Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dampak Lockdown COVID-19: Bumi yang Lebih Hening dari Biasanya
17 April 2020 8:13 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Erina Prastyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deklarasi World Health Organization (WHO) yang menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 membuat beberapa negara di dunia memberlakukan lockdown. Pemberlakuan lockdown dan arahan mengenai tetap tinggal di rumah ternyata berdampak kepada penurunan tingkat noise seismik yang terekam melalui seismometer. Berkurangnya noise seismik yang berasal dari aktivitas manusia merupakan berkah bagi para geosaintis.
Hubungan COVID-19 dan tingkat kebisingan seismik
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona yang tengah menjangkiti hampir seluruh negara di dunia telah setidaknya membuat kekacauan hidup dan ketidakstabilan ekonomi negara. Usaha-usaha untuk menekan penyebaran virus dilakukan, baik dengan menutup batas-batas negara maupun physical distancing dan tetap bekerja atau belajar dari rumah.
Kebijakan-kebijakan ini secara langsung membuat bumi menjadi lebih hening dari biasanya, karena setiap orang di dunia dipaksa berada di rumah untuk mencegah penularan virus corona semakin tidak terkendali. Dilansir dari Nature , para peneliti yang berkecimpung di dunia seismologi melaporkan bahwa terjadi penurunan level noise seismik yang biasanya bersumber dari aktivitas manusia dan transportasi.
Mereka berkata bahwa penurunan ini dapat membuat seismometer atau detektor seismik sanggup mendeteksi sinyal-sinyal seismik lain yang lebih kecil, seperti aktivitas vulkanik hingga perubahan kedalaman air bawah tanah. Meskipun terkesan sangat kecil, getaran-getaran yang berasal dari aktivitas manusia dan transportasi jika digabungkan akan menciptakan background noise yang cukup mengganggu target rekaman seismik dengan frekuensi sama yang ingin dimonitor oleh para ahli.
ADVERTISEMENT
Data seismik yang terekam melalui Royal Observatory di Belgia menunjukkan penurunan tingkat kebisingan seismik dari aktivitas manusia di kota Brussels hingga sepertiga dari biasanya. Ahli seismologi dari Belgia, Thomas Lecocq, mengatakan bahwa penurunan ini membuat tingkat sensitivitas detektor seismik menjadi lebih tinggi. Seismometer yang berada di Royal Observatory Belgia ini kini dapat mendeteksi gelombang-gelombang seismik kecil yang sebelumnya tertutup oleh background noise yang ada.
Seandainya lockdown terus diterapkan
Jika kebijakan lockdown terus dipertahankan hingga beberapa bulan mendatang, bukan hal yang tidak mungkin lagi seismometer-seismometer di seluruh dunia menjadi lebih baik dalam mendeteksi getaran-getaran bumi yang bebas noise. Rekaman seismik yang bersih dari noise membuat para ahli seismologi dapat mengesktraksi lebih banyak informasi dari event-event gempa yang terekam tersebut. Kesempatan-kesempatan ini dapat mengarah ke pengukuran dan monitoring seismik yang lebih baik ke depannya.
ADVERTISEMENT
Efek dari lockdown terhadap rekaman seismik tidak hanya diungkapkan oleh seismolog Belgia, seorang mahasiswa pascasarjana geofisika dari California Institute of Technology juga mengatakan adanya penurunan background noise seismik yang terekam oleh stasiun seismik di Los Angeles. Namun sayangnya, tidak semua stasiun seismik akan mengalami hal yang sama. Terdapat beberapa seismometer yang memang sengaja ditempatkan di area terpencil dan jauh dari intervensi aktivitas manusia, sehingga seismometer semacam ini tidak akan terpengaruh oleh keadaan lockdown.
Sejak munculnya COVID-19, selain bumi menjadi lebih hening, berkurangnya polusi udara juga membuat kualitas udara di bumi menjadi lebih baik. Wabah COVID-19 sepertinya tidak hanya mengubah tatanan kehidupan manusia pada umumnya, hadirnya ternyata dapat membuat bumi beristirahat sementara.
ADVERTISEMENT