Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Terduga Obat Covid-19
24 November 2020 5:27 WIB
Tulisan dari Era widianingsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia masih terus waspada dengan penyebaran virus corona. Virus ini menyerang sistem pernapasan, sehingga menyebabkan gangguan ringan, infeksi paru-paru yang berat, maupun kematian. Menurut WHO lebih dari 38 juta orang di dunia telah terinfeksi Covid-19 dan 1 juta diantaranya meninggal dunia. Untuk itu obat Covid-19 harus segera ditemukan sehingga kondisi dunia membaik.
ADVERTISEMENT
Covid-19
Covid-19 (coronavirus disease 2019) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Virus adalah agen infeksi berukuran kecil yang bereproduksi di dalam sel inang yang hidup. Virus corona merupakan keluarga Coronaviridae yang dapat menyebabkan penyakit pada burung, mamalia termasuk manusia.
Menurut Andi, Kata "Corona " berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Corona virus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota. Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya "Protein S " yang berupa sepatu, sehingga dinamakan spike protein, yang tersebar disekeliling permukaan virus (tanda panah). "Protein S " inilah yang berperan penting dalam proses infeksi virus terhadap manusia.
ADVERTISEMENT
Asam ribonukleat, yang dikenal dengan RNA adalah materi genetik yang menyusun virus corona. RNA akan mengalami serangkaian proses, menghasilkan asam amino. Kemudian asam amino akan berpolimerisasi membentuk protein dengan bantuan enzim polimerase.
Favipiravir
Favipiravir atau 6-fluoro-3-hydroxy-2-pyrazinecarboxamide merupakan obat turunan dari pyrazinecarboxamide. Favipiravir bekerja dengan menghambat enzim polimerase dari virus RNA. Dengan demikian proses sintesis protein terhambat, dan virus tidak dapat berkembangbiak. Menurut Yousuke furuta dkk, favipiravir adalah obat yang menjanjikan untuk pengobatan infeksi virus. Tidak hanya infeksi oleh virus influenza tetapi juga berbagai macam Virus RNA lainnya.
Pada 2014, favipiravir memperoleh izin pemasaran di Jepang untuk terapi influenza, untuk kasus yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan konvensional. Favipiravir merupakan anti-virus dengan spektrum luas. Hal ini telah dibuktikan secara in vitro. Potensi terapeutik juga telah dibuktikan pada hewan uji yang telah diinfeksi virus influenza A, B dan C.
ADVERTISEMENT
Menurut Anjar pada Helath.grid.id, hasil uji klinis terhadap 340 pasien yang berasal dari Wuhan menunjukan hasil positif. Hasil sinar X pada kondisi paru-paru sekitar 91% pada pasien yang mengkonsumsi Favipiravir. Namun demikian dokter di Jepang menyatakan obat ini efektif pada gejala ringan. Menurut Roy pada cnbcindonesia.com, Fujifilm Holding mengatakan riset uji klinis fase akhir favipiravir menunjukan hasil yang signifikan pada 156 pasien Covid-19.
Remdesivir
Instiaty dkk menjelaskan remdesivir merupakan antivirus spektrum luas yang awalnya dikembangkan untuk infeksi virus Ebola. Remdesivir adalah prodrug dari analog adenosin yang oleh inangnya dimetabolisme menjadi bentuk aktif, nukleosida trifosfat. Remdesivir bekerja dengan menghambat RdRp virus, sebuah protein kompleks yang digunakan untuk memperbanyak genom berbasis RNA. Bentuk aktif (RTP) bersaing dengan adenosin trifosfat dan bergabung dengan untai RNA, menyebabkan penghentian sintesis RNA lebih awal dan menghentikan perbanyakan RNA virus.
ADVERTISEMENT
Amirian ES dan Levy JK menyatakan studi klinis remdesivir pada COVID-19 secara in vitro menunjukkan aktivitas melawan virus RNA, termasuk Coronaviridae (mis., SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2). Pada tanggal 1 Mei FDA memberikan otorisasi penggunaan darurat pertama yang memungkinkan remdesivir diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah. Namun demikian penelitian mengenai seberapa besar kemanfaatan pengobatan remdesivir pada pasien masih terus dievaluasi oleh tim “Solidarity” uji klinis untuk pengobatan COVID-19 yang dibentuk oleh WHO.
Deksametason
Deksametason merupakan obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengurangi peradangan dengan meniru kerja hormon anti-inflamasi yang diproduksi oleh tubuh. Obat ini bekerja dengan meredam sistem imun yang muncul sebagai akibat masuknya benda asing ke dalam tubuh. Adakalanya sistem imun bekerja berlebihan sehingga menimbulkan reaksi dapat berbahaya. Reaksi yang semestinya digunakan untuk menyerang infeksi, akhirnya menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Michelle Roberts menyatakan bahwa peneliti Inggris, Horby mengatakan, "Sejauh ini obat tersebut telah menunjukkan bisa mengurangi risiko kematian dan pengurangannya sangat signifikan pada pasien COVID-19. Ini adalah terobosan besar." Prof Martin Landray, mengatakan obat ini bisa menyelamatkan satu nyawa dalam setiap pasien yang menggunakan ventilator, dan 20-25 pasien COVID-19 yang dirawat dengan oksigen.
Terkenal murah dan banyak tersedia, membuat deksametason dapat dijangkau semua kalangan. Deksametason merupakan obat lama yang sudah tidak ada lagi hak patennya sehingga setiap negara leluasa memproduksinya. Obat ini kemungkinan tidak membantu orang dengan gejala corona virus ringan, yang tidak membutuhkan bantuan pernapasan. Obat dapat diberikan melalui injeksi atau infus dalam penanganan pasien intensif dan dalam bentuk tablet untuk pasien yang tidak terlalu parah.
ADVERTISEMENT
Antara harapan dan kenyataan
Penelitian terus menerus dilakukan di berbagai negara. Semua daya upaya dicurahkan menemukan obat COVID-19. Obat yang efektif dengan efek samping seminimal mungkin sangat dinantikan semua orang. Beberapa publikasi menunjukan kandidat obat COVID-19 mulai ditemukan. Namun demikian angka kematian COVID-19 masih cukup tinggi. Hal ini menunjukan kita harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Jangan lupa lakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan). Mencegah lebih baik daripada mengobati.