Konten dari Pengguna

Catatan Pendidikan di Masa Pandemi : Inovasi dan Optimisme Sekolah Muhammadiyah

Eri Nugroho
Purwokerto-based educator and educational journalist. Elementary teacher at Sekolah Dasar UMP.
11 Mei 2022 17:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 4 Mei 2024 13:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eri Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi / Eri Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi / Eri Nugroho
ADVERTISEMENT
Adanya wabah pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia sejak maret 2020, telah mengubah perilaku manusia. Hampir segala aspek kehidupan manusia mengalami transformasi dan ketidakpastian yang kompleks. Sejak awal pandemi, anjuran mengenai penggunaan masker,cuci tangan menggunakan sabun, dan jaga jarak fisik marak dibicarakan.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang terjadi, tidak hanya berkaitan dengan perilaku manusia tentang kesehatan. Namun, perubahan juga ada di berbagai aspek kehidupan lain, mulai dari pekerjaan, cara bersosialisasi antar manusia, tata cara beribadah hingga perubahan di bidang pendidikan, antara lain proses pembelajaran di sekolah.
Proses pembelajaran di sekolah pada saat pandemi berubah, antara lain perubahan sistem pembelajaran serta interaksi guru dan siswa yakni, dari pembelajaran tatap muka, beralih ke pembelajaran jarak jauh. Selain itu, asesmen atau penilaian pada saat pandemi ini juga berubah, dari asesmen berbasis tertulis beralih menjadi asesmen digital.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, karena perubahan ini perlu dipersiapkan dan dimatangkan. Termasuk, organisasi kemasyarakatan yang memiliki cukup banyak lembaga pendidikan yakni, Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah memiliki Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang cukup banyak di bidang pendidikan, tercatat sebanyak 27.203 satuan pendidikan, terdiri atas pendidikan prasekolah, SD, MI, SMP, MTs, SMA/K, MA, SLB, Pondok Pesantren, dan perguruan tinggi di penjuru seluruh Indonesia. Maka tidak salah bahwa, Muhammadiyah memiliki peran penting dalam tatanan pendidikan di indonesia.

Inovasi adalah Keniscayaan

Sebagai organisasi pendidikan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki tanggung jawab besar untuk tetap menjadi pionir dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, meskipun di tengah tantangan yang kompleks. Dalam masa sulit seperti ini, Muhammadiyah perlu mengambil langkah-langkah inovatif untuk memastikan kelangsungan pendidikan yang efektif.
Sekolah Muhammadiyah, sebagai sekolah swasta harus tetap bertahan (survive) melalui berbagai macam terobosan dan alternatif yang ada, bahkan di masa masa seperti sekarang. Maka dari itu, untuk bertahan pada masa masa sulit ini, sekolah muhammadiyah membutuhkan kader dan guru yang inovatif, untuk memberikan solusi atas masalah yang ditimbulkan akibat bergesernya kebiasaan dibidang pendidikan. Maka, diharapkan dengan adanya kompetensi inovasi yang dimiliki oleh guru dan kadernya, masalah dan dinamika pendidikan saat pandemi bisa terselesaikan dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Bagi sekolah muhammadiyah, inovasi merupakan keniscayaan.
Perlu menjadi catatan penting bahwa, setiap inovasi tersebut berdasarkan riset, kerja-kerja ilmiah, sehingga solusi yang dihasilkan mampu untuk mengatasi masalah dengan tepat, dapat menyangga pendidikan, dan tetap mengusahakan pendidikan pada tujuan asalnya.

Spirit Optimisme dan Kemauan Rela Berkorban

Muhammadiyah telah terbukti bertransformasi, mempertahankan eksistensinya dalam mengentaskan persoalan dan dinamika bangsa, dalam bidang pendidikan tentu Muhammadiyah turut membantu berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan kebodohan dan ketertinggalan, melalui sekolah-sekolahnya.
Salah satu kunci, berhasilnya Muhammadiyah bertransformasi adalah sikap optimis. Sikap optimis ini harus membudaya luhur di dalam persyarikatan Muhammadiyah. Hikmah dan teladan baik yang diperlihatkan oleh para pendahulu tentu menjadi pematik spirit optimisme didalam persyarikatan.
Salah satu hikmah dan teladan baik, adalah pelajaran KH. Ahmad Dahlan ketika mendirikan sekolah pertama kali. Pada saat mendirikan sekolah pertama kali, pada Desember 1911 keadaan ekonomi KH. Ahmad Dahlan sangat pas-pasan, bahkan kekurangan. Walaupun kekurangan beliau pernah melelang perabotan rumah hanya untuk biaya operasional sekolah. KH. Ahmad Dahlan begitu optimis dalam membangun sekolah karena pendidikan dalam makna luas merupakan kunci dalam kemajuan dan kegemilangan masyarakat, kaum dan negara.
ADVERTISEMENT
Optimisme KH. Ahmad Dahlan berhasil membawa Muhammadiyah dan amal usahanya (termasuk sekolah) melewati lima lintasan zaman, dari era penjajahan belanda, jepang, orde lama, orde baru dan masa reformasi sekarang ini.
Maka nilai optimis dan rela berkorban ini seharusnya juga menjadi ruh/mentalitas yang harus dimiliki oleh kader dan guru Muhammadiyah ketika berjuang dalam melewati masa-masa sulit.

Harapan untuk Sekolah Muhammadiyah

Merujuk pada latar belakang masalah pandemi COVID-19, maka ada beberapa cara dan nilai luhur agar Sekolah Muhammadiyah tetap bertahan (survive) di masa-masa sulit. Pertama yaitu Inovasi, Sekolah Muhammadiyah harus dapat terus berinovasi dan bertransformasi. Inovasi untuk terus melahirkan kebaruan, solusi ataupun alternatif terhadap masalah yang ada. Kemampuan dan kemauan untuk terus berinovasi menjadikan Sekolah Muhammadiyah tangguh dalam menghadapi goncangan sosial-ekonomi-politik-kesehatan secara luas.
ADVERTISEMENT
Kedua, yaitu Merawat spirit optimisme dan rela berkorban didalam internal sekolah Muhammadiyah. Jika dibuka rentetan historis, Muhammadiyah dapat tegak melewati dinamika dan persoalan zaman bukan karena sikap egoisme pribadi (mencari keuntungan dan kepentingan) tapi karena sikap optimis dan rela berkorban yang dimiliki oleh kader-kadernya.
Catatan diatas menjadi penting untuk direnungi, untuk kader Muhammadiyah. Maka, diharapkan 2 (dua) nilai penting tersebut dapat secara konsisten dan mengakar diterapkan pada Sekolah Muhammadiyah. Agar Muhammadiyah tidak hanya dapat bertahan, namun juga menggerakan ke arah kemajuan (progress)
Sebagai penutup, patut kiranya kita sebagai tenaga pendidik di Muhammadiyah untuk merenungkan pesan ketua umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir beberapa waktu yang lalu, yaitu:
ADVERTISEMENT
Terbit : 11 Mei 2022 (Diperbaharui 4 April 2024)