Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tebak, Negara Mana yang Paling Siap Bila Terjadi Perang Nuklir?
10 November 2018 22:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari erik mangajaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar Uji Coba Nuklir oleh Perancis di Atol Fangataufa tahun 1968 (sumber: Pierre J, www.sciencemag.org)
ADVERTISEMENT
Nuklir di Awal Abad ke-21
Pada akhir abad 20 dan awal abad 21 peradaban manusia menyaksikan beberapa peristiwa penting. Bulan Oktober lalu President Trump mengumumkan rencana Amerika Serikat untuk menarik diri dari Traktat Persenjataan Nuklir Jarak Menengah Tahun 1987 (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty atau yang dikenal dengan INF). Perjanjian ini ditandatangani oleh pendahulunya, Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev. Amerika menuduh Rusia telah sering melanggar Traktat ini. Selain itu, Amerika mengkritik bahwa Traktat tidak mengikat China.
Sebagian pengamat menilai bahwa alasan Korea Utara menjadi faktor Trump mengambil kebijakan tersebut. Minggu terakhir ini kita juga mendapat kabar adanya kebuntuan pembicaraan mengenai pengakhiran sanksi dan isu nuklir antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Tahun 2011 dunia dikejutkan dengan bocornya instalasi nuklir Fukusima di Jepang. Gempa telah mengakibatkan tsunami dan bocornya beberapa instalasi reaktor nuklir Jepang. Kebocoran ini menjadi malapetaka nuklir terbesar di awal abad ke-21.
Gambar Inspeksi IAEA di Instalasi Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant tanggal 27 Mei 2011 (sumber: www.iaea.org)
Sebelumnya pada tahun 1986, bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl telah memakan korban dan mengakibatkan kehancuran luar biasa. Badan Energi Atom Dunia yang dikenal International Atomic Energy Agency (IAEA) menetapkan level bahaya tertingga, yaitu skala 7 International Nuclear and Radiological Event Scale yang juga diberikan pada insiden Fukushima.
Gambar Kehancuran yang mengerikan pada insiden Chernobyl (sumber: http://commons.wikimedia.org)
Perkembangan dialog nuklir Rusia dan Amerika Serikat, kebuntuan pembicaraan Korea Utara dan Amerika Serikat, serta kebocoran instalasi nuklir Fukushima menunjukan bahwa isu ancaman ledakan nuklir masih terus menghantui kita. Peradaban manusia pada awal awal abad 21 masih diwarnai isu nuklir.
ADVERTISEMENT
Tapi mohon maaf, tulisan ini tidak akan membahas mengenai aspek hubungan internasional atau hukum internasional mengenai perang nuklir ataupun perlucutan senjata nuklir. Tulisan ini dibuat untuk membahas negara manakah yang kira-kira paling siap bertahan bila terjadi perang nuklir atau terjadi insiden nuklir dan pelajaran apa yang dapat kita petik.
Beberapa Alternatif Jawaban
Negara mana yang kira-kira akan mampu selamat dari perang nuklir atau insiden nuklir? Jawaban para pembaca pasti akan beragam. Ada yang berpandangan bahwa negara yang pertama kali meluncurkan senjata nuklirlah yang selamat. Ada juga yang berpandangan bahwa negara paling jauh jangkauan nuklirnya akan selamat. Ada yang mengatakan tidak ada negara yang akan selamat karena semua hancur akibat radiasi nuklir.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, ada satu negara yang menurut saya patut kita patut perhitungkan, yaitu Swiss. Mengapa Swiss? Tulisan ini akan menunjukan kemampuan Swiss dalam mengatasi isu nuklir. Sebagian informasi yang akan saya jelaskan bukanlah sekedar isapan jempol film spionase, tetapi informasi resmi Pemerintah Swiss yang dapat menjadi sumber informasi yang valid.
Gambar Fasilitas Nuklir di Swiss (sumber: www.ensi.ch)
Sebagaimana ditulis dalam laman www.swissinfo.ch dan pengalaman pribadi penulis, rasanya wajar bila Swiss dinobatkan sebagai negara paling siap untuk menghadapi nuklir.
Mengapa Swiss yang paling dapat bertahan? Jawabannya adalah pada sistem hukum pertahanan negaranya. Hukum Pertahanan Sipil Nasional mengatur perlindungan penduduk Swiss dari ledakan nuklir.
Silvia Berger Ziauddin dalam tulisannya di John Hopkins University Press berjudul Superpower Underground: Switzerland's Rise to Global Bunker Expertise in the Atomic Age, mengatakan bahwa teknologi Swiss dalam membangun bunker menjadi rujukan terbaik bagi sistem pertahanan sipil di dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagian orang mungkin melihat Swiss merupakan negara paranoid dengan keamanan. Well, mungkin hal itu ada benarnya. Pada era pernag dingin sekitar tahun 1960an, Swiss berjibaku mengembangkan distem pertahanan sipil. Selain itu, penulis melihat ada kontribusi mentalitas orang Swiss yang sengaja membuat sistem pertahanan sipil tersebut karena didorong sifat yang selalu mencari kesempurnaan dan ketepatan serta antisipatif sebagai cerminan mental orang Swiss.
Swiss adalah negara netral yang relatif aman dari perang. Kondisi geografis di tengah-tengah Eropa dan letak strategis sebagai tower air Eropa membuat Swiss menjadi negara buffer yang jarang diserang negara tetangganya. Sebagai negara netral, Swiss lama tidak menjadi anggota penuh PBB. Baru pada tahun 2002, Swiss mereka jadi anggota PBB. Proses inipun tidak mudah karena harus melalui proses referendum nasional.
ADVERTISEMENT
Walau negara netral, Swiss memiliki pasukan pertahanan yang cukup kuat. Swiss memberlakukan wajib militer. Kendatipun bukan kombatan perang, namun pasukan Swiss banyak di-deployed untuk paskukan perdamaian PBB.
Gambar Pasukan Perdamaian KFOR SWISSCOY di Kosovo (sumber: www.vtg.admin.ch)
Swiss juga memiliki pasukan elit untuk mengawal Paus di Vatikan yang dikenal sebagai Swiss Guard. Keberanian Swiss Guard untuk mengawal Paus sampai titik terakhir sudah teruji saat kejatuhan Kota Roma (the Sack of Rome) tanggal 6 Mei 1527. Selama kunjungan penulis ke Vatikan, sulit sekali untuk berfoto bersama Swiss Guard. Biasanya kita hanya dapat mengambil foto dari kejauhan saja.
Gambar Swiss Guard (sumber: www.vatican.com)
Sistem Pertahanan Sipil
Sesuai Pasal 45 dan 46 Swiss Federal Law on Civil Protection ditetapkan bahwa setiap penduduk wajib memiliki tempat perlindungan yang dapat dicapai dari tempat tinggalnya. (“every inhabitant must have a protected place that can be reached quickly from his place of residence’). Lebih lanjut, pemilik apartemen diminta untuk membangun dan mendirikan penampungan dalam lingkungan yang baru ("apartment owners are required to construct and fit out shelters in all new dwelling").
ADVERTISEMENT
Pada praktiknya, rumah dan apartemen yang dibangun tanpa bungker, maka pemilik wajib berkontribusi pada pajak kepada Commune untuk memperoleh satu tempat dalam sistem perlindungan sipil. Hal ini juga terjadi pada apartemen yang saya tinggali di Kawasan Chatelaine Kota Jenewa.
Gambar Bungker Bottighofen (sumber: http://commons.wikimedia.org)
Sejak tahun 1960an, Swiss sudah membangun puluhan ribu bungker untuk melindungi penduduknya. Menurut data www.swissinfo.ch, sampai tahun 2006, terdapat 300.000 penampungan untuk fasilitas nuklir. Sekitar 5.100 di antaranya fasilitas publik milik pemerintah. Fasilitas tersebut tersedia bagi 8.6 juta penduduk Swiss atau 114% kebutuhan nasional. Swiss Federal Office for Civil Protection yang bertugas untuk mengurus bunker ini. Fasilitas juga ditambah dengan 7000 sirine di seluruh negeri yang dapat memberi tanda peringatan dini bila terdapat ancaman.
Gambar fasilitas kamar bungker di Swiss (sumber: http://commons.wikimedia.org)
ADVERTISEMENT
Negara Eropa lainnya yang juga membangun shelter penampungan adalah Swedia dan Filandia serta Austria. Namun demikian, jumlahnya masih tertinggal dibandingkan Swiss. Pemerintah Jerman hanya menyediakan 3% dari kebutuhan nasional. Israel misalnya memiliki bunker, tetapi dalam bentuk ruang-ruang yang terbuka jadi tidak memberikan perlindungan bila ada radiasi nuklir. Inggris konon kabarnya memiliki satu bungker di kota London yang disebut sebagai “Pindar”. Kebenaran informasi ini masih perlu dikaji lebih lanjut.
Gambar salah satu bungker di Swiss (sumber: Unterirdisch Ueberleben, www.thelocal.ch)
Keberadaan bungker di Swiss saat ini tidak mudah diidentifikasi. Keberadaannya sering kali tidak terduga. Penulis yang sudah tinggal lebih dari 3 tahun lebih masih sulit membedakan.
Gambar Andermatt Bunker Altkirch (sumber: http://commons.wikimedia.org).
ADVERTISEMENT
Keamanan Instalasi Nuklir
Sampai saat ini ada beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir yang aktif di Swiss. Untuk melindingi warganya, hukum Swiss mengatur bahwa setiap warga yang tinggal dalam radius 50 km dari instalasi nuklir wajib diberikan tablet “potassium iodine”. Kapsul tersebut diberikan setiap 10 tahun oleh Pemerintah melalui Swiss National Emergency Operations Centre. Kapsul diberikan untuk mengatasi radiasi iodine dan penyakit lainnya.
Gambar Tablet Potassium Iodine (sumber: www.englishforum.ch)
Insiden Reaktor Nuklir Fukushima tanggal 11 Maret 2011 menimbulkan ketakutan tersendiri bagi ornag Swiss. Jepang yang terkenal akan ketelitian dan keamanannya ternyata mengalami kebocoran instalasi nuklir. Program pembangkit listrik tenaga nulir sangat rentan atas bencana alam. Insiden di Fukushima ini mendorong diselenggarakan referendum untuk menutup instalasi nuklir yang selama ini berkontribusi 35 % - 40 % persediaan listrik di Swiss.
ADVERTISEMENT
Pada bulan November 2016 disepakati sesuai hasil referendum yang menolak penutupan instalasi nuklir yang telah berusia lebih dari 45 tahun dan melarang pendirian stasiun nuklir baru.
Sesuai informasi Country Nuclear Power Profile dari badan Atom dunia IAEA, Swiss Federal Council dan Parlemen memutuskan untuk secara bertahap mengurangi energi nuklir dan menetapkan strategi kebijakan sumber energi baru (Energy Strategy of 2050). Tujuannya adalah untuk mengakhiri 5 buah pembangkit listrik tenaga nuklir yang hampir akan mengakhiri masa tugasnya dan tidak akan menggantikannya dengan yang baru. Pembangkit Listrik pertama kali, Mühleberg, akan berakhir beroperasi pada akhir tahun 2019.
Tahun 2017, Swiss memiliki Undang-Undang Energi baru mengenai pengembangan energi Swiss. Swiss juga terus mengkaji sampah radioaktif instalasi nuklir seperti terlihat dari peta di bawah ini. Pengolahan bahan limbah nuklir pun diatur secara ketat.
Gambar sebaran sampah instalasi nuklir Swiss (sumber: www.cnpp.iaea.org)
ADVERTISEMENT
Peralihan Fungsi
Seiring berakhirnya perang dingin, terdapat berbagai permintaan publik agar bunker yang ada dialihpungsikan. Beberapa di antaranya telah dialihfungsikan menjadi tempat pariwisata atau hotel. Salah satunya Hotel la Claustra di area Airolo yang dulunya merupakan bungker arteleri. Kira-kira, apakah pembaca mau menginap di tempat ini? Tampaknya program pariwisata bungker di Swiss ini akan terus berkembang. Para wisatawan tidak hanya akan disuguhi pemandangan alam pegunungan Swiss yang menakjubkan, tetapi juga bungker di bawah tanah Swiss.
Gambar Hotel la Claustra, Airolo (sumber: https://commons.wikimedia.org)
Bagaimana dengan Indonesia?
Rencana pembangunan PLTN di tanah air sudah sejak lama didengungkan, tetapi sampai saat ini belum teralisasi. Indonesia memiliki potensi mengembangkan PLTN karena bahan uranium banyak ditemukan di Kawasan Kaliamantan Barat, Bangka dan Mamuju. Dalam konteks tulisan ini, mungkin pertanyaan yang datap diajukan sebagai bahan pembahasan kita adalah apakah kita mampu menyediakan berbagai bunker dan potassium iodine seperti yang diberikan oleh Pemerintah Siwss pada penduduknya?
ADVERTISEMENT