Harapan dan Mimpi dari Bergamo

Erik Fajar Susandi
Memiliki Hobi dan ketertarikan terhadap sepakbola dalam dan luar negri.
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2020 7:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erik Fajar Susandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Selebrasi para pemain Atalanta pada babak 16 Besar  UCL  Foto : Bergamo News
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi para pemain Atalanta pada babak 16 Besar UCL Foto : Bergamo News
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Kami memberi tahu bahwa sore ini Edoardo akan absen dari kelas demi alasan historis budaya, Dia (Edoardo) akan turut berperan dalam lembar buku sejarah Kota Bergamo dengan ayahnya. Forza Atalanta!" tulis Wali Kota Bergamo Giorgi Gori dalam akun Twitter Pribadinya.
ADVERTISEMENT
Itulah isi dari secarik surat dari fans Atalanta yang meminta izin untuk menyaksikan secara langsung pertandingan babak 16 besar Champions League yang upload oleh wali kota Bergamo dan kemudian menjadi viral ke seluruh dunia. Sekadar informasi saja Atalanta harus menjamu valencia di Stadion San Siro Milan dikarenakan markas mereka Stadion Atleti Azzuri D’itallia tidak memenuhi persyaratan UEFA.
Isi Surat Fans Atalanta Foto : Twitter @giorgio_gori
Setelahnya seperti yang kita ketahui Bergamo benar-benar menjadi buah bibir di seluruh Eropa bahkan dunia. Selain karena skor pertandingan yang cukup mencolok juga karena pertandingan ini menjadi salah satu klaster penyebaran COVID-19 di Italia. pertandingan leg 1 babak 16 besar Chamions League diduga menjadi bom biologis dalam penybaran Virus Covid-19, seminggu pasca pertandingan tersebut jumlah infeksi di Bergamo mencapai 74.386 kasus. Namun meski begitu, setidaknya keberhasilan Atalanta menembus perempat final menjadi catatan sejarah tersendiri bagi kota Bergamo, Atalanta seolah menjadi identitas dan kebangaan baru bagi warga Bergamo.
ADVERTISEMENT
kota Bergamo yang terletak di utara Italia mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan Roma, Milan, ataupun Turin. Begitu pula dari segi culture sepakbola Atalanta masih kalah pamor jika dibandingkan dengan Juventus, duo Milan (AC Milan dan Inter Milan, ataupun AS Roma. Namun kini semuanya telah berubah, Atalanta dianggap sebuah fenomena dan anomali dalam sepakbola Italia. Stereotype terhadap Sepak bola Italia yang membosankan selalu identik dengan pertahanan grendelnya atau yang biasa dikenal dengan catenacio. Namun Atalanta bermain dengan cara yang berbeda dengan tim Italia lainnya, gaya mereka dalam melakukan serangan begitu atraktif untuk sebuah club yang berasal dari Italia.
Sejarah dan Kiprah Atalanta
Atalanta Bergamasca Calcio berdiri 112 tahun yang lalu atau tepatnya pada 18 oktober 1907, nama club yang memiliki julukan La Dea (sang Dewi) ini sendiri Terinspirasi dari mitologi yunani tentang dewi cantik bernama Atalanta yang mampu mengusir Makhluk jahat di sebuah kota. Selain mengabadikan perjuangan sang dewi lewat nama, Atalanta juga mengabadikan perjuangan sang dewi lewat logo club mereka yang menyerupai sosok wanita.
ADVERTISEMENT
Sepanjang sejarah club Atalanta lebih banyak berkutat di serie B, bahkan pada musim 2014-2015 mereka hampir terdegradasi ke serie B. sejauh ini prestasi mereka hanya mampu menjadi juara Copa Italia pada tahun 1962 dan selebihnya prestasi Atalanta hanya menjadi juara Serie B sebanyak 6 kali.
Kunci keberhasilan Atalanta
Sebenarnya keberhasilan Atalanta sejauh ini tentunya tidak dibuat hanya dalam satu malam saja, Namun penunjukkan Gian Pierro Gasperini pada tahun 2016 benar-benar membuat pengaruh yang sangat luar biasa. Atalanta benar-benar berubah dari sebelumnya club yang naik turun serie-a namun dalam 2 tahun terakhir menjadi club papan atas dan saat ini mereka tengah merajut asa agar mampu lolos ke Fase Semi Final Liga Champions Eropa pada partisipasi pertama sepanjang sejarah club.
ADVERTISEMENT
Terbayang bagaimana Gasperini bersama para pemainnya mencapai titik saat ini. Singkat kata, pelatih asal Italia itu sukses membuat para pemainnya memahami bahasa taktikalnya. Tak pelak, permainan yang ditampilkan juga menjadi padu dan terlihat pula betapa cerdasnya guliran bola mereka.
Gasperini begitu percaya diri dengan “melawan hukum gravitasi” dengan bermain begitu menyerang di tengah stereotype bertahan klub-klub Italia. Pakem 3-4-3 yang bisa beradaptasi menjadi 3-4-2-1 atau 3-4-1-2 merupakan kunci keberhasilan taktik nyentrik Gasperini. Saat kehilangan bola, para pemain Atalanta langsung melakukan counter press agar pemain lawan tak sempat melakukan build up serangan sehingga membuat celah di pertahanan lawan yang kemudian dapat dieksploitasi dan dieksekusi oleh Duván Zapata, Josip Ilicic, atau Luis Muriel.
ADVERTISEMENT
Atalanta tak pernah memberi waktu istirahat bagi lawannya, seolah selalu lapar memburu bola. Ketika menyerang, Atalanta memanfaatkan lebar lapangan. Mengubah aliran bola dengan umpan diagonal dari sisi yang berlawanan untuk menciptakan overload. Umpan-umpan itu dilakukan untuk membuka celah di dalam struktur pertahanan lawan.
Tim asuhan Gasperini terlihat acuh, seberapapun mereka kebobolan, selagi mencetak gol lebih banyak dari lawan, mereka masih bisa memenangkan pertandingan. Atalanta bisa mencetak 7 goal dalam sebuah pertandingan namun tidak menutup kemungkinan juga akan kemasukan 4 gol di pertandingan yang sama. Tak ayal hal ini membuat Atalanta menjadi tim paling produktif di serie a dalam dua musim terakhir, tercatat pada musim ini mereka mampu membuat 98 gol dan memecahkan rekor gol terbanyak dalam semusim sepanjang sejarah serie a.
ADVERTISEMENT
Dari sisi pengelolaan club, sang presiden Antonio Percassi begitu concern dengan pembinaan usia muda. Atalanta memang terkenal memiliki salah satu akademi terbaik di Italia. Wajar bila produk akademi mereka menjadi incaran banyak klub-klub besar Italia. Pada masa lalu nama nama macam Filippo Inzaghi, simone Inzaghi hingga Roberto donadoni adalah produk dari akademi Atalanta.
Atalanta dalam beberapa tahun terakhir mampu menjual hasil produk akademinya dengan harga yang cukup mahal. Tercatat nama nama seperti Dejan Kulusevski ke Juventus, Alessandro Bastoni ke Inter, Franck Kessie ke AC Milan, Andrea Conti ke AC Milan, dan Roberto Gagliardini ke Inter adalah sederet produk Atalanta yag berhasil diorbitkan oleh La Dea.
kecerdikan Kolaborasi sang presiden Antonio Percassi dan Gasperrini sangat terlihat disini, uang dari penjualan sedert bintang muda mereka digunakan untuk membeli pilar pilar baru mereka saat ini diantarnya Ruslan Malinovskiy, Marten de Roon, Duvan Zapata dan Luis Muriel.
ADVERTISEMENT
Menurut data CIES Football Observatory, skuad Atalanta saat ini bernilai 93 juta euro. Nilai skuad mereka lebih rendah dari Sampdoria yang berada di posisi ke-15, Il Samp punya skuad bernilai 160 juta euro. Nilai pemain Atalanta bahkan terpaut begitu jauh dengan saingan mereka di papan atas Serie a musim ini, Juventus dan Inter. Skuad Juventus bernilai 719 juta euro, sedangkan Inter punya nilai 364 juta euro.
Atalanta tim terbaik dan tengah menciptakan sejarah
Musim ini mungkin adalah saat yang tepat bagi Atalanta untuk terus melaju sejauh mungkin, jika tidak sekarang mungkin moment seperti ini tidak akan pernah terulang kembali. Namun jika nantinya mereka gagal untuk melaju lebih jauh di Champions League setidak nya dengan meilihat pencapaiaan mereka sejauh ini rasanya cukup layak untuk di apresiasi.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, Atalanta kini menjelma menjadi Black Swan, sebuah istilah dari filsuf Karl Popper bagi anasir yang berhasil mendobrak kebekuan pikir khalayak. Setidaknya Black Swan dari Bergamo kini sanggup berdiri sejajar dengan para raksaksa macam Barcelona, Bayern munchen, dan Club papan atas Eropa lainnya.
Meskipun mereka kali ini harus menghadapi PSG yang jika dibandingkan dari berbagai sisi bak langit dan bumi, tetapi tidak ada yang mustahil dalam sepak bola. Satu hal yang perlu diingat oleh PSG, Jika dalam dua tahun terakhir Liverpool dinggap sebagai tim terbaik dunia maka untuk saat ini Atalanta rasanya pantas disebut sebagai tim paling fenomenal dunia.
Skuat Atalanta 2019/20. Foto: REUTERS/Alberto Lingria