Konten dari Pengguna

Apresiasi dan Kritik Sistem Franchise MPL ID

Eri Muriyan
Eri Muriyan. Kadang mengamati video game dan esport. Seringnya memberi makan kelinci pagi dan malam.
21 Juni 2022 20:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eri Muriyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apresiasi dan Kritik Sistem Franchise MPL ID
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mari kita mulai dari penjelasan Diretur Marketing MPL Indonesia di MPL ID season 4 di tahun 2019. Setelah sistem MPL dari promosi ke franchise league.
ADVERTISEMENT
"Kami merasa para tim tidak punya struktur liga yang jelas. Para tim sebetulnya bisa berkembang lebih besar lagi, namun ruang gerak mereka terbatas karena struktur liga terbuka yang diusung ketika itu. Jadi kami tersadar, bahwa kami ingin mendorong liga kami (MPL) lebih jauh lagi, dan yang harus kami lakukan adalah membuat struktur esports MLBB jadi lebih rapih", buka Dylan Chia yanag saya kutip dari laman Hybrid.
"Kami sadar bahwa Indonesia memang cukup baru dengan hal ini. Franchise model sebenarnya membuat liga menjadi milik bersama. Ketika ingin membuat MPL jadi lebih besar lagi, kami tahu bahwa kami tidak bisa melakukannya sendirian. Maka dari itu kami berpikir untuk mengundang organisasi esports di Indonesia untuk turut berinvestasi, dan berkembang bersama lewat gelaran MPL Indonesia" ungkapnya waktu itu.
ADVERTISEMENT
Saya akan mengutip perkataan Dylan Chia lagi. Kali ini dari laman One Esport. Ini semata agar pijakan mengapa ada sistem franchise league MPL ID bisa dimengerti.
"Transisi MPL-ID Musim 4 ke model liga waralaba akan mengatasi banyak masalah yang dihadapi peserta di musim sebelumnya. Misalnya, ketidakpastian regulasi menyebabkan kurangnya standarisasi kontrak antara tim dan pemain", ujar Dylan Chia dalam media rilisnya.
"Dengan status tim yang kini permanen, memungkinkan penerapan standar yang melindungi semua pihak yang terlibat. Ini akan memudahkan kita untuk menciptakan fondasi yang kokoh dengan tujuan jangka panjang demi keberlanjutan esports Indonesia", pungkasnya.
Sistem yang rapi, terorganisir, profesional, kuat, besar, juga berkelanjutan adalah alasan untuk jangka pendek sekaligus jangka panjang. Liga yang tadinya acak-acakan sebab terdiri dari banyak elemen dengan kondisi tim yang berbeda-beda menjadi rapi dan terorganisir. Tim-tim yang tadinya samar-samar terkait bentuk dan kelembagaannya menjadi jelas dan profesional sebagai instansi kerja yang sungguh-sungguh.
ADVERTISEMENT
Milik bersama dengan modal yang kuat dari delapan tim dengan masing-masing 15 miliar rupiah amat besar untuk berkembang. Melakukan banyak hal, bermanuver, berinovasi, sekaligus merencanakan proyek-proyek panjang yang menjanjikan dan utamanya berjalan terus membesar.
Sistem franchise league sekaligus mengeliminasi kemungkinan-kemungkinan buruk dari kebalikan di atas. Kejadian dan kasus-kasus buruk tim lokal non profesional atau komunitas Mobile Legends daerah yang pernah terjadi, berhasil diantisipasi sistem franchise MPL.
Jadilah MPL ID saat ini harus diakui sukses besar dalam berkembangnya esport secara umum di Indonesia. Kehadirannya bahkan berdampak pada genre game kompetitif esport lain. MPL dan Mobile Legends bukan sekadar game dan kompetisi, ia sudah menjadi budaya populer, gaya hidup, setali entertaiment. Magnet bisnis menggiurkan yang menghidupi juga menggerak banyak orang.
ADVERTISEMENT
Sampai di titik ini jasa MPL ID bagi esport Indonesia harus diakui sangat besar. Apresiasi harus diberikan, penghargaan sebesar-besarnya layak diterima.
Namun di balik itu tetap ada sisi lemah yang perlu disorot. Kritik saya tertuju pada segi kompetitif yang tidak berkembang meluas. Ini kritik dasar sistem franchise league. Dimana hanya delapan tim sampai saat ini di MPL yang berkompetisi tanpa ada yang tersingkir dan tanpa ada tim kompetitor baru.
Kompetisi menjadi terlokalisir di MPL, level kompetitif tidak menyebar di luar MPL. Dari sini saya coba perinci kenyataan yang terjadi.
Kenyataan pertama menjadi penting sebab di tingkat kejuaraan M2 dan M3 Indonesia kalah cukup jauh. Semua tim MPL ID memang akhirnya berkembang dan cukup merata secara permainan. Bisa dilihat sejak dominasi tunggal satu tim yaitu ONIC di MPL ID season 3 runtuh. Namun level permainan itu hanya berkutat di tim MPL saja. Perkembangnnya menjadi lambat, tidak muncul dari bawah, cenderung tidak kreatif, dan cenderung tidak ada kejutan semisal kuda hitam sebagaimana muncul bila ada tim promosi.
ADVERTISEMENT
MDL, liga setingkat di bawah MPL ID nyatanya hanya menjadi bahan berkembangnya pemain, namun bukan tim secara keseluruhan. Mengingat yang menjadi perserta kebanyakan adalah pemilik tim MPL juga. Pemain bagus dan menonjol di MDL naik ke MPL. DI MPL permainnya menyatu dengan tim MPL yang level kompetisinya cenderung terlokalisir tadi. Artinya segi menonjol tim di MDL semisal XCN dan Siren yang menjadi juara MDL season 1 sampai 3 seolah tidak berarti apa-apa. Sebab mereka tidak naik ke MPL, padahal secara level kompetisi bisa jadi layak.
MDL lagi-lagi tidak terbuka secara luas untuk tim lokal dan daerah. Kualifikasinya bisa dibilang sangat minim dan cenderung tertutup.
Keberadaan MPL dan MDL hanya menjadi tontonan bagi tim lokal dan daerah komunitas Mobile Legends Indonesia. Akhirnya tim lokal dan daerah non profesional tidak bisa berkembang pesat secara level bahkan levelnya cenderung jauh di bawah.
ADVERTISEMENT
Sampai di titik ini tidak berkembangnya tim lokal dan daerah berarti tidak kompetitifnya Mobile Legends di Indonesia secara menyeluruh. Yang berarti juga menjadikan tingkat kompetitif MDL dan MPL khususnya cenderung lambat berkembang. Inilah titik kritis kompetisi profesional kita.
Di sinilah regenerasi pemain berkualitas dari tingkat akar ruput akan sulit didapat. Apalagi tidak ada jenjang kopetisi tingkat sekolah, kampus, daerah, kota, dan proinsi.
Pintu gerbang agar perkembangan level kompetitif terbuka adalah memperluas partisipasi tim baru di MDL juga MPL. Slot MDL harus ditambah lebih banyak lagi. Slot MPL tambahan yang sudah diminati banyak tim besar harus dibuka.
Bila tidak, liga di bawah MDL secara resmi harus pertimbangkan untuk dibuat. Lalu regulasi promosi ke MDL harus dibuat dengan jelas dan terbuka. Mengingat kompetisi swadaya non profesional meski cukup banyak tapi tidak berkorelasi langsung dengan skena profesional MDL dan MPL.
ADVERTISEMENT
Saya membayangkan akan ada tim-tim semacam BTK, Burmese Ghoul, dan Falcon secara level permainan yang muncul dari bawah dan menggebrak level kompetitif Mobile Legends di Indoenesia. Maju terus esport Indonesia!