Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Maju Mundur Awal Masuk Sekolah Ditengah Pandemi
8 Juni 2020 15:04 WIB
Tulisan dari Erika Nindi Putri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dampak adanya pandemi covid-19 memang sangat berpengaruh dalam berbagai aspek. Tidak lain halnya dengan pendidikan baik dalam jenjang PAUD hingga perguruan tinggi. Semua harus berjalan dengan sistem baru yang asing bagi sebagian murid bahkan orangtua. Menyesuaikan diri dengan keadaan, berdamai dengan situasi adalah cara efektif agar bisa berjalan seperti semestinya.
ADVERTISEMENT
Gangguan jaringan internet, hingga keterbatasan pengetahuan mengenai teknologi informasi menjadikan belajar dirumah menjadi hal yang menyulitkan. Tak jarang siswa hingga mahasiswa merasa tidak efektifnya belajar secara daring ini. Mereka terus menunggu dengan harap harap cemas agar pandemi segera berakhir dan mereka bisa belajar secara tatap langsung seperti sebelumnya.
Sudah lebih dari 2 bulan semenjak diberlakukannya aturan untuk berlajar dirumah bagi semua jenjang pendidikan. Rasa bosan dan jenuh sudah banyak dirasakan, hingga rasa malas untuk belajar pun sudah mulai berdampak. Hal ini memicu kekhawatiran bagi sebagian orang tua mengenai bagaimana nasib anak mereka jika pandemi ini belum segera berakhir.
Anak-anak lebih banyak bermain dengan gadget mereka yang membuat waktu belajar terasa kurang efektif. Bagaimana tidak, semua tugas dan mata pelajaran yang diberikan banyak diakses dari ponsel yang biasanya terinstal aplikasi game. Dengan begitu mereka sering menjadikan alasan untuk belajar di ponsel mereka padahal hanya memainkan video game saja.
ADVERTISEMENT
Keputusan dari Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan terus ditunggu untuk mendapatkan titik jelas keberlangsungan proses belajar mengajar secara langsung akan dimulai. Walaupun begitu banyak isu terdengar akan dimulainya sekolah kembali mulai dari awal Juli 2020 hingga awal tahun 2021.
Meskipun banyak orangtua sudah mulai stress dengan menjadi guru dirumah sekaligus pendamping, tetapi jika awal masuk sekolah sudah akan segera berlangsung dalam waktu dekat, mereka juga khawatir dengan penularan virus corona di lingkungan sekolah. Pasalnya hingga saat ini, masih banyak terjadi penambahan jumlah positif penularan covid-19 di Indonesia.
Mentri Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim juga jelas membantah bahwa awal masuk sekolah pada bulan Juli. Dirinya juga khawatir jika hal itu benar dilakukan, membuat pembatasan sosial akan menjadi sia-sia saja. Walaupun begitu, kesempurnaan proses pendidikan secara online akan terus diperbaiki dan ditingkatkan.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini, yang penting bersabar dan menahan diri dulu untuk bisa belajar dikelas dan bertemu dengan teman-teman. Pemerintah juga memikirkan berbagai aspek untuk mengumumkan kapan akan segera bisa sekolah dibuka kembali. Banyak pertimbangan dan pemikiran yang matang agar keputusan yang diambil tidak membahayakan siswa maupun semua kalangan.
Sebisa mungkin, pemerintah sedang mengupayakan bagaimana keefektifan belajar dari rumah agar materi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh siswa maupun mahasiswa. Tidak usah ikut bingung dengan bagaimana dan langkah apa yang diambil pemerintah nantinya.
Bagaimanapun, kita tidak boleh terlalu mencemaskan resiko dengan akan dibuka lebih awal atau diundur untuk kegiatan sekolah secara tatap muka. Lebih baik, mulai membiasakan diri dengan sistem yang ada sekarang, tidak bersikap gegabah dan memaksa berbagai belah pihak agar semua bisa berjalan semestinya.
ADVERTISEMENT
Walaupun sektor ekonomi sudah mulai dibuka, tetapi dalam pendidikan belum terlalu mendesak untuk segera membuka sekolah kembali. Yang paling penting sekarang, kesehatan siswa maupun mahasiswa lebih diutamakan dulu. Untuk proses belajar mengajar bisa dilakukan dirumah dengan upaya meningkatkan berbagai aspek kualitas dan kuantitas yang lebih efektif kedepannya.
Erika Nindi Putri Utami, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.