Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Brexit dan Kebangkitan Eugenika
12 Februari 2020 17:01 WIB
Tulisan dari Monserat 21 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah debat emosional di mana beberapa pembicara meneteskan air mata, anggota parlemen Uni Eropa memberikan suara 621 berbanding 49 menentang perjanjian Brexit yang disegel antara Inggris dan 27 negara anggota lainnya Oktober lalu, lebih dari tiga tahun sejak warga Inggris memilih. Menurut Reuters, 30 Januari 2020, 13 anggota parlemen abstain dan majelis kemudian menyanyikan lagu Auld Lang Syne, lagu perpisahan tradisional Skotlandia. 73 anggota parlemen Uni Eropa dari Inggris mengadakan pesta "Au Revoir" di gedung parlemen UE setelah pemungutan suara.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada hari Rabu, duta besar Inggris untuk Uni Eropa menyerahkan dokumen formalisasi Brexit kepada pejabat senior Uni Eropa. Dengan latar belakang bendera Inggris dan Uni Eropa di markas besar blok Brussel, Tim Barrow, tersenyum melewati arsip kulit biru tua yang disegel dengan lambang Inggris. Inggris seperti diketahui menuju pintu keluar Uni Eropa, yang prosesnya dimulai Juni 2016 silam dengan referendum. Meski demikian, akan ada proses transisi sampai akhir tahun, atau tepatnya 31 Desember 2020 inggris akan resmi keluar dari keangotaan uni eropa.
Tentunya hal ini menjadi ke khawatir tersendiri sejatinya persoalan sebenarnya baru saja dimulai. Bayangkan saja, Inggris harus memutus hubungan ekonomi, politik, dan hukum yang mereka sudah jalankan bersama dengan Uni Eropa sejak tahun 1973.
ADVERTISEMENT
Salah satu pertanyaan besarnya adalah apa dampak dari Brexit terhadap Premier League?
Tentunya Brexit akan mempengaruhi iklim industri yang sudah terbangun selama ini; misal dari segi hak siar Tahun ini, Sky Sports dan BT Sports harus merogoh kocek £4.464 miliar (sekitar Rp 85. triliun) untuk mendapat hak siar eksklusif lima pertandingan per pekan selama dari musim 2019- 2020 hingga musim 2012-2022. Angka yang cukup fantastis untuk sekadar hiburan yang disaksikan di akhir pekan. Namun mungkin dari segi hak siar tidak akan terlau berpengaruh secara signifikan, seperti yang kita ketahui bersama pangsa pasar utama primer league adalah negara negara yang berada di kawasan Eropa. Yang sangat khawatir dengan keluarnya Inggris dari keangotaan Uni Eropa adalah pemain asing, sudah sejak lama inggris adalah surga bagi para pemain pemain dari berbagai belahan dunia; tentunya kedepanya akan banyak aturan aturan baru yang membatasi gerak gerik pemain asing yang harus bermain di tanah Britania misal dari segi work premit, legalitas selain itu dengan keluarnya inggris dari keangotaan Uni Eropa akan membuat club club baik di primer league divisi divisi dibawahnya akan merubah kebijakan transfer, mungkin akan muncul masalah masalah baru dikemudian hari.
ADVERTISEMENT
Premier League sebagai liga nomor satu di dunia dalam satu dekade terakhir menjadi surga pemain asing, dengan keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa tentunya merubah paradigma transfer bagi setiap club Premier League.
Sebelum inggris keluar dari uni eropa, FA selaku asosiasi sepakbola tertinggi di Inggris membatasi jumlah pemain asing sebanyak 17 pemaain setiap club. Pasca adanya Brexit FA berencana mengurangi jumlah pemain asing di setiap club hanya menjadi 13 saja di setiap club. FA mengangap dengan keluarnya Inggris dari uni eropa menjadi peluang bagi para pemain muda asli tanah Britania ataun Eugenika untuk unjuk gigi, namun hal ini banyak menimbulkan pertentangan karenadiangap akan menurunkan kualitas dari Primer league. Tentunya dengan keluarnya inggris dari uni eropa hanya akan ada pemain Britania dan non Britania dan tentunya kedepannya akan banyak pemain pemain yang non Britania yang terpaksa hengkang dari Premier League. Selain masalah pembatasan pemain asing yang menjadi masalah lain dengan keluarnya inggris dari kenaggotaan Uni Eropa adalah pembatasan Perekrutan pemain muda. Berdasarkan Pasal 19 peraturan FIFA, tentang Status dan Transfer Pemain, bahwa transfer internasional pemain di bawah usia 18 tahun dilarang. FIFA berangapan bahwa dengan adanya aturan tersebut agar tidak terjadi ekploitasi terhadap anak anak dibawah umur. Namun, aturan tersebut tidak berlaku untuk para pemain berusia antara 16-18 tahun yang ditransfer dalam Wilayah Ekonomi Uni Eropa atau Eropa (EEA). kini dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa maka aturan aturan pembatasan transfer pemain dibawah umur 18 akan berlaku pasca Inggris benar benar keluar pada tanggal 31/12/2020. Mulai 2021 inggris harus melupakan mimpi mendatangkan pemain pemain muda dibawah usia 18 dari negara negara Uni Eropa. Mungkin kedepannya tidak akan ada nama nama seperti Cesc Fabregas dan Paul Pogba yang datang ke Liga Primer Inggris saat usianya masih di antara 16-18 tahun.
ADVERTISEMENT
Ada ketakutan adapula harapan, memang tidak ada bukti secara empirik bahwa dominasi club ditentukan dari banyaknya pemain asing; namun dengan keluarnya inggris dari keanggotaan uni eropa memberi penggharapan baru bagi sebagian besar pemain asli tanah britania untuk berjaya di tanah sendiri. Berkaca dari masa lalu, pada tahun 1999 misal ketika Manchester United merajai Eropa dengan menjuarai liga Champion; kala itu mayoritas skuad setan merah didominasi oleh class 92 yang sebagian besar berasal dari tanah britania sebutlah David Beckham, Paul Scholes, Gerry Nevil dkk adalah pemain pemain asli berdarah Inggris.
Maka meskipun sudah keluar dari Uni Eropa, baik Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara tetap termasuk sebagai bagian dari UEFA, karena rezim dan otoritas UEFA masih mengategorikan Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara sebagai anggota UEFA. Hal ini bisa saja berubah apabila UEFA memiliki keputusan tertentu terkait keanggotan mereka seperti Ukraina dan Turki yang bukan anggota Uni Eropa tetapi merupakan anggota dari UEFA.
ADVERTISEMENT
Karena meskipun Britania Raya keluar dari Uni Eropa, negara mereka masih tetap ada di tempat yang sama di benua Eropa yang kita kenal seperti saat ini.