Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pilih Mana, Coklat Swiss atau Coklat Belgia? Be Open Minded Saja
20 November 2018 20:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari erik mangajaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar coklat di Supermarket Manor, Jenewa (sumber: facebook koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Tulisan ini adalah jawaban atas artikel yang ditulis radaktur “KumparanFOOD” dengan judul “Cokelat Belgia vs Cokelat Swiss, Mana yang Lebih Enak?” yang diterbitkan pada tanggal 25 April 2018. Tulisan tersebut singkat dan padat, namun memberikan berbagai informasi penting mengenai industri coklat kedua negara dan pride kedua bangsa. Kalimat terakhir menggugah saya untuk menjawab pertanyaan mana yang paling enak, coklat Swiss atau coklat Belgia?
Sesungguhnya, pertanyaan yang sama juga pernah saya ajukan kepada adik kembar saya, Elivas. Saat dia berada di Brussels, ibu kota Belgia untuk melakukan study tour ke Markas Uni Eropa. Program ini merupakan bagian pendidikan di London School of Politics and Economic Science (LSE london). Saat itu, kebetulan saya sedang bertugas di Jenewa dan iseng saja menanyakan via SMS, mana yang dia lebih suka, coklat Swiss dengan coklat Belgia. Percakapan kami kira-kira seperti ini:
ADVERTISEMENT
Erik: “Bro, mana yang paling enak, coklat Swiss atau coklat Belgia?”
Elivas: “Lebih enak coklat Belgia dong bang…”
Erik: “Kok bisa? Coklat Swiss enak juga loh”
Elivas: “Kamu mah subjectif banget sih bang, mentang-mentang pernah tinggal di Jenewa jadi milih coklat Swiss.”
Erik: “Loh, beneran kok, coklat di Swiss juga enak banget rasanya. Cobain yang home-made dan premium nya, jangan yang pasaran dong. Rasanya lebih enak dari pada coklat Belanda sekalipun.”
Elivas: “Wah, setuju itu, coklat Swiss lebih enak dari coklat Belanda.”
Erik: “See…abang ngak subjektif kan. Kita berdua kan alumni sekolah di Belanda, tapi kita ngak bias. Coklat Swiss lebih enak dari coklat Belanda.”
Elivas: “Ngak bang, coklat Belgia lebih enak. Surga bangetlah makan coklat di Grand Palace Brussels. Coklat Belgia itu lebih unik. Masih ada rasa pahit nya, tidak terlalu manis, masih kerasa coklatnya.”
ADVERTISEMENT
Erik: “How can you make such conclusion like that? You should try as many as Swiss cholates? Ini abang juga lagi nikmati coklat truffle buatan Sprungli. You should try this as well”
Elivas: "Aku sih lebih suka Godiva. Truffle juga ditemukan oleh orang Belgia kan?"
Perdebatan itu sampai sekarang pun masih terus berlangsung. Kami masih berbeda pendapat. We agree to disagree. Minggu depan dia akan bertugas ke Eropa dan sekali lagi akan mengunjungi Brussels. Perdebatan soal coklat mana yang paling enak pasti akan muncul kembali.
Jawaban beragam pun saya temui ketika diskusi dengan teman-teman Diklat sesdilu-62 Kemenlu. Mas Roy Sidartha misalnya memilih coklat Belgia.
Beda dari Mas Roy, beberapa teman lebih memilih coklat buatan Indonesia. Mas Ekalyphta misalnya mengatakan “Coklat jago lah paling top”. Kalau Mba Dethi malah mengatakan Choki-Choki yang paling enak”. Mba Chiara malah mengatakan “Enakan Astor”.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi
Kendatipun kembar, jawaban kami mengenai coklat mana yang paling disukai adalah berbeda. Sebenarnya saya juga penggemar coklat Belgia. Saya suka coklat premium Neuhaus dan merek Godiva yang disebut adik saya itu. Saat ini, Godiva sudah membuka butiknya di Plaza Indonesia Jakarta.
Dalam artikel berjudul “10 Tempat yang Bisa Dikunjungi saat Travelling ke Kota Jenewa di Swiss”, saya pernah menulis mengenai home-made chocolate. Bagi saya, coklat buatan restoran “Boulangerie Pattisserie Chocolaterie Eric Emery” di Jenewa adalah paling the best (https://www.eric-emery.ch).
Coba saja cek review dan comments setiap toko restoran coklat itu baik di Facebook, Instagram ataupun media sosial lainnya.
Gambar coklat buatan home-made (sumber: Facebook https://www.facebook.com/boulangerieemery)
Di kawasan Bel-Air, Kota Tua Jenewa, ada restoran coklat “Teuscher” (www.teuschergeneve.com) dan “Du Rhône Chocolatier” (www.du-rhone.ch) . Du Rhône adalah restoran favorit penyanyi Grace Kelly dan mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill.
ADVERTISEMENT
Gambar Coklat Truffles Hazelnuts Restoran Du Rhone di Jenewa (sumber: https://www.facebook.com/pg/durhonechocolatier)
Kalau kamu ada di sekitar Brussels, coba deh kunjungi Neuhaus yang tidak jauh dari centraal kota Brussels.
Gambar Coklat Neuhaus menyambut Helloween (sumber: Facebook: https://www.facebook.com/neuhaus/photos)
Ice Cream
Musim panas tahun 2015 adik kembar saya berkunjung ke Jenewa. Di dapur apartemen tempat kami tinggal, saya sodori satu box ice cream “Mövenpick Ice Cream” ukuran 500 gram, rasa coklat Swiss klasik.
Ternyata adik kembar saya sangat menyukai Movenpick Dia pun mengatakan bahwa ice cream coklat Movenpick adalah yang terbaik yang pernah dia coba. Langsung ludes semua. Kalau mau rasain ice cream ini, silahkan datang ke restoran “Marche” di Grand Indoensia atau "Marche" di Jatinegara Trade Centre. Harganya memang relatif mahal, rata-rata sekitar 2-3 kali lipat ice cream lainnya. Tapi worth it untuk dicoba. Duit gak bohong. Man, rasanya nikmat luar biasa, bikin ngeces.
ADVERTISEMENT
Beberapa Catatan
Dari beberapa hal di atas, saya lihat ada beberapa catatan mengenai kedua jenis coklat, yaitu:
Pertama, sullit menentukan coklat mana yang paling enak karena sebaiknya kita tidak pukul rata semua merek coklat Swiss dan Belgia. Masing-masing produk memiliki citra rasa dan kelebihannya sendiri-sendiri. Homa made chocolate misalnya, sulit dibandingkan dengan jenis coklat produksi massal.
Dalam bentuk ice cream, saya dan kembaran sepakat bahwa ice cream coklat Movevick dari Swiss adalah yang terbaik. Dalam bentuk coklat asli, pendapat kami berbeda. Saya menyukai Spungli Swiss dan adik saya menyukai Godiva. Tapi kalau disuruh bandingkan antara coklat produk masal dari Swiss dengan coklat Godiva dari Belgia, ya jelas saya pilih enak coklat Godiva. Harganya aja beda jauh. Ada harga, ada barang, bung!
ADVERTISEMENT
Kedua, kesulitan untuk menentukan mana yang paling enak karena ada berpuluh, bahkan beratus merek coklat Swiss dan merek dari Belgia. Apakah satu merek mewakili semua rasa coklat di Swiss atau Belgia? Tentu tidak kan.
Ketiga, sebaiknya kita terbuka atas setiap jenis coklat, apakah itu buatan Swiss ataupun Belgia. Akan selalu ada saja produk yang mungkin belum pernah kita coba tapi rasanya luar biasa nikmat, manyuk. So, jangan cepat-cepat nge-judge, eksplor aja terus semua coklat. Be open minded...
Keempat, persaingan kedua coklat menguntungkan buat konsumen. Pada tahun 1875, Daniel Peter mengembangkan susu coklat pertama kali dan kemudian dikembangkan oleh Nestle. Namun demikian, seperti coklat baru tersedia dalam bentuk cair pada abad ke-19 dan banyak diambil dari Congo, bekas jajahan Belgia. Saat itu belum ada yang mengebangkan makanan coklat seperti Belgia. Swiss lah yang pertama kali memiliki ide untuk menambahkan cocoa butter sehingga tercipta produk coklat seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Seperti ditulis dalam artikel redaktur di Kumparan, orang Belgia lah yang menemukan praline. Dalam penelusuran penulis, Jean Neuhaus lah yang menemukan praline tahun 1912. Tapi sebenarnya dia ini adalah turunan Swiss. Orang Belgia juga yang menemukan "truffles”. Kedua negara memang bersaing di industri coklat dan ini bagus buat konsumen karena melahirkan inovasi baru. Makin banyak pilihan makin bagus kan?
Gambar Coklat Godaiva Truffles (sumber: Facebook https://www.facebook.com/Godiva/photos)
Kelima, seperti yang disampaikan Mas Gunawan salah satu peserta Sesdilu-62 lainnya, "mau coklat mana ke, coklat Belgia atau Swiss, kalau ada yang ngasih ya pasti akan dimakan semua". Rasanya hal ini dapat dimengerti karena ada ungkapan bahwa semua orang pasti menyukai coklat. Siapa sih yang tidak menyukai coklat? Secara ilmiah hal ini dapat dijelaskan karena menurut penelitian, coklat mengandung 300 jenis molekul kimia yang di antaranya dapat membantu otak kita untuk melepaskan sejenis hormon neurontransmiter yang disebut serotonin. Coklat juga mengandung anandamide yang membantu kita happy. No wonder kan kalau lagi stress atau diputusin pacar dianjurkan untuk makan coklat?
Gambar Pengaruh Hormon pada Otak (sumber: https://www.ausmed.com/articles/successful-team/)
ADVERTISEMENT
Keenam, baik coklat Swiss dan Belgia menguasai industri coklat dunia. Hal ini patut menjadi pertanyaan mengapa kedua negara yang tidak memiliki perkebunan coklat malah memiliki industri coklat luar biasa? Lalu bagaimana dengan coklat Indonesia yang juga menghasilkan coklat? Pertanyaan-pertanyaan di atas akan saya jelaskan dalam tulisan bagian kedua nanti.
Dalam tulisan berikutnya, saya akan menjelaskan bahwa teknologi dan sistem kekayaan intelektual mendukung industri coklat Swiss dan Belgia.
Pertanyaan mendasar dalam konteks industri adalah apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan “coklat swiss” atau “coklat belgia”? Apakah ada aturan khusus dalam mengklasifikasi kedua jenis coklat? Pertanyaan-pertanyaan ini terlintas kan di pikiran kita?
Di sisi lain, menurut saya, kita pun perlu memikirkan bagaimana mengembangkan terus industri coklat nasional. Bicara soal coklat Indonesia, apakah kamu tahu kalau kita punya pusat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (disingkat Puslitkoka) di Jember? Further, menurut berbagai data Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Tapi apakah industri coklat nasional kita juga maju?
ADVERTISEMENT
Akhirnya, seperti ditulis salah stau rekan Diklat Sesdilu-62 lainnya, Mba Nara Rakhmatia, “paling enak emang coklat pemberian, ada bumbu kasih sayang, sama coklat yang dimakan rame-rame, ada bumbu kebersamaan”. Apakah itu coklat Swiss atau coklat Belgia, semua juga tergantung dari siapa yang memberi dan suasana saat kita menikmatinya. Kamu setuju kan?