Konten dari Pengguna

Menyadari Keterpurukan Tim MLBB Indonesia Setelah M1

Eri Muriyan
Eri Muriyan. Kadang mengamati video game dan esport. Seringnya memberi makan kelinci pagi dan malam.
20 Juli 2022 23:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eri Muriyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menyadari Keterpurukan Tim MLBB Indonesia Setelah M1
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kepercayaan diri berlebih seringkali menegasikan kesadaran. Sehingga kesalahan-kesalahan diperbuat hingga kegagalan didapat alih-alih menggapai tujuan. Penggemar Mobile Legends di Indonesia agaknya memang terlampau percaya diri tim Indonesia bisa menjuarai M-Series M2, namun malang tak dapat ditolak, final pun tak sampai. Sama halnya M3, kalah telak.
ADVERTISEMENT
"Pesan buat negara lain yang bertanding, jangan terlalu banyak buang waktu buat latihan. Karena saya yakin tim perwakilan dari Indonesia bakal bawa pulang trofi kelas dunia yang kedua", sungguh kalimat yang mantap dan meyakinkan sekaligus bernada menyepelakan.
Itu adalah kata-kata yang keluar dari lisan Julian Murphy. LeoMurphy nama di dalam gamenya, memang tak ragu mengatakannya. Sebab didasari performa menakjubkan saat Alter Ego juara MPL Invitational tanpa kekalahan sebelum M2 digelar. Itu juga bisa dibaca sebagai bentuk kepuasan sebab ia dan tim berhasil membalaskan dendam kesumatnya kepada RRQ Hoshi sebab takluk pada final paling dramatis saat MPL ID Season 6.
"One hundred percent!" kata Butsss saat ditanya media sesuai menjuarai MPL ID Season 8.
ADVERTISEMENT
Tak kalah sesumbar ada Xinnn, pemain RRQ Hoshi yang bernada kesal mengungkapkan keinginnya membantai tim Blood Thirsty King (BTK) di M3 setelah diejek penonton saat dalam mode rank dikalahkan tim asal Amerika Utara itu.
"Gua (ingin mengalahkan) BTK karena orang-orang Indonesia pada dukung BTK bukan IndoPride. Jadi bakal gua bantai itu BTK lihat saja!”.
Sungguh kalimat ketus yang seolah menihilkan lawan. Mengingat Alter Ego kesulitan di final MPL ID S6, ONIC kesulitan di final MPL ID S8, dan RRQ yang belakang baru diketahui kesulitan saat scrim melawan BTK.
Dari Kekalahan Ke Kekalahan
Kemenangan nyatanya tak diraih Alter Ego di M2, ONIC di M3, serta RRQ di keduanya. Data ini harusnya menyadarkan kita semua bahwa performa tim Mobile Legends di Indonesia tidak baik-baik saja. Untuk menyebut tidak buruk, rasanya juga kurang pas di mata dunia. Sebab tim kita bahkan tidak memberikan kejutan berarti, kalah mengejutkan dari Burmese Ghoul (Myanmar) di M2 yang memberi perlawanan sengit dan BTK di M3 yang menembus tiga besar.
ADVERTISEMENT
Saya sebetulnya juga memiliki perasaan yang sama mungkin dengan sebagian besar penggemar Mobile Legends Indonesia, percaya diri atas gelar juara M2 dan M3. Namun buru-buru saya tepis, teringat SEA Games 2019. Tim nasional Indonesia kalah dari Tim nasional Philipina. Meski tipis, tetaplah kekalahan yang mengagetkan sebab sebelum itu Indonesia menang M1, dua finalis dari Indonesia.
"Kalah, kalah aja, nggak usah banyak alasan", kata Lemon. Kekalahan adalah kekalahan, sementara kemenangan adalah kemenangan.
Setelah Sea Games 2019, ada MSC 2021. Evos Legends dan Bigetron Alpha tak berkutik di hadapan dua tim asal Philipina yaitu Blacklist International dan Execration. Dua tim ini berjumpa di final setelah sebelumnya mereka juga berjumpa di final MPL PH S7. Execration berhasil membalaskan kekalahan sengit di final liga tertinggi Philipina itu dalam pertarungan yang tidak kalah sengit tujuh game. MPL PH memang lebih unggul dalam jumlah pertandingan sebab terbiasa Best of 5 dan 7 (BO5 dan BO7). Sementara MPL ID baru menerapkannya di season 8.
ADVERTISEMENT
MPLI 2021 menang mutlak milik ONIC Indonesia. Namun kejuaran dunia yang lebih bergengsi yaitu M3 seperti kita tahu, hilang lagi dari tangan Indonesia. Onic ID terjungkal di awal babak. Blacklist International mengamuk di final mengalahkan ONIC Philipina 4-0. RRQ Hoshi tidak bisa memberi perlawanan, dua pertandingan sebelumnya melawan dua finalis Philipina itu semua dengan skor 0-3.
MSC 2022 jadi milik RSG Filipina. Mengalahkan Omega di final. Sebuah laga yang semakin menegaskan betapa berkuasanya tim Filipina di skena kompetitif Mobile Legends.
Terbaru, skor 4-0 diterima tim bertabur pemain bintang, tim nasional Indonesia. Lagi-lagi dari tim nasional Filipina.
Terlalu tragis untuk diakui. Terlalu pahit untuk dirasakan. Namun itu adalah kenyataan. Indonesia sedang terpuruk di tingkat dunia Mobile Legends.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan diri berlebih yang melahirkan jumawa tidak boleh terulang di M4 nantinya. Cukup M2 dan M3 menjadi sepahit-pahit perjalanan, menjadi sebaik-baik pelajaran.
Kita bisa berandai-andai menang. Misalnya tidak begini tapi begitu. Namun pengandaian tidak mengubah apa-apa. Kesadaran akan keterpurukan juga tidak mengubah yang sudah terjadi. Namun kesadaran bisa mempertajam perspektif. Cara pandang kita sebagai sebuah komunitas besar Mobile Legends di Indonesia akan semakin luas. []