Konten dari Pengguna

Euforia Olahraga: Mengapa Tubuh yang Aktif Membawa Kebahagiaan

Eriel Triandra Jordan
Mahasiswa S1 Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Angkatan 2024
27 November 2024 13:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eriel Triandra Jordan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Running activity. Photo : https://pixabay.com/photos/man-runner-running-sport-fitness-8293794/
zoom-in-whitePerbesar
Running activity. Photo : https://pixabay.com/photos/man-runner-running-sport-fitness-8293794/
ADVERTISEMENT
Euforia olahraga atau Runner’s High, adalah perasaan bahagia dan juga pengurangan kecemasan. Fenomena ini bisa terjadi karena adanya pelepasan endorfin, yaitu opioid alami yang ada dalam tubuh yang berperan untuk mengurangi rasa sakit dans perasaan senang meningkat. Misalnya jika sedang merasa terpuruk banyak orang yang mengatasinya dengan berolahraga seperti lari, bermain bola, ataupun yang lain. Sering kali juga orang banyak yang awalnya hanya untuk mengurangi rasa stres tetapi malah menjadi gemar melakukan olahraga olahraga tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa atau pekerja kantoran sering kali kita merasa stres akan keadaan di lingkungan kampus atau kantor, Olahraga seperti lari merupakan jawaban yang tepat untuk menghilangkan stres. Lari 30 menit cukup untuk melepaskan endorfin dan juga meningkatkan dopamin dalam tubuh. Banyak juga olahraga tipe ketahanan selain berlari yang menjadi rekomendasi oleh para ahli, seperti Skipping yang memiliki manfaat untuk memori jangka pendek manusia. Penelitian menyebutkan bahwa skipping menyebabkan adanya peningkatan kadar neutroppin yang tugasnya memperbaiki fungsi kognitif.
Endorfin & Dopamin
Endorfin, adalah suatu senyawa kimia yang terproduksi di kelenjar pituitari yang berada dalam otak, Endorfin memiliki manfaat sebagai pereda rasa nyeri ketika keadaan tubuh sedang tidak baik seperti stres atau tidak tenang, hormon ini juga meningkatkan rasa Senang. Proses dari pelepasan hormon ini ialah ketika otak memberikan perintah untuk melepas, maka akan terjadi pengikatan reseptor ipioid oleh endorfin dan protein terhambat yang mana protein sebagai sinyal rasa nyeri
ADVERTISEMENT
Dopamin, Adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh dan berguna sebagai pengirim pesan antar sel saraf, juga hormon Dopamin disebut sebagai pengantar pesan kimia. Dopamin diproduksi melewati dua tahapan. Pertama, terjadinya perubahan dari asam amino tirasin menjadi zat bernama dopa. Selain pemicu rasa senang, Dopamin memiliki fungsi lain seperti membantu aliran darah, meningkatkan kualitas tidur, mengendalikan perasaan mual dll
Apa selain bahagia?
Olahraga seperti lari, berenang, basket ataupun yang lain tentu membuat peningkatan rasa senang, akan tetapi menurut penelitian olahraga juga dapat meningkatkan Fungsi kognitif, Menjadikan kualitas tidur meningkat dll.
Fungsi kognitif dapat meningkat seiring dengan rutinnya aktivitas olahraga. Olahraga secara rutin dapat meningkatkan aliran darah ke dalam otak yang memicu pelepasan faktor neurotropik yang berasal dari dalam otak (BDNF). Proses inilah yang dapat membantu memperbaiki koneksi antar sel saraf.
ADVERTISEMENT
Kualitas tidur, kualitas tidur juga dapat membaik jika kita melakukan olahraga secara rutin. Proses ini berawal dari olahraga secara rutin yang berefek pada terjaganya ritme sirkadian (Jam Biologis Tubuh), tentu ini penting untuk seorang mahasiswa atau pekerja kantoran. Kontrol akan emosi juga merupakan efek samping dari terjaganya jam tidur
Cara mendapatkan Runner’s High?
Runner’s High atau Euforia Olahraga, adalah kegembiraan sementara setelah berolahraga. Beberapa orang menyatakan bahwa mereka merasakan perasaan lebih tenang dan tidak merasakan rasa sakit hal ini yang membuat orang orang ketagihan untuk berolahraga. Banyak orang yang awalnya menjadikan olahraga sebagai “obat” dari rasa stres mereka, malahan menjadi hobi yang terus dilakukan.
Akan tetapi tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa ada cara tertentu dalam mendapatkan Runner’s High namun, beberapa cara dapat dilakukan untuk memicu Runner’s High, seperti berolahraga dengan intensitas sedang dan durasi yang sedang , berolahraga di pagi hari, berlari dengan jarak minimal 3 km dan juga berolahraga sambil mendengarkan musik. Cara-cara inilah yang membuat seseorang bisa mendapatkan Runner’s High dan menjadikan olahraga salah satu rutinitas mereka.
ADVERTISEMENT
Kondisi Tubuh Kok Ngaruh?
Tentu usia, jenis kelamin, dan kondisi tubuh seseorang menentukan seberapa efektivitas dalam berolahraga terutama untuk mencapai Runner’s High. Pada usia muda atau remaja dan dewasa awal manusia cenderung melepaskan endorfin dan mengalami peningkatan dopamin lebih baik daripada usia lanjut. Namun, bukan berarti usia lanjut tidak mendapatkan apa apa dari berolahraga, seperti olahraga dengan intensitas ringan atau sedang seperti berjalan atau yoga yang membantu usia lanjut untuk lebih sehat
Jenis kelamin juga berpengaruh dalam mengoptimalkan olahraga itu sendiri. Pria, yang memiliki massa otot lebih banyak, dan juga tingkatan testoteron yang lebih tinggi cocok untuk intensitas yang lebih berat daripada perempuan. Perempuan, memiliki hormon bernama estrogen yang lebih seimbang lebih cocok untuk berolahraga seperti lari jarak jauh atau yoga
ADVERTISEMENT
Olahraga jika dilakukan secara rutin akan berdampak positif pada badan, pikiran, dan juga mental, terutama jika mengalami Runner’s High yang berefek meminimalisir rasa sakit dan juga meningkatkan perasaan bahagia. Hal ini dipicu oleh terlepasnya hormon endorfin dan meningkatnya hormon dopamin. Tidak hanya efek sekarang tetapi olahraga secara rutin memberikan manfaat jangka panjang seperti kognitif. Usia, kelamin, dan kondisi tubuh juga mempengaruhi efektivitas olahraga dalam memicu Runner’s High ini seperti pria dan wanita ataupun usia dewasa dan lansia. Dengan ini terbukti bahwa olahraga menjadi salah satu kompenen terpenting untuk kesehatan hidup
Referensi :
Qolby, Q. N., Muniroh, M., & Maharani, N. (2018). Pengaruh latihan skipping rutin terhadap memori jangka pendek dewasa muda. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(1), 309–321.
ADVERTISEMENT
Alfarisi, R., Sandayanti, V., & Feryaldi, A. Y. (2019). Hubungan aktivitas olahraga dengan toleransi stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung. Jurnal Dunia Kesmas, 8(2), 80–85
Poluakan, R. J., Manampiring, A. E., & Fatimawali. (2020). Hubungan antara aktivitas olahraga dengan ritme sirkadian dan stres. Jurnal Biomedik (JBM), 12(2), 102–109.
Rustiana, E. R. (2011). Efek psikologis dari pendidikan jasmani ditinjau dari teori neurosains dan teori kognitif sosial. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 1(2), 102–105
Rifki, N. A., Anugrah, P. R., Wibowo, B. M., Irwansyah, M. A. B., Pradana, M. B., Hudaya, R., & Armiaty, Y. O. (2024). Peran olahraga lari untuk meningkatkan kesehatan fisik dan kualitas hidup terhadap mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Semarang. Jurnal Angka, 1(2), 415–426
ADVERTISEMENT