Konten dari Pengguna

Pencapaian Tertinggi di Tahun 2023, Bakat Menjadi Peluang

Muhammad Erik Nurhidayat
Staff di perusahaan Ekspedisi, lulusan diploma dari Sekolah Vokasi Jurnalistik tahun 2009, aktif menulis dan travelling. Bagi saya menulis itu adalah sebuah seni mengolah jiwa dari rasa galau dan gundah gulana. Mempunyai nama pena erikmoeh.
14 Desember 2023 12:59 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Erik Nurhidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun 2023 menjadi tahun pencapaian untuk menentukan jati diri. Kita bisa berprestasi dengan kemampuan diri yang bisa digali.
Tahun 2023 adalah dimana diriku ditempatkan dalam masa penuh penat dan merasakan bahwa hidup ini terlalu monoton. Sejak bangun dari tidur di waktu pagi kita sudah dihadapkan dengan rutinitas rumah tangga seperti biasa, kemudian dilanjutkan dengan bekerja keseharian di perusahaan hingga sore bahkan malam hari hingga kembali pagi lagi begitu seterusnya.
ADVERTISEMENT
Kita mempunyai waktu yang sama yaitu 24 jam lamanya. Namun dengan rutinitas yang saya rasa hanya itu-itu saja dan berulang, saya merasakan hidup terasa sangat membosankan dan membuat rasa jenuh. Dan hal ini membuat saya setres hingga merasakan lelah yang luar biasa. Lelah namun tidak merasakan nikmat. Nikmat mensyukuri waktu, pekerjaan, keseharian dan lain-lain. Saya merasa hidup ini kurang berarti atau bisa disebut sia-sia. Kemudian saya berfikir, apa betul kita diciptakan di dunia ini hanya sekedar bekerja dan menjalankan rutinitas baku seperti ini? saya rasa tidak. Hingga saatnya saya merasa butuh energi baru untuk menjalani hidup ini. Saat itupun sebuah pemikiran pun berlanjut untuk mengingat masa lalu. Dulu saya pernah belajar ilmu karya ilmiah sewaktu duduk di bangku sekolah menengah atas yang notabene dari murid kelas bahasa. Kemudian saya diberikan kesempatan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke bangku kuliah yaitu untuk pencapaian predikat diploma di sekolah vokasi program jurnalistik, hingga sampai saya bisa berkesempatan menjalani magang kerja di sebuah media cetak di kota Yogyakarta. Selama proses magang kerja, saya benar-benar digembleng untuk bisa membuat tulisan yang baik dan benar. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang saya temui saat terjun di lapangan. Mulai dari gaya bahasa, tulisan baku, EYD, kalimat aktif dan lain-lain. Tulisan saya awalnya dianggap masih sangat mentah. Banyak sekali koreksi bahkan dianggap masih jauh dari standar tulisan yang layak muat. Tapi semua ini saya terima dan saya jadikan sebagai bahan evaluasi. Dan memang benar, semua pembelajaran keras yang dilalui selama magang, telah mengubahdan menjadi nilai yang sangat berharga bagi hidup saya. Semakin lama tulisan saya semakin membaik dan juga semakin disukai redaksi dan beberapa tulisan telah terbit. Sebuah kebanggaan tersendiri buat saya yang masih tergolong amatir.
ADVERTISEMENT
Tahun 2023, ketika semua kehidupan terasa diam dan mati, ketrampilan untuk menulis telah muncul kembali. Saya berniat untuk menambah kegiatan baru di setiap rutinitas pokok yaitu dengan rutin menulis, ikut lomba menulis, masuk dalam group pecinta menulis, kegiatan menulis novel atau apapun yang berpotensi membangun value/nilai diri. Hingga kini saya mulai konsisten menulis, kerap ikuti seminar dengan para penulis buku, memperbanyak membaca buku dan mencoba meningkatkan skill dengan cara apapun yang membuat bakat menulis saya bisa berkembang dan profesional. Butuh waktu panjang untuk menjadi penulis hebat. Namun tidak ada salahnya kita mencoba untuk melatih seberapa hebat tulisan kita dinilai masyarakat.
Syukur alhamdulillah, tepatnya bulan september tahun ini saya mendapat kejutan bahwa tulisan saya mendapat juara pertama di tingkat nasional kategori karyawan yang juga bekerjasama dengan tim kumparan. Dari iseng ikutan lomba kesana-kemari dan tentunya melalui proses yang sangat panjang, hingga berbuah hadiah luar biasa dalam hidup. Hal ini merupakan pencapaian tertinggi selama saya ikutan lomba literasi dan dinilai oleh juri-juri hebat yaitu penulis terkenal dan juga tim kumparan. Kejutan ini sekaligus menjadi energi baru bagi saya yang masih seorang penulis amatiran untuk selanjutnya dipupuk, meramu lebih banyak ilmu di dunia tulis-menulis dari berbagai media dan berusaha untuk selalu konsisten menulis.
ADVERTISEMENT
Dari sinilah, hidup yang sebelumnya saya rasakan telah mati telah bernyawa kembali. Saya mulai mencintai dunia tulis-menulis kembali. Di sela waktu, saya menulis buku atau sesekali ikutan lomba menulis. Saya ingin tulisan saya mempunyai kedudukan lebih tinggi lagi. Dari kejuaraan tadi, saya berniat untuk menulis buku yang harapannya bisa juga bisa diterima di masyarakat baik itu berbentuk novel, puisi, cerpen, artikel ataupun esai. Karena dengan pencapaiannya nanti, hati ini pelan-pelan akan terobati dari masa sakit. Mulai basah dengan bakat dan ketrampilan yang dimiliki yang kemudian menjadi sebuah prestasi adalah sebuah kepuasan tersendiri. Hidup tidak melulu bekerja tapi hidup perlu adanya pencapaian dari bakat atau ketrampilan diri.
Bisa dikatakan, rutinitas kerja saya menjadi seorang karyawan cukup dituntut banyak oleh perusahaan. Saya harus rela menguras pikiran dan juga tenaga dimana saya bekerja. Namun semua itu menjadi berimbang ketika saya menemukan nyawa baru saya yaitu dengan menulis. Ketika kepenatan dan rasa jenuh itu datang, saya meluangkan diri untuk menulis. Dengan menulis, berimajinasi, mengolah ide atau gagasan, saya merasakan kegiatan ini bisa mengendurkan saraf-saraf yang tegang. Ada rasa senang yang tersembunyi namun membekas. Apakah ini yang dinamakan mencintai sebuah hobi?. Menulis itu bukan hanya sekedar menulis menuangkan ide cerita. Menulis itu berawal dari sebuah rasa atau keinginan, rekaman dari semua panca indera, pengalaman hidup bahkan luapan emosi yang lama terpendam kemudian diolah menjadi sebuah tulisan yang runut sesuai keinginan si Penulis. Ternyata seluas itu makna menulis ketika kita benar-benar merasakan bahwa menulis menjadi sebuah kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Saat ini saya sedang menggarap tulisan berupa novel diantaranya berjudul Maruna, Netra Hitam di Titik Waktu, Suamiku Bukan Suamiku dan Playboy VS Playgirl. Mungkin bisa dikatakan tulisan saya belum banyak yang baca namun yang terpenting adalah bagaimana kekonsistenan saya untuk menulis. Perihal nanti tulisan itu dibaca atau tidak, biarkan tulisan itu sendiri yang mencari tuannya. Karena setiap tulisan sudah pasti ada pembacanya, hanya perlu menunggu waktunya saja.
Menjalin hubungan antar penulis juga dibutuhkan oleh penulis. Penulis pun perlu banyak belajar dan membaca dari buku-buku best seller dari penulis-penulis lama atau terbilang terkenal. Selain itu, kita tidak perlu gengsi bertanya kepada penulis lain terkait kiat-kiat menulis yang baik. Dengan cara inilah, akan muncul kesinergian antar penulis. Sehingga tulisan kita semakin mempunyai nyawa dan pastinya diminati pembaca. Menulis itu susah-susah gampang namun banyak senangnya. Kita mempunyai kebebasan dalam menuangkan gagasan tanpa batasan. Namun poin penting yang perlu penulis miliki adalah selalu berpegangan pada kaidah menulis. Kaidah menulis adalah pemaparan tulisan yang baik dan benar sesuai PUEYD (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan) baik itu penggunaan huruf kapital, tanda baca dan lain-lain terkait aturan penulisan.
ADVERTISEMENT
Tulisan yang dianggap mudah ternyata juga mempunyai bermacam tingkatan kualitas tulisan. Tulisan bisa dikatakan enteng karena isi tulisan bisa dibaca dan mudah difahami oleh kebanyakan pembaca. Namun tulisan bisa dikatakan berat karena isi tulisan mencakup kata-kata asing, membahas sebuah kasus yang perlu pemikiran atau bahkan tulisan tersebut ditulis oleh seorang filosof sehingga membacanya pun perlu berkali-kali untuk dapat memahami isi.
Kesimpulan dari tulisan di atas, bahwa saya bangga menjadi diri saya sendiri. Tidak perlu pujian atau sanjungan untuk mempunyai value dalam diri kita. Bahagia itu berasal dari bagaimana cara kita bisa mengolah hati dengan baik. Harta dan tahta belum tentu menjadi sumber kebahagiaan kita. Namun kita bisa bangga dan bahagia dengan cara kita sendiri. Pengalaman hidup ada guru terbaik kita. Pengalaman kita bisa dijadikan riwayat terbaik untuk diolah menjadi sebuah kesukaan. Sehingga hidup itu lebih berarti dan mahal nilainya. Kita bisa menjalani hidup ini dengan seimbang yaitu antara dunia dan akhirat. Antara jabatan dan sisi lain kita. Antara waktu dan kesempatan. Semua saling berkesinambungan. Ini ceritaku dan pencapaian diri untuk mengatakan bahwa "aku bangga dengan diriku". Bagaimana dengan pencapaianmu?.
ADVERTISEMENT