Konten dari Pengguna

Jejak Manuskrip dalam Digitalisasi, Salah Satunya Karya Hamzah Fansuri

Eris Septiani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
15 Desember 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eris Septiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi Manuskrip Saos Of University London
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi Manuskrip Saos Of University London
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki banyak sekali corak budaya, identitas dan ciri khas dari setiap daerahnya pada masa lampau. Jejak yang terdapat pada masa lampau memiliki sejarah yang harus dikulik dengan istimewah, salah satunya ialah manuskrip kuno ini. Apakah manuskrip itu?
ADVERTISEMENT
Manuskrip adalah salah satu peninggalan sejarah sebelum adanya mesin cetak. Biasanya orang terdahulu menulis sebuah manuskrip dengan cara langsung ditulis tangan, di karenakan pada zaman dahulu belum adanya mesin cetak, seperti pada era digital sekarang.
Pada kenyataanya, pada zaman dahulu manuskrip tidak dirawat atau tidak diperhatikan dengan baik, tidak seperti sekarang sudah ada komunitas yang menjaga manuskrip ini dari kepunahan. Manuskrip kuno ini termasuk kedalam warisan leluhur kita di masa lampu. Biasanya manuskrip berisikan mengenai banyak hal seperti, hikayat, syair, pantun, ragam pengetahuan, ilmu pemerintahan, ajaran akhlak, pengobatan, mitigasi bencana, hukum adat, doa-doa, mantra, dan masih banyak lagi.
Bahan yang digunakan dalam menulis manuskrip kuno ini salah satunya adalah dluwang, lontar, kulit kayu, dan kertas eropa. Di Indonesia sendiri banyak sekali manuskrip yang ditemukan di daerah-daerah di seluruh Nusantara seperti, Kalimantan, Sulawesi, Kuningan, Aceh, Makasar, Bengkulu, Lampung, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Keberadaan mansukrip di tengah-tengah masyarakat termasuk kedalam suatu peninggalan lelulur yang harus dijaga dan dilestarikan. Namun, terkadang banyak masyarakat yang kurang memahami manuskrip itu sendiri. Banyak manuskrip yang ditemukan di masyarakat sebagai hak milik pribadi atau perorangan, biasanya setiap kalangan di masyarakat manuskrip ini dianggap mistis atau keramat dapat dikatakan juga sebagai ‘harta pustaka’.
Dengan demikian, kita harus memiliki kesabaran, keuletan, dan pendekatan khusus agar pemilik naskah percaya bahwa naskah yang akan digitalisasikan tersimpan dengan baik. Karena manuskrip sangat berharga sebagai salah satu warisan leluhur.
Jejak Digitalisasi Manuskrip
Manuskrip sendiri ialah sebuah naskah tulisan tangan dengan alat bantu seperti pensil atau pena, dan yang lainnya. Kini, pada masa kini manuskrip itu sendiri sudah banyak digitalisasikan untuk melestarikan naskah atau budaya-budaya yang ditulis tangan.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu, belum ada yang namanya mesin cetak, maka para leluhur terdahulu menulis secara manual dengan menggunakan pensil atau pena, yang ditulis dengan bahan dluwang, lontar atau kertas eropa.
Dewasa ini, sudah banyak sekali jejak manuskrip yang digitalisasikan dari berbagai lembaga agar manuskrip terhindar dari kepunahan. Banyak penyebab terjadinya kerusakan dalam manuskrip di antranya, bencana alam seperti; longsor, kebaran, gempa bumi, banjir, dan lain-lainya. Maka, dari peristiwa tersebut untuk tetap menjaga dan melestarikan manuskrip kuno dilakukanlah digitalisasi manuskrip.
Adanya jejak digitaliasasi mansukrip itu akan memperhambat dan membantu kita dari kepunahan, kerusakan ‘harta pustaka’ itu sendiri, manuskrip yang sudah robek atau bolong, dan lain sebagainya. Digitalisasi sendiri merupakan sebuah kegiatan pemotretan naskah oleh para filolog itu sendiri serta bekerja sama dengan berbagai pihak lembaga yang turut membantu melestarikan dan kecintaannya terhadap manuskrip sebagai warisan leluhur kita.
ADVERTISEMENT
Digitaliasai manuskrip ini dapat kita jumpai atau bahkan dapat kita kaji dalam filologi di sebuah lembaga web yang menangui manuskrip itu sendiri seperti, Dreamsea, Perpustakaan Nasional Indonesia, British Library, Staatsbibliothek Berlin, Saos Of University London, dan masih banyak lembaga web yang memfasilitasi kita dalam mencari manuskrip yang sudah digitalkan ini.
Setiap lembaga memiliki fasilitas yang sangat membantu kita dalam mencari sebuah manuskrip mulai dari aksara Melayu, Arab, Jawa dan sebagianya terdapat di web yang kalian inginkan. Salah satunya penulis medapatkan sebuah naskah dalam koleksian yang berjudul “Koleksi Syair dan Pantun Melayu Talabun” manuskrip tersebut di dapat dilihat https://digital.soas.ac.uk//tree/
Dengan demikian, kita para pembaca memiliki keuntungan dengan mudah, yang sebelumnya naskah tersebut telah using, robek, bolong, kini sudah dapat kita baca, kita pahami, dan bahkan sudah dapat kita kaji.
ADVERTISEMENT
Manuskrip di bawah naungan Lembaga Saos Of University London sendiri sangat mudah diakses dan mudah mencari naskah yang ingin kalian lihat, dan banyak sekali naskah-naskah yang dapat kita lihat. Lembaga Saos Of University London kita dapat mengakses manuskrip dengan sangat mudah dan kerenya lagi di Lembaga Saos Of University London kita dapat mendownload naskah-naskah yang sudah digitalisasikan serta terdapat beberapa deskripsi pada data naskah yang diinginkan.
Biografi Singkat Hamza Fansuri
Siapa yang tidak kenal dengan sastrawan sekaligus seorang sufi yaitu Hamzah Fansuri. Hamzah Fansuri berasal dari Aceh, ia diperkirakan hidup pada abad ke-16 saat Aceh. Syair-syair yang dituliskan oleh Hamzah Fansuri ini tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang sufi, keberhasilan dari karya-karya Hamzah Fansuri ini ialah syair-syair, hikayat, puisi dan yang lainnya. Ia menguasai bahasa Melayu, Arab, dan Persia.
ADVERTISEMENT
Kedudukan Hamzah Fansuri di dunia tulis tidak diragukan lagi sudah banyak sajak-sajak, syair, puisi yang sudah ia terjemahkan dalam bahasa Melayu.
Syair-syair, hikayat atau sajak-sajak dari Hamzah Fansuri ini berkaitan dengan luapan emosi-cinta kepada kekasih-Nya, hubungan Tuhan dengan manusia dengan selalu menjadikan agama sebagai salah satu kedalam kategori wahdatul wujud.
Ketajaman syair Hamzah Fansuri kedalam sastra klasik pada kemampuannya memadukan antara seni sastra dengan hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama islam. Sudah banyak sekali karya-karya Hamza Fansuri yang diteliti dan diterjemahkan dalam bahasa asing.
Manuskrip “Koleksi Syair dan Pantun Melayu Talabun” Karya Hamza Fansuri
Manuskrip berjudul dalam koleksian “Syair dan Pantun Melayu Talabun” karya Hamza Fansuri ini adalah sebuah naskah kuno yang tersimpan di lembaga Saos Of University London termasuk kedalam manuskrip yang sudah digitalkan. Koleksi naskah digital dapat ditulusuri melalui pranala https://digital.soas.ac.uk/LOAG000017/00001 naskah ini dapat diakses dengan cara di download.
ADVERTISEMENT
Naskah ditulis dengan aksara Jawi berbahasa Melayu, serta tercantum nama pengarang di dalam deskripsi pada koleksi syair dan pantun Melayu ini dikaitakan dengan penulis ternama Indonesia yaitu Hamza Fansuri.
Namun, uniknya pada koleksi manuskrip ini terdapat perbedaan kertas yang digunakan pada halaman awal kertas berwarna coklat dan memiliki cap serta tulisan tangan berbahasa Melayu latin.
Naskah ditulis tangan dengan menggunakan tinta hitam di atas kertas dan tinta merah kecolatan serta terdapat dua buah bagian pembatas yang digambar menggunakan tinta berwarna merah kecoklatan yang sedikit samar-samar. Kondisi naskah “Syair dan Pantun Melayu Talabun” masih sangat bagus, tidak ada sobek atau bolong pada setiap halaman masih sangat bagus.
Koleksi syair ini memiliki 40 halaman dalam naskah tersebut memiliki tiga bagian dengan judul yang berbeda-beda dan sajak pada setiap syair berima a-a-a-a. Terdapat cover depan dan belakang pada naskah. Pada halaman 1 terdapat tulisan berbahasa inggris angka serta nomor, kemudian pada bagian selanjutnya 2-5 ada cap berwarna biru dan setelah itu halaman kosong.
ADVERTISEMENT
Halaman 6-13 Berjudul Syair Dagang menceritakan mengenani bahwasanya kita di dunia ini hanya sementara dan tidak selamanya, kita adalah orang asing yang merantau untuk mengumpulkan bekal dalam hidup.
Tidak selamanya kita terus berada di dunia, terdapat kesengsaraan dalam hidup di rantau. Kita harus tetap berserah diri kepada Allah dengan semua ujian. Karna dengan merantau untuk mendapatkan bekal menuju akhirat kita harus tetap bersabar.
Kemudian halaman 14-19 bagian kedua pada naskah ini berjudul Syair Sidang Fakir menceritakan mengenai agar kita menjadi manusia lebih bijaksana, lebih berusaha dari hidup, tidak tamak karna semua yang ada di dunia ini adalah fana dan tidak abadi.
Jadi, pesan yang dapat diambil dari Syair Sidang Fakir ini adalah sebuah amanat dan amanah dengan jangan pernah berhenti menasehati dan berbuat baik kepada orang lain, jangan perna pelit dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Kemudian halaman 20-29 bagian ketiga pada naskah ini berjudul Syair Perahu menceritakan mengenai tentang petunjuk sebagai manusia sangat sulit menjadi baik. Karna kita hidup di dunia tidak akan selalu terus baik, pasti ada susah dan sedihnya.
Meskipun begitu, kita harus tetap tetap menjadi manusia yang baik akan sesame agar hidup selalu tentram dan tidak luma untuk selalu beramal saleh. Setiap syair Hamzah Fansuri selalu ada kalimat La ilaha illalahu pada setiap baitnya ini termasuk kedalam ciri khas dari karya Hamza Fansuri. Inila salah satu penggalan syair perahu;
Perteguh jua alat perahumu
Mara sempit tempatmu lalu
Banyaknya di sana ikan dan hiu
Menanti perahumu lalu dari situ
Dan yang terakhir halaman 30-36 sebagai penutup terdapat pantun berikut ini penggalan salah satu pantun yang berada di naskah tersebut;
ADVERTISEMENT
Hai sekalian kita yang bertumit
Rukun islam itu terlalu rumit
Jikalau bergulung bumi dan langit
Teranglah alam sirathal ba’id
Pada pantun ini memberikan pesan bahwa kita tidak boleh terlalu sombong akan dunia, tetapi harus tetap menjalankan kewajiban kita sebagai manusia dengan selalu menjalankan perintah-Nya. Pesan yang dapat diambil dari koleksi naskah ini ialah kita hidup di dunia hanya semnetara, jadi jangan engkau terlalu sombong dan lupa akan akhirat. Jalankan perintah dan jauhi larangannya.
Setiap karya seperti syair Hamza Fansuri ini tidak lupa dan tidak akan jauh-juah dengan membahas mengenai agama dan Tuhan-Nya. Jadi, inilah salah satu gambaran mengenai manuskrip dari Hamza Fansuri.