Konten dari Pengguna

Literasi Digital Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam

Eren Budi Santosa
Saya adalah mahasiswa Jurusan Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya memiliki minat besar dalam menulis dan melatih kerangka berpikir, yang mencerminkan dedikasi terhadap pengembangan intelektual.
17 Oktober 2024 20:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eren Budi Santosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eren Budi Santosa. (2024). Presentasi Mahasiswa di kelas [Foto]. Diambil sendiri.
zoom-in-whitePerbesar
Eren Budi Santosa. (2024). Presentasi Mahasiswa di kelas [Foto]. Diambil sendiri.
ADVERTISEMENT
1. Pengertian Literasi Digital
Menurut Chairul Rizal dalam bukunya Literasi Digital, ia berpendapat bahwa secara tradisional, “literasi” dapat dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis. Lebih lanjut, Definisi literasi yang disusun oleh para pakar UNESCO dalam Pertemuan Paris menunjukkan bahwa konsep literasi telah diperluas. Literasi kini tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga juga mencakup keterampilan untuk mengenali, memahami, menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi, menghitung, dan memanfaatkan materi cetak serta tulis dalam berbagai konteks.
ADVERTISEMENT
Haickal Attallah Naufal juga mengatakan dalam jurnalnya, literasi digitalbukan sekadar menggunakan perangkat digital saja melainkan literasi digitaldiharapkan mampu untuk menemukan dan memilih informasi. Kemampuanberpikir kritis, berinovasi, bekerja sama dengan orang lain, berkomunikasi dengan
baik, serta memperhatikan keamanan digital dan perubahan sosial-budaya yang terjadi.
Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa menjadi seorang yang pawai dalam Literasi Digital berarti menjadi seseorang yang pandai memilih dan memilah suatu peristiwa, pendapat, atau pernyataan yang ada di internet, kemudian dapat mengidentifikasi dan memahami konteks yang diuraikan di media tulis yang bersangkutan. Selain itu, menjadi orang yang pandai dalam Literasi Digital juga berarti mampu menciptakan serta mengkomunikasikan suatu pandangan dengan efektif, dan tentu dengan sumber yang jelas.
ADVERTISEMENT
2. Korelasi antara Literasi dengan Kemampuan Berpikir Kritis
Seperti kata Pepatah “Buku adalah jendela dunia,” dengan membaca kita dapat melihat, mengetahui, dan memahami sebuah peristiwa atau sesuatu tanpa mengalami langsung peristiwa tersebut. Semakin sering membaca, semakin terbuka juga sudut pandang kita terhadap sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh diri kita.
Selain itu, membaca yang sudah kita saring di sosial media dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis kita sebagai mahasiswa. Jika dilihat dari sejarah, tokoh-tokoh yang berhasil sukses di bidangnya memiliki kebiasaan untuk membaca, sehingga mereka dapat menciptakan sebuah pemikiran serta solusi dari permasalahan di eranya.
Beberapa tokoh Islam terkenal dalam sejarah yang memiliki kebiasaan rajin membaca dan memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan adalah:
ADVERTISEMENT
1. Ibnu Sina (Avicenna)
Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan dokter terkenal dari Persia pada abad ke-10. Ia dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern" dan menulis banyak buku penting, termasuk Al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine).
2. Al-Farabi
Al-Farabi adalah seorang filsuf dan ilmuwan terkemuka dari abad ke-9 yang sangat mempengaruhi perkembangan filsafat Islam dan Barat. Selain filsafat, ia juga mendalami ilmu politik, musik, dan logika. Kegemarannya membaca dan menulis membuatnya dikenal sebagai salah satu intelektual besar dalam sejarah Islam.
3. Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang teolog, filsuf, dan sufi terkenal dari abad ke11. Ia menulis banyak buku tentang agama, filsafat, dan tasawuf, yang menunjukkan luasnya pengetahuannya. Salah satu karyanya yang palingterkenal adalah Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama)
ADVERTISEMENT
4. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun adalah seorang sejarawan dan sosiolog terkenal dari abad ke-14, yang dikenal melalui karyanya Muqaddimah (Pengantar).Iarajin membaca dan mempelajari berbagai teks untuk merumuskan teorinya tentang peradaban dan masyarakat.
5. Al-Biruni
Al-Biruni adalah seorang ilmuwan dan ahli astronomi dari abad ke10. Karyanya Kitab al-Hind yang mendokumentasikan budaya dan ilmu pengetahuan India adalah bukti betapa besar kecintaannya pada pembelajaran dan penelitian. Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan Siti Zubaidah dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa, salah satu kecakapan hidup yang harus dikembangkan melalui pendidikan adalah kemampuan berpikir. Keberhasilan seseorang dalam hidup sebagian besar dipengaruhi oleh keterampilan berpikir, terutama dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
Kesimpulannya adalah Literasi Digital memiliki korelasi yang erat dengan kemampuan berpikir kritis, sebagaimana literasi membaca secara konvensional berperan dalam membuka wawasan seseorang terhadap dunia. Seperti pepatah "Buku adalah jendela dunia", kemampuan seseorang untuk mengakses informasi melalui teknologi digital memungkinkan kita untuk memahami peristiwa dan fenomena global tanpa harus mengalaminya secara langsung. Akses yang luas terhadap informasi ini memperkaya sudut pandang dan membuka wawasan kita terhadap hal-hal yang sebelumnya belum kita ketahui. Dengan paparan terhadap berbagai sudut pandang, ide, dan data, seseorang dapat belajar menganalisis, mengevaluasi, dan menyaring informasi untuk menemukan solusi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Tokohtokoh sejarah yang berhasil dalam berbagai bidang, seperti yang ditunjukkan melalui kebiasaan membaca, menunjukkan pentingnya pemanfaatan informasi dalam membentuk pemikiran yang kritis dan inovatif. Mereka mampu menghasilkan solusi bagi tantangan pada zamannya melalui pola pikir kritis yang terbentuk dari pengetahuan yang mereka kumpulkan.
ADVERTISEMENT
3. Pentingnya Kesadaran Literasi Digital pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Memiliki kesadaran Literasi Digital adalah sesuatu yang sangat krusial bagi mahasiswa, khususnya yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Seiring berjalannya waktu, kuantitas sebuah informasi semakin bertambah, hal tersebut menyebabkan beragamnya pendapat dan pengetahuan yang tumpang tindih antara satu sama lainnya. Kesadaran berliterasi akan mencegah para mahasiswa untuk mengambil sebuah referensi atau pendapat dari sumber yang kurang bisa dipercaya.
Dari paparan informasi di atas, bisa kita simpulkan bahwa kesadaran Literasi digital di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam berperan penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Selain kemampuan teknis, literasi digital mencakup keterampilan menganalisis dan menyaring informasi secara bijak, sejalan dengan kebiasaan para tokoh Islam seperti Ibnu Sina dan AlGhazali yang berhasil membentuk pemikiran kritis melalui pembelajaran mendalam.
ADVERTISEMENT
Dengan akses luas ke informasi global, literasi digital memungkinkan mahasiswa untuk memahami isu-isu kompleks, mengasah kreativitas, dan menciptakan solusi. Ini menjadikannya instrumen kunci dalam menghadapi tantangan modern di era digital.
Daftar Pustaka
Chairul Rizal, S. Kom., M.M.S.I (2022), Literasi Digital, Padang : PT. Global Eksekutif Teknologi.
Naufal, Attallah (2023), Literasi Digital. Jurnal Perspektif, 200
Zubaidah, Siti (2017) Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains, Hal 1. Dikutip dari : https://www.researchgate.net/profile/Siti-Zubaidah7/publication/318040409_Berpikir_Kritis_Kemampuan_Berpikir_Tingkat_Tinggi _yang_Dapat_Dikembangkan_melalui_Pembelajaran_Sains/links/59564c650f7e9 b591cda994b/Berpikir-Kritis-Kemampuan-Berpikir-Tingkat-Tinggi-yang-DapatDikembangkan-melalui-Pembelajaran-Sains.pdf