Konten dari Pengguna

Kepergian Guru Kampung

Dr. Erianto N, SH. MH.
Atase Hukum KBRI RIYADH
13 Oktober 2022 9:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Erianto N, SH. MH. tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kematian merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditunda dan direncanakan oleh siapa pun, apa pun suku, agama, kebangsaan, umur, pangkat dan jabatan. Sudah jamak terjadi hiruk pikuk kematian orang ternama karena memiliki kelebihan materi, jabatan tinggi yang sering muncul di publik termasuk kalangan selebriti, politisi, pengusaha, akademisi serta lainnya namun berbeda dengan sang guru kampung yang kepergiannya senyap jauh dari publikasi apalagi selebrasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu kabar berpulangnya salah satu guru kampung yang telah mengajar dan membimbing penulis sejak sekolah dasar membaca Al-Qur’an serta dasar-dasar ibadah di Canduang yang berada pada lereng Gunung Marapi Bukittinggi begitu menghentak apalagi lokasi dibatasi jarak antar pulau yang sangat sulit bisa menyelenggarakan jenazah almarhum sebagai bakti terakhir kepada sang guru sehingga hanya doa tulus yang bisa mengiringi. Kondisi dilematis yang mungkin sering dialami murid mendengar kematian sang gurunya.
Pada tahun sebelum sembilan puluhan, guru kampung di Minangkabau dan mungkin daerah lain merupakan profesi mulia yang didorong panggilan hati dan berharap keridhoan ilahi. Dalam mendidik baca Al-Qur’an sang guru dengan sabar menghadapi satu persatu murid yang datang malam hari untuk belajar bahkan tidak sedikit yang bermalam di rumah sang guru sampai bertahun tahun tanpa ada hitung-hitungan material yang pasti sebagai balasan bahkan hanya sekadar penerima zakat fitrah akhir ramadhan sebaliknya orang tua sang murid menyerahkan sebuah rotan sebagai bukti penyerahan untuk mendidik anaknya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain sang guru berprofesi sebagai penceramah pada malam hari berjalan kaki hitungan kilometer mendaki bukit menuruni lurah mengunjungi jemaah di surau-surau kecil dengan jemaah rata rata sekitar sepuluh sampai lima belas orang sekali seminggu atau dua minggu menyampaikan nilai nilai agama mendasar dan kembali ke rumah di tengah gelapnya malam yang berlangsung terus sepanjang umurnya. Meskipun umur sudah lanjut semangat sang guru tidak pudar bahkan ada sang guru yang kena asma namun rutin tiap subuh menyampaikan pengajian berupa tafsir Qur’an menyampaikan “saya kalau sudah ngaji napas jadi enak dan bila tidak mengaji napas saya sesak”, subhanallah.
Kondisi yang sama juga dilakoni oleh sang guru kampung “guru malam” yang mengajarkan anak anak pesantren pada malam hari di rumahnya dalam rangka belajar kitab berbahasa arab dikenal kitab kuning atau kitab gundul dalam rangka “mengulang kaji” agar anak anak bisa lebih cepat memahami pelajaran di pesantren formal siang hari meskipun dengan kondisi terbalik di mana di pesantren berbayar sementara malam nyaris tanpa bayar.
ADVERTISEMENT
Fenomena perjalanan dakwah sang guru kampung jaman lalu mungkin sudah banyak perubahan di zaman sekarang karena anak anak belajar rata rata sudah ada Taman Pendidikan Al-Qur’an, Rumah Qur’an dan lainnya yang belajar siang dengan penganggaran yang jelas untuk setiap kehadiran meski nilainya masih kurang memadai. Begitu juga guru yang berceramah dari mesjid ke mesjid, surau ke surau dipermudah dengan sarana kendaraan bermotor bahkan pakai mobil sehingga jarak dan keamanan tidak jadi kendala termasuk ceramah secara virtual dengan amplop yang lumayan dari jamaah. Sudah sangat jarang terdengar kegiatan belajar alqur’an maupun ceramah dilakukan secara cuma cuma bahkan ada nada miring penceramah milih milih lokasi sesuai nilai amplopnya, bila kurang maka berikutnya tidak datang lagi padahal agama mengajarkan “sampaikanlah dariku walau satu ayat, manusia terbaik yang bermanfaat untuk orang lain” namun tidak jarang ayat tinggal diayat diatas mimbar.
ADVERTISEMENT
Kepergian seorang guru kampung meskipun sering terlewatkan begitu saja namun dari sisi Agama Islam khususnya, kebaikan amal berupa ilmu yang diajarkan akan terus dicatat dan pahalanya mengalir sampai kapanpun meski sudah meninggal sebagaimana beberapa hadis nabi termasuk diriwayatkan imam bukhari “Jika seseorang meninggal dunia, maka (pahala) amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at, atau anak shaleh yang mau mendo’akannya”. Pemahaman ilmu yang bermanfaat ini oleh banyak ahli hadis menyebut tidak mengenal batas hanya langsung kepada murid sepanjang apa yang diajarkan namun juga akan menjadi efek domino pahalanya kebaikannya bila ilmu tersebut diajarkan kembali kepada orang lain dan seterusnya. Ilmu yang bermanfa’at bisa berupa usaha menunjukkan seseorang ke jalan yang baik seperti beribadah, menuntut ilmu, menciantai Al-Qur’an, mencintai Rasul, dan sebagainya sebagaimana hadis riwayat Imam Muslim “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun” serta hadis lain yang diriwayatkan imam muslim “Siapapun yang memberi petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengerjakannya”.
ADVERTISEMENT
Balasan sang guru kampung zaman dulu mungkin secara materi tidak ada seberapanya dibanding dengan penceramah atau para guru sekarang namun kemulian, keridhoan dari yang maha kuasa yang mereka yakinilah membuat mereka istiqamah, semangat dalam mengajarkan kebaikan. Semoga kepergian para guru kampung dan keikhlasan dan pengorbanannya seperti zaman dulu menjadi renungan, koreksi untuk kita semua terutama siapun yang menjalani profesi mengajarkan kebaikan sebagai penceramah, guru ngaji, ustaz maupun profesi lain yang terlibat dalam amar ma’ruf nahi mungkar memberikan pencerdasan pada ummat dan lingkungan. Menjaga keikhlasan dan konsistensi dalam beramal karena hidup tidak akan lama tanpa pandang bulu dan bila Allah berkehendak maka tidak ada yang bisa menghindarinya dan semua materi yang didapat akan ditinggal. Selamat jalan sang guru semoga tempatmu yang terbaik di sisi Allah.. amiin.
ADVERTISEMENT