Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenang David Moyes, The Chosen One Yang Karam
27 Februari 2020 16:42 WIB
Tulisan dari Monserat 21 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Saat saya dihubungi Sir Alex dan diminta untuk menemuinya, itu bukan soal 'kami merasa anda bisa jadi pelatih Manchester United berikutnya', tetapi 'anda adalah pelatih Manchester United berikutnya' dan itu buat semuanya terasa sangat sulit," tutur Moyes saat pertama kali dihubungi untuk menjadi pelatih Manchester United.
ADVERTISEMENT
Musim panas 2013 mungkin merupakan musim panas terbaik seumur hidup bagi David William Moyes, bak mendapatkan durian runtuh Moyes yang kala itu masih menjadi Manajer Everton ditunjuk menjadi Pelatih club sebesar Manchester United; yang selama 26 tahun posisi tersebut diisi oleh Sir Alex Ferguson. Bagi Moyes tentu tawaran ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk naik kelas ke jajaran pelatih top dunia. "Anda tak ditawari pekerjaan-pekerjaan macam itu, pekerjaan besar, jika belum punya pencapaian. Anda takkan ditawari melatih di Real Madrid, Barcelona, Manchester United, kalau belum melakukan sesuatu yang bikin Anda dinilai pantas untuk itu".
Moyes memulai segalanya dengan begitu optimis; dengan segala pengalaman selama menangani Everton dia yakin mampu meneruskan tradisi juara di kubu Manchester United. Sudah sejak lama Moyes digadang gadang akan menjadi suksesor Sir Alex Ferguson, selain sama sama berasal dari Glasgow; Moyes juga merupakan pelatih muda potensial dimana ia dianugrahi penghargaan League Managers :Association Managers of the Year pada tahun 2003,2005 dan 2009.
ADVERTISEMENT
Selain itu sejak menukangi everton pada tahun 2002 Moyes mampu membuat everton stabil di papan tengah Primer League dan terhindar dari degradasi dan yang paing fenomenal pada musim 2004/2005 Moyes mampu membawa Everton bertengger di posis 4 klasmen akhir liga dan berhak tampil di Playoff Liga Champion meskipun akhirnya gagal lolos ke fase grup setelah dikalahkan oleh Villareal. Sontak keberhasilan Moyes di Everton banyak mendapat pujian dan tentunya hal hal inilah yang membuat manajemen Manchester United begitu optimis menunjuk seorang David Moyes menangani Skuad setan merah. Ketika awal ditunjuk menjadi pelatih Manchester United Moyes sampai dijuluki "The Chosen One", alias "Yang Terpilih" dan sebagian besar fans Manchester United di seantero dunia yang kala itu begitu percaya dengan kemampuan seorang Moyes.
ADVERTISEMENT
Namun Moyes lupa tim yang kali ini tangani adalah salah satu tim terbaik di dunia; dimana treatment yang harus dilakukan olehnya juga pasti berbeda dengan tim selevel Everton, di Everton target setiap musimnya hanya untuk terhindar dari degradasi sementara di Manchester United tentunya semua berbeda anda dituntut untuk berada di level tertinggi dan memenangi berbagai trofi setiap musimnya.
Seperti yang kita ketahui bersama Moyes hanya mampu bertahan selama 10 bulan dari total 6 tahun kontraknya di Manchester United. Kegagalan menangkat performas tim yang kala itu berada di posisi 7 klasmen membuat tekanan untuk melengserkan Moyes begitu kencang. Selain itu Usust punya usut Moyes tidak mampu mengendalikan Dressing room Manchester United, moyes kalah wibawa dibandingkan pemain pemain senior macam Rio Ferdinand , Rayn Giggs, Nemanja Vidic dan Rooney. Disinyalir para pemain setan merah merasa muak dengan Moyes, bukan tanpa sebab selama menangani Manchester United Sir Alex menang jarang memberikan instruksi langsung selama latihan dan menyerahkan asistennya untuk memimpin latihan, hal ini berbeda dengan Moyes dimana pemain merasa muak karena selalu mendengar hal yang sama ketika di latihan atau ketika di ruang ganti pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dipecat dari Manchester United membuat Moyes benar benar merasa terpukul, David Moyes pun menangis karena tak kuasa menahan kepedihan. Hal itu terkuak ketika ia di wawancara oleh sky sports, ketika Ditanya presenter kapan terakhir kali menangis, David Moyes menjawab, "Mungkin ketika saya dipecat Manchester United."
Lepas dari Manchester United moyes mencoba peruntungan ke tanah Spanyol dengan melatih Real Sociedad pada November 2014. Namun kesialan pun sepertinya selalu menemani Moyes, Membuat awal cukup menjanjikan, ia kemudian dipecat pada November 2015.
Setelah di pecat Sociedad, moyes kembali ke inggris untuk melatih Club Primer League yaitu Sunderland musim 2016/2017, dimana pada musim yang sama bukan mengantarkan sunderland survive di Primer League justru sebaliknya Moyes malah mengantarkan Sunderland degradasi ke Divisi Championship. Setelah kegagalan demi kegagalan kini moyes sedang memulihkan kembali kepercayaan diri dan reputasinya bersama club asal London West Ham.
ADVERTISEMENT
Kembali ke kasus Moyes di Manchester United, rasanya mereka (Manchester United) sangatlah tidak adil kepada Moyes. Pasca Moyes pergi dari united pelatih pelatih setelahnya tidak ada yang mampu mengantarkan Manchester United kembali kepada kejayaannya; sebutlah Luis Van Gaal pada 2014-2016 yang hanya mampu memberikan gelar piala FA, atau Mourinho yang bisa di bilang cukup sukses memberikan Trofi Eropa League namun tetap gagal membawa Manchester United Juara Premier League, bahkan serorang Ole Gunnar Solkjaer yang merupakan bagian dari skuad emas Manchester United ketika menjadi pemain pun sejauh ini bisa di bilang belum berhasil membawa Manchester United ke level yang sama seperti di era Sir Alex.
Mungkin kesalahan terbesar Manajemen United kala menujuk Moyes mereka lupa kalau sejarah tidak akan berulang dua kali, meski Moyes dan Sir alex berasal dari tempat yang sama bukan berarti hal itu akan menjamin sebuah kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Bagi Moyes mungkin menerima tawaran melatih Manchester United mungkin sebuah keputusan yang kurang tepat, julukan The chosen one mungkin terlalu besar baginya, seperti mitos kata para orangtua nama yang terlalu besar akan membuat orang nya sial atau sakit sakitan. Mungkin kegagalan dan kesialan yang di dapat Moyes pasca menjadi pelatih Red Devils akibat nama yang terlalu besar, mungkin moyes harus mulai memikirkan ulang Nick name nya mungkin mengganti The Chosen one dengan The Happiness one.