Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Museum Wayang: Petualangan Pendidikan dan Hiburan Bersama
6 Oktober 2023 14:44 WIB
Tulisan dari Erina Puspita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang adalah boneka tiruan menyerupai manusia
yang dibuat dari pahatan kayu atau kulit untuk
memerankan tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Wayang memiliki berbagai jenis, seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang. Pertunjukan wayang sering mengisahkan kisah-kisah epik dan mitologi, seperti Mahabharata atau Ramayana, dan sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan budaya. Wayang merupakan bagian penting dari budaya Indonesia dan memiliki pengaruh yang kuat dalam seni, agama, dan tradisi di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Museum Wayang, merupakan tempat yang mengoleksi berbagai macam wayang atau boneka tiruan, seperti: wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang klitik, wayang revolusi, wayang suket/mainan, dan masih banyak lagi wayang yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Harga tiketnya pun sangat terjangkau, 5 ribu untuk orang dewasa, 2 ribu untuk anak-anak, dan 3 ribu untuk mahasiswa/pelajar.
Pada hari Minggu, 24 September 2023 Museum Wayang menampilkan pertunjukan wayang kulit yang berjudul "Gathutkaca Wisuda." Pertunjukan ini berisikan cerita yang berawal dari kekosongan raja di Kerajaan Pringgondani, sepeninggalan Prabu Arimbo yang gugur bertanding dengan Raden Brotoseno, Poro Pandowo ingin mewisuda Raden Gathutkoco sebagai raja di negara Pringgondani. Rencana wisuda sudah ditetapkan, namun rencana tersebut tercium oleh Prabu Duryudono, Raja Hastino. Patih Sengkuni, si raja julik, mencari cara agar acara wisuda tersebut gagal.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Sengkuni bersama kurowinya pergi ke Kesatriyan Glagah Tinunu, di mana Raden Brojo Dento berada. Dengan bujukan halus, Sengkuni meyakinkan Raden Brojo Dento bahwa Raden Gathutkoco adalah trubusane mungsuh, bagaimana mungkin dia dijadikan raja di Pringgondani. Dengan rasa yang penuh harap, Sengkuni berhasil membujuk Raden Brojo Dento untuk tidak mengijinkan Raden Gathutkoco diwisuda. Raden Brojo Dento sendiri ingin menjadi Raja di Negara Pringgondani.
Kedatangan Raden Brojo Dento ke Negara Pringgondan bertepatan dengan acara wisuda Raden Gathutkoco. Akhirnya, Raden Gathutkoco menemui Raden Brojo Dento, jarene datang dengan kemarahan, naka perang pun tidak terelakkan. Raden Gathutkoco kalah bertanding dengan Raden Brojo Dento. Sigap Raden Brojo Musti (adik Raden Brojo Dento) tidak rela dengan kekalahan Raden Gathutkoco. Maka, Raden Brojo Musti segera masuk ke Raden Gathutkoco, dan manjing di epek² Raden Gathutkoco.
ADVERTISEMENT
Raden Brojo Musti berpesan bahwa jika berperang dengan Raden Brojo Dento, di suruh hantamkan tangan kanannya ke Brojo Dento. Akhirnya, Raden Brojo Dento dan Raden Brojo Musti gugur. Arwah keduanya nanjing di epek² Raden Gathutkoco sebagai piyandel, "Ilmu Brojo Dento dan Brojo Musthi." Dengan gugurnya Raden Brojo Dento dan Raden Brojo Musti, akhirnya Raden Gathutkoco menjadi Jumeneng Balendro di Negara Pringgondani.
Pertunjukan pada hari itu banyak dihadiri oleh mahasiswa Universitas Pamulang, mahasiswa Universitas Tarumanagara, dan pengunjung lainnya pun ikut serta hadir hingga mencapai lebih dari 150 penonton yang mayoritasnya adalah anak remaja.
Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan budaya lokal agar tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang di tengah arus globalisasi. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan mencintai dan memahami budaya lokal kita. Salah satu aset budaya yang kaya dan menarik adalah seni wayang.
ADVERTISEMENT
Museum Wayang adalah tempat yang ideal untuk menggali lebih dalam tentang seni wayang. Dengan mengunjungi museum ini, kita dapat merasakan keindahan dan kedalaman budaya wayang. Museum ini tidak hanya merupakan destinasi liburan yang menarik untuk keluarga, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai untuk kalangan anak muda.
Jadi, mari kita jadikan Museum Wayang sebagai tempat yang menginspirasi dan mendidik, tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk generasi muda yang ingin mengenal dan mencintai budaya lokal kita lebih dalam lagi. Dengan cara ini, kita dapat berperan aktif dalam memastikan bahwa budaya wayang, dan budaya Indonesia secara keseluruhan, terus bersinar dan berkembang di masa depan.