interference with personal life (WIPL). Sebaliknya, jika masalah pribadi Anda sering mengganggu pekerjaan, ini dikenal sebagai personal life interference with work (PLIW). Penelitian menunjukkan bahwa keduanya dapat berdampak buruk pada kepuasan kerja dan meningkatkan keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.
Studi yang dilakukan pada sebuah perusahaan pengembangan perangkat lunak di Bandung menunjukkan fakta menarik. Selama pandemi, perusahaan ini menerapkan sistem kerja dari rumah (WFH) secara penuh. Hasil survei internal mereka pada akhir 2021 menyebutkan bahwa 89% karyawan merasa terlibat, dan 84% puas dengan pekerjaan mereka. Namun, komunikasi antar karyawan menjadi tantangan utama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, laporan dari Kaspersky pada 2021 mengungkapkan bahwa 54% karyawan yang bekerja dari rumah merasa beban kerja mereka meningkat, 36% merasa lebih lelah, dan 39% merasa lebih kesepian. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun WFH memberikan fleksibilitas, ada dampak emosional dan sosial yang harus diperhatikan.
Studi Kasus: Perusahaan Pengembang Perangkat Lunak di Bandung
Dalam studi ini, 61 karyawan dari perusahaan tersebut dijadikan responden. Analisis data menunjukkan dua hal utama:
PLIW Menurunkan Kepuasan Kerja: Ketika urusan pribadi terlalu mengganggu pekerjaan, karyawan merasa kurang puas.
WIPL Meningkatkan Turnover Intention: Beban pekerjaan yang mengganggu kehidupan pribadi membuat karyawan lebih mungkin mencari pekerjaan baru.
Namun, menariknya, karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung tidak berniat untuk keluar, meski mengalami tantangan WLB. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat menjadi penyeimbang bagi tantangan WLB yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Tips untuk Perusahaan
Mengapa Penting?
Studi ini menunjukkan bahwa keseimbangan kerja-kehidupan tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keberlanjutan perusahaan. Ketika karyawan merasa kewalahan atau tidak puas, turnover akan meningkat, yang berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk rekrutmen dan pelatihan karyawan baru. Berdasarkan penelitian lain, biaya turnover bisa mencapai 20% dari gaji tahunan seorang karyawan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, karyawan yang puas lebih produktif, berkomitmen, dan cenderung bertahan lebih lama. Dalam jangka panjang, ini menguntungkan perusahaan baik dari segi finansial maupun budaya kerja. Sebagai contoh, perusahaan teknologi seperti Google terkenal dengan inisiatif work-life balance mereka, termasuk memberikan waktu luang untuk karyawan mengejar proyek pribadi. Hasilnya? Produktivitas tetap tinggi dan turnover rendah.
Kesimpulan
Work-life balance bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan. Dengan memahami dinamika ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Bagi Anda yang merasa keseimbangan hidup terganggu, jangan ragu untuk mencari dukungan atau mengajukan solusi kepada atasan Anda. Karena pada akhirnya, keseimbangan ini adalah kunci untuk hidup yang lebih bahagia dan karier yang lebih sukses.
ADVERTISEMENT
Bagi perusahaan, inisiatif kecil seperti memberikan fleksibilitas dan menciptakan budaya kerja yang mendukung bisa memberikan dampak besar. Ingat, karyawan yang bahagia adalah aset berharga yang dapat membawa perusahaan ke level berikutnya.
Referensi :